Daftar isi
Autisme merupakan suatu kelainan dengn spektrum yang luas. Istilah yang lebih digunakan dalam diagnosa adalah Autism Spectrum Disorders (ASDs). Saai ini untuk diagnosa ASD, dapat digunakan kriteria diagnosa yang dikeluarkan oleh DSM-V
Kriteria diagnosa tersebut adalah:
1. Adanya defisit komunikasi dan interaksi sosial yang persisten, ditunjukkan dengan:
2. Adanya keterbatasan perilaku, aktivitas dan minat, yang ditunjukkan dengan minimal 2 dari:
3. Gejala tersebut timbul pada masa perkembangan awal yang akan makin jelas gejalanya seiring dengan berjalannya waktu.
4. Gejala ini menyebabkan gangguan sosial, okupasional, dan fungsi lainnya secara signifikan.
5. Gejala ini tidak dapat dijelaskan dengan adanya disabilitas intelektual.
Untuk mendiagnosa ASD dibutuhkan adanya gangguan ataupun keterlambatan fungsi interaksi sosial, gangguan bahasa, gangguan komunikasi yang terjadi sebelum usia 3 tahun. Gangguan interaksi sosial ini umumnya ditandai dengan menurunnya kontak mata, ekspresi wajah maupun bahasa tubuh yang janggal bila berinteraksi dengan orang lain, sulit bergaul dengan orang lain, dan empati yang berkurang. Biasanya ASD dapat diikuti dengan kelainan lain misalnya IQ yang rendah, maupun epilepsi. Gejala yang dapat ditemukan dapat dilihat sesuai dengan yang telah tertera dalam kriteria diagnosa.
Penyebab utama kelainan ini masih belum ditemukan secara pasti. Namun diperkirakan faktor genetik, faktor lingkungan memegang peranan penting. Faktor genetik merupakan teori yang banyak dianut dikarenakan ditemukan banyaknya mutasi genetik pada penderita ASD.Faktor lingkungan disini misalnya ibu yang menggunakan obat terlarang, alkohol, rokok, adanya infeksi dalam kehamilan maupun pengobatan tertentu.
Pada pengidap ASD, didapatkan adanya perlambatan pertumbuhan otak besar pada awal masa pertumbuhan hingga penurunan angka pertumbuhan otak seiring berjalannya waktu.
Pengobatan pada ASD ditujukan untuk memperbaiki perilaku agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat bersekolah, dapat bergaul dan tujuan akhirnya adalah dapat hidup mandiri. Umumnya dilakukan terapi komunikasi dan intervensi perilaku. Pengobatan secara medikamentosa umumnya ditujukan untuk mengurangi gejala hiperreaktivitas, gangguan obsesi kompulsi yang timbul, agresi hingga mencegah perilaku yang dapat menyakiti diri. Obat – obat yang sering dipakai adalah metilfenidat, antipsikotik seperti haloperidol, risperidone, olanzapine, quetiapine, clozapine, ziprasidone, obat penenang misalnya escitalopram, mood stabilizer misalnya litium.
Hal penting yang perlu diingat juga adalah perlunya terapi pada keluarga dengan penderita ASD. Hal ini keluarga berperan penting dalam meningkatan perilaku sosial, bahasa dan kognitif pada penderita ASD.