Menurut kamus kedokteran Dorland, masturbasi adalah perangsangan genital oleh diri sendiri untuk mendapatkan kepuasan seksual. Secara lengkapnya, masturbasi adalah rangsangan seksual diri sendiri terhadap alat kelamin milik sendiri (atau orang lain) untuk mendapatkan kesenangan seksual, biasanya hingga mencapai titik orgasme. Masturbasi biasanya dilakukan dengan kontak manual atau dengan alat/cara lain selain melakukan hubungan seksual (sexual intercourse). Sebagian besar orang menggunakan tangan atau jari dan biasanya dilakukan dengan menyentuh, menekan, menggosok, atau memijat bagian tubuh yang akan memberikan rangsangan seksual, seperti penis dan klitoris.
Masturbasi dianggap sebagai perilaku yang umum dilakukan dan dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Masturbasi dianggap sebagai cara yang baik untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual yang bisa muncul kapanpun, terutama untuk orang-orang tanpa pasangan atau yang pasangannya tidak mampu atau bersedia untuk melakukan hubungan seksual. Masturbasi biasanya dijadikan sebagai alternatif untuk orang-orang yang menghindari kehamilan atau takut terkena penyakit seksual, orang-orang yang mengalami disfungsi seksual, serta dapat dijadikan salah satu cara untuk mengambil sampel semen saat seorang laki-laki ingin tes infertilitas atau donasi sperma.
Meskipun masturbasi dianggap hal yang normal dilakukan, terdapat beberapa keadaan yang menjadikan masturbasi dianggap sebagai sebuah masalah, yaitu saat masturbasi menghalangi aktivitas seksual dengan pasangan, dilakukan di tempat umum, atau menyebabkan stres pada seseorang. Masturbasi dapat menyebabkan stres jika dilakukan secara kompulsif dan/atau mengganggu aktivitas sehari-hari.
Sebuah keadaan yang menjadikan si penderitanya ter-preokupasi secara berlebihan dengan pikiran-pikiran atau perilaku-perilaku yang memberikan efek munculnya hasrat seksual. Biasanya orang dengan adiksi terhadap seksual menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan dan/atau memiliki perilaku kecanduan secara seksual, seperti memiliki banyak hubungan gelap, berhubungan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK), melihat gambar-gambar atau video porno, dan masturbasi yang berlebihan.
Parafilia merupakan masalah yang berhubungan dengan pengontrolan rangsangan, yang dikarakteristikan dengan fantasi, keinginan, dan perilaku seksual yang kuat dan berulang yang melibatkan objek, aktivitas, atau keadaan yang tidak biasa. Biasanya objek, aktivitas, atau keadaan yang digunakan oleh penderitanya merupakan hal yang penting bagi fungsi seksual seseorang. Dengan adanya parafilia, keinginan dan perilaku penderitanya dapat membuat stres dan dapat memunculkan masalah karir dan sosial. Orang dengan parafilia biasa dipanggil “kinky” atau “perverted” dan perilaku ini dapat mengakibatkan konsekuensi sosial dan hukum yang serius. Beberapa perilaku yang dianggap parafilia antara lain: eksibisionis (menunjukan alat kelamin ke orang asing), fetishism (keinginan seksual yang berhubungan terhadap benda mati), frotteurism (menyentuh atau menggaruk alat kelaminnya di depan orang yang tidak dikenal dan di tempat umum), pedophilia (memiliki keinginan seksual terhadap anak-anak), masokis seksual (keinginan seksual yang muncul dengan melibatkan tindakan-tindakan kekerasan kepada diri sendiri), sadisme seksual (mendapatkan rangsangan seksual dengan menyiksa baik psikologis maupun fisik partner seksualnya), transvestism (laki-laki heteroseksual yang berpakaian seperti wanita untuk menimbulkan atau meningkatkan hasrat seksual), voyeurism (mengintip orang asing yang sedang tidak berpakaian atau sedang melakukan hubungan seksual, yang biasanya diikuti dengan proses masturbasi si penderitanya)
Biasanya para profesional kesehatan menggunakan terapi kogntif tingkah laku (cognitive behavioral terapy) untuk membantu orang-orang dengan adiksi terhadap seks mempelajari tingkah laku seksual mereka, mengevaluasi kembali distorsi yang terjadi pada pikiran mereka yang membuat mereka menjadi berperilaku aneh, dan mempelajari bagaimana mengontrol perilaku tersebut. Obat-obatan yang dianggap dapat membantu mengurangi gejala pada kecanduan seks ini antara lain golongan SSRI (seroetoninergic) yang biasanya digunakan untuk mengobati kasus depresi dan gangguan cemas serta digunakan sebagai penstabil mood pada orang dengan gangguan mood. Obat golongan ini dianggap dapat menurunkan keinginan kompulsif yang berhubungan dengan adiksi terhadap seksual. Selain SSRI, mood stabilizer seperti Carbamazepine juga dapat digunakan untuk menurunkan perilaku impulsif yang dialami oleh pecandu seks.
Sementara itu, tidak jauh berbeda dengan kelainan adiksi terhadap seks, kebanyakan kasus parafilia diobati dengan konseling dan terapi yang dapat membantu si penderitanya memodifikasi perilaku mereka. Obat-obatan dapat membantu untuk menurunkan sifat kompulsif yang berhubungan dengan parafilia dan menurunkan fantasi dan perilaku seksual yang menyimpang. Pada beberapa kasus, terapi hormon diresepkan untuk orang-orang yang mengalami perilaku seksual yang tidak normal dan berbahaya. Biasanya obat-obatan itu bekerja dengan menurunkan rangsangan seksual seseorang.