Kanker serviks adalah keganasan pada sel di mulut rahim (serviks) wanita. Kanker serviks adalah kanker yang umumnya berkembang secara lambat tanpa gejala spesifik, namun dapat dicegah dan dideteksi secara dini dengan pemeriksaan Pap smear berkala. Kanker ini termasuk dalam tiga jenis kanker yang paling sering ditemui pada wanita di seluruh dunia. Usia 50 – 79 tahun adalah rentang usia dimana kanker serviks stadium akhir sering ditemukan.
Kanker serviks stadium dini umumnya tidak bergejala; kanker stadium dini umumnya ditemui dari hasil Pap smear. Gejala awal kanker serviks antara lain perdarahan vagina yang abnormal, keluarnya cairan berbau, rasa tidak nyaman di sekitar vagina, nyeri saat berhubungan intim, perubahan siklus menstruasi, serta nyeri saat buang air kecil. Perdarahan abnormal yang dimaksud dapat berupa perdarahan setelah berhubungan intim, perdarahan di antara siklus menstruasi, atau setelah menopause.
Kanker serviks dapat menyebar secara langsung ke vagina, rahim, dinding panggul, dan organ di sekitarnya (kantong kencing dan rektum) serta melalui kelenjar getah bening ke seluruh tubuh (terutama hati, paru – paru, dan tulang). Gejala kanker serviks stadium lanjut antara lain anemia akibat perdarahan; nyeri panggul, tungkai, dan punggung; gangguan buang air kecil; keluarnya urin atau feses melalui vagina (fistula); serta penurunan berat badan. Pada tahap awal, tidak tampak kelainan pada mulut rahim. Jika kanker serviks telah mencapai tahap lanjut, mulut rahim tampak tidak beraturan disertai luka atau massa seperti kembang kol.
Saat ini kanker serviks diduga kuat disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang bersifat karsinogen (dapat menyebabkan keganasan). Infeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Terdapat lebih dari 100 jenis HPV yang sebagian besar tidak berbahaya; namun terdapat HPV tipe tertentu yang dapat menganggu perkembangan sel mulut rahim sehingga memicu kanker. Sebesar 70% kasus kanker servis disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Infeksi HPV cukup sering terjadi dan tidak semua penderita mengalami kanker serviks karena adanya pengeruh faktor lain. Infeksi HPV tidak menimbulkan gejala sehingga sebagian besar penderita tidak mengetahuinya. Faktor risiko menderita kanker serviks adalah hubungan seksual pada usia muda, pasangan seksual multipel, pasangan seksual yang sering berganti pasangan, serta riwayat menderita penyakit menular seksual.
Pengobatan kanker serviks tergantung pada stadium kanker saat diagnosis. Jika kanker serviks masih dalam stadium awal, maka dapat dilakukan pembedahan untuk mengangkat mulut rahim dengan atau tanpa pengangkatan rahim. Terapi bedah dapat disertai atau tanpa disertai radioterapi (terapi sinar X). Kanker yang sudah memasuki stadium lanjut diobati dengan kombinasi kemoterapi dan radioterapi. Angka harapan hidup dalam jangka waktu 5 tahun setelah diagnosis kanker serviks adalah: stadium 1 – 80 – 90%, stadium 2 –60 – 90%, stadium 3 – 30 – 50%, dan stadium 4 – 20%. Pengobatan dengan bedah, radioterapi, dan atau kemoterapi dapat memperpanjang usia hidup selama 12 – 17 bulan tergantung pada stadium dan pengobatan.
Pap smear secara berkala diperlukan untuk medeteksi dini adanya tanda awal kanker serviks. Pap smear direkomendasikan setiap 3 tahun pada wanita usia 25 – 49 tahun dan setiap 5 tahun pada wanita usia 50 – 64 tahun. Selain itu, infeksi HPV dapat dicegah dengan pemberian vaksin HPV. Vaksin ini diberikan sebanyak 3 dosis mulai usia 11 – 12 tahun. Vaksinasi HPV kejar direkomendasikan untuk wanita 13 – 26 tahun yang belum pernah divaksinasi atau belum menerima dosis lengkap.