Daftar isi
Dalam kamus kedokteran Dorland, onani atau onanism berarti koitus interuptus atau penarikan penis saat berhubungan seksual sebelum ejakulasi (sperma keluar dari penis), sehingga ejakulasi terjadi di luar vagina. Onani juga dapat diartikan sebagai masturbasi. Namun yang akan dibahas pada artikel ini adalah onani sebagai koitus interuptus.
Koitus interuptus merupakan salah satu metode untuk mengontrol kehamilan. Dengan koitus interuptus, pembuahan dapat dicegah karena sel sperma tidak kontak dengan sel telur. Angka prevalensi penggunaan metode ini bervariasi dari 9–48%. Dan pada beberapa kelompok ada yang mengkombinasikan metode ini dengan penggunaan kondom.
Keberhasilan metode ini tergantung dari kemampuan laki-laki untuk menarik alat kelamin mereka sebelum terjadinya ejakulasi. Angka kegagalan metode ini dinyatakan secara berbeda oleh berbagai sumber. Terdapat sumber yang menyatakan angka kejadiannya 17% hingga 19 % dan ada yang bahkan menyatakan sekitar 25% hingga 27%. Angka kegagalan yang tinggi ini menggambarkan bahwa metode ini tidak efektif untuk mencegah kehamilan. Semakin tinggi angka kegagalannya, semakin mungkin seorang wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah metode ini dapat digunakan kapanpun, tanpa alat, tanpa biaya, tidak melibatkan bahan kimia atau hormon dan memiliki risiko komplikasi yang rendah. Namun, kerugiannya adalah risiko untuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan masih tinggi. Metode ini juga tidak melindungi seseorang terhadap terjadinya penyakit yang ditransmisikan secara seksual.
Meskipun risiko komplikasi koitus interuptus sebagai metode kontrasepsi relatif sedikit, angka kegagalannya masih tinggi dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya sehingga memiliki kecenderungan untuk menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Metode ini juga tidak mencegah penyebaran penyakit yang ditransmisikan secara seksual, seperti herpes genital, atau gonorrhea.
Penggunaan metode koitus interuptus sebagai metode kontrasepsi dianggap kurang efektif untuk mengontrol kehamilan dan menghindari penyebaran penyakit yang ditransmisikan secara seksual. Oleh karena itu, sebaiknya perlu digunakan metode kontrasepsi lainnya yang lebih efektif untuk mengontrol kehamilan dan terutama penyebaran penyakit seksual, seperti penggunaan kondom.