Demam berdarah atau yang sering disebut sebagai demam berdarah dengue adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan adanya manifestasi perdarahan.
Gejala utama dari penyakit ini adalah demam mendadak 2 hingga 7 hari dan umumnya bifasik yaitu ada 2 fase demam dan diantaranya terdapat fase bebas demam. Gejala lainnya adalah adanya mialgia ataupun nyeri pada otot, sakit kepala, sakit pada belakang bola mata, adanya pembesaran kelenjar getah bening, adanya bercak kemerahan atau ruam pada kulit, penurunan kadar lekosit darah atau leukopeniapenurunan kadar trombosit atau trombositopenia dan disertai adanya manifestasi perdarahan ataupun adanya kebocoran plasma. Manifestasi perdarahan maupun kebocoran plasma ini dapat hanya terdeteksi dalam pemeriksaan laboratorium maupun dengan adanya bukti perdarahan nyata secara klinis.
Perdarahan klinis nyata yang dapat dilihat dan sering ditemukan adalah adanya uji rumple leede positif, petekie yang berupa bintik perdarahan pada kulit, epistaksis ataupun perdarahan dari hidung, perdarahan spontan dari gusi, hingga perdarahan saluran cerna. Manifestasi adanya kebocoran plasma dapat terlihat dari klinis seperti adanya efusi pleura (terkumpulnya cairan didalam rongga pembungkus paru) dan asites (adanya kumpulan cairan di dalam rongga perut) ataupun melalui pemeriksaan laboratorium yang ditunjukkan dengan adanya hemokonsentrasi yaitu didapatkan peningkatan hematokrit dan adanya respon penurunan hematokrit setelah resusitasi cairan. Gejala – gejala tersebut dapat membaik maupun memburuk hingga terjadi penurunan kesadaran dan gangguan kesadaran yang disebut sebagai sindrom syok dengue.
Terdapat 4 derajat keparahan demam berdarah dengue
Gejala demam berdarah merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Diagnosa demam berdarah dengue dapat menggunakan kriteria WHO.
Pengobatan pada demam berdarah dengue utamanya dalah suportif dengan antipiretik dan cairan. Namun pada kasus dimana terjadi kegagalan sirkulasi, maka diperlukan resusitasi cairan yang agresif disesuaikan dengan kondisi dan respon penderita.