Darah tinggi atau yang sering dikenal dengan hipertensi merupakan suatu kelainan klinik dimana didapatkan adanya peningkatan tekanan darah diatas normal. Beberapa konsesus menggunakan batas tekanan darah 140/90 untuk dikatakan mengalami hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah ini harus dilakukan dalam kondisi tenang dan telah dilakukan beberapa kali pemeriksaan. Pengukuran yang paling baik adalah dengan menggunakan 24 hour Ambulatory Blood Pressure Monitoring yang mengukur tekanan darah dalam 24 jam secara mandiri sehingga dapat diketahui pola peningkatan tekanan darah dan untuk mengeksklusi white coat hypertension. Hipertensi mempunyai klasifikasinya sendiri bergantung dari tingginya tekanan darah:
Berdasarkan jenis peningkatannya pun hipertensi dapat di bagi menjadi :
Hipertensi merupakan kelainan dengan tidak adanya gejala yang jelas. Mayoritas penderita tidak menyadari bahwa ia mengidap hipertensi dikarenakan kebanyakan hipertensi adalah asimptomatik. Seringkali diagnosis hipertensi dibuat secara tidak sengaja saat penderita melakukan check up rutin atau pada saat datang berobat untuk keluhan lain. Hal ini menyebabkan pentingnya pemeriksaan berkala pada setiap individu, terutama mereka yang beresiko. Resiko yang perlu diwaspadai adalah adanya riwayat keluarga dengan pengidap hipertensi, adanya kegemukan atau obesitas, diabetes mellitus, dislipidemia, inaktivitas, merokok, adanya penyakit tiroid yang mendasari dan pada penggunaan hormon.
Penyebab dari hipertensi adalah multifaktorial. Penyebab dari hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu primer maupun sekunder. Penyebab primer pada hipertensi seringkali tidak diketahui atau idiopatik. Penyebab sekunder yang sering ditemui adalah adanya penyakit tiroid, gangguan kelenjar adrenal, gangguan ginjal dan banyak faktor lainnya.
Pencegahan adalah hal utama dalam menangani hipertensi. Pencegahan dapat dilaksanakan dengan modifikasi gaya hidup dan mengontrol faktor resiko. Namun pada penderita yang sudah mengidap hipertensi, pengobatan rutin penting untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung, stroke dan kerusakan organ lainnya di masa mendatang.
Pengobatan pada hipertensi dibagi menjadi 2 pendekatan, yaitu pendekatan nonfarmakologis dan farmakologis. Pendekatan nonfarmakologis lebih menekankan kepada perubahan pola hidup. Modifikasi gaya hidup yang disarankan adalah penurunan berat badan hingga BMI < 25 kg/m2, menurunkan konsumsi garam, menerapkan pola makan cara DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), olahraga dan stop merokok.
Pengobatan secara farmakologis ditujukan kepada hipertensi maupun terhadap faktor resiko lainnya. Pada hipertensi terdapat banyak kelas obat yang dapat digunakan misalnya ACE Inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker, Calcium Channel Blocker, Thiazides Diuretic, Aldosterone Antagonists, Beta Blocker. Pemilihan jenis obat yang dipakai bergantung dari banyak faktor antara lain ras, usia dan derajat hipertensi serta adanya komorbid lainnya. Beberapa asosiasi dokter di berbagai belahan dunia telah menerbitkan guidelines dalam pemilihan terapi antihipertensi ini.