Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa atau gula darah (hiperglikemia) akibat gangguan pada kerja hormon insulin (resistensi insulin), atau gangguan pada sekresi hormon insulin, ataupun disebabkan oleh kedua – duanya. Secara umum, DM dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Terjadi gangguan pada sekresi hormon insulin akibat kerusakan pada sel – sel beta pankreas yang mendasari terjadinya DM tipe 1. Pada DM tipe 2, terjadi resistensi insulin yang pada perkembangannya dapat pula disertai dengan gangguan sekresi hormon insulin. DM juga dapat timbul pada masa kehamilan yang dikenal sebagai DM gestasional. Selain bentuk – bentuk tersebut, dikenal juga DM tipe lain yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya karena kelainan genetik, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, akibat obat atau zat kimia tertentu, infeksi, bentuk tidak lazim dari immune mediated diabetes mellitus, serta disebabkan oleh sindrom genetik lainnya.
Khususnya pada DM tipe 2, penyakit ini umum ditemukan pada individu yang memiliki faktor resiko berupa: usia lanjut ( lebih dari 45 tahun), berat badan berlebih, penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, riwayat penderita DM pada keluarga, riwayat keguguran berulang, riwayat DM gestasional, penderita dislipidemia serta gangguan metabolik lainnya.
DM memiliki gejala klasik yang khas, yaitu berupa:
Selain itu, DM dapat juga menimbulkan gejala – gejala lain berupa:
Diagnosis penyakit ini ditegakan bila ditemukan gejala klasik DM disertai dengan kadar gula darah sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL, atau bila ditemukan gejala klasik DM disertai dengan kadar gula darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dL, atau kadar gula darah 2 jam setalah makan pada tes toleransi glukosa oral ≥ 200 mg/dL, atau kadar HbA1C ≥ 6,5 % pada pemeriksaan laboratorium. Apabila pada hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria yang telah disebutkan sebelumnya, maka kondisi tersebut digolongkan sebagai kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) ataupun gula darah puasa terganggu (GDPT) sesuai dengan hasil yang diperoleh.
DM tipe 1 ditandai dengan hilangnya sel beta penghasil insulin dari pulau Langerhans di pankreas yang menyebabkan kekurangan hormon insulin. Sebagian besar kasus DM tipe 1 didasari oleh suatu keadaaan autoimun yang merusak sel – sel beta pankreas sehingga menyebabkan produksi horman insulin mengalami penurunan. Kondisi ini dapat mempengaruhi anak – anak atau orang dewasa, namun secara umum dikenal sebagai "juvenile diabetes" karena sebagian besar kasusnya terjadi pada anak – anak. DM tipe 1 diduga merupakan kondisi yang diwakriskan secara parsial dan dipicu oleh satu atau lebih faktor lingkungan, seperti infeksi virus atau diet.
DM tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin, yang dapat dikombinasikan dengan sekresi insulin yang relatif berkurang. DM tipe 2 adalah jenis yang paling umum, diduga kondisi ini terjadi akibat gangguan reseptor insulin sel – sel tubuh sehingga terjadi gangguan pada kerja hormon insulin. DM tipe 2 terutama disebabkan faktor gaya hidup serta faktor genetik. Sejumlah faktor gaya hidup yang diketahui penting untuk pengembangan diabetes tipe 2, termasuk berat badan berlebih atau obesitas, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, stres, dan pola hidup perkotaan lainnya.
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis, dan hanya bisa dikendalikan tanpa bisa disembuhkan. Titik berat pada pengendalian penyakit ini adalah untuk mencapai kadar gula darah mendekati kadar yang senormal mungkin (euglikemia), tanpa menyebabkan hipoglikemia. Pada kondisi DM tipe 1, hal ini dapat dicapai dengan pengguaan hormon insulin sintetik secara rutin. Pada DM tipe 2, keadaan euglikemia biasanya dapat dicapai dengan modifikasi gaya hidup, latihan jasmani, pengendalian pola diet, dan penggunaan obat yang tepat. Saat ini dikenal beberapa golongan obat hipoglikemia oral (OHO), diantaranya: golongan sulfonylurea (glyburide, glimepiride, glipizide), golongan biguanid (metformin), golongan alpha-glucosidase inhibitor (acarbose, miglitol, voglibose), serta golongan thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone). Penggunaan OHO serta hormon insulin sintetik tersebut harus dalam pengawasan seorang dokter.