Sakit tenggorokan merupakan salah satu gejala yang paling sering membuat pasien datang berobat ke dokter. Walaupun penyebab tersering dari sakit tenggorokan adalah infeksi, hanya kurang dari 20% pasien dengan sakit tenggorokan memerlukan pengobatan antibiotik.
Sakit tenggorokan biasanya dikaitkan dengan infeksi pada pharynx, sebagian besar oleh virus atau bakteri. Pharyngitis yang disebabkan oleh GABHS (Grup A Beta Hemolitikus Streptococcus) meliputi sekitar 15 – 30 % kasus pada anak dan 5 – 15 % kasus pada orang dewasa. Selain itu, sakit tenggorokan juga dapat disebabkan oleh kondisi lain seperti gastroesophageal reflux disease (GERD), postnasal drip sekunder dari rhinitis, batuk yang tidak sembuh – sembuh, infeksi pada kelenjar tiroid, alergi, adanya benda asing pada tenggorokan, dan merokok.
Penyakit lain yang juga memiliki gejala sakit tenggorokan antara lain difteri, epiglottitis, infeksi oleh mycoplasma, Epstein-Barr virus, serta abses pada tonsil.
Melihat penyebab diatas, obat – obat yang ditujukan untuk sakit tenggorokan antara lain golongan antibiotik, antipiretik / penurun panas, kortikosteroid, antihistamin, ekspektoran, antitusif, dan mukolitik.
Antibiotik sebenarnya tidak tepat diberikan pada infeksi yang disebabkan oleh virus. Penggunaannya seharusnya setelah hasil kultur atau minimal test rapid antigen bakteri positif.
Efek samping tergantung dari masing – masing golongan dari obat sakit tenggorokan. Pada umumnya, tidak terdapat efek samping berbahaya kecuali reaksi alergi terhadap suatu komponen obat.
Yang terutama dari pengobatan sakit tenggorokan adalah menjamin kondisi umum tubuh baik. Jika ada tanda – tanda kekurangan cairan / dehidrasi, pemberian cairan baik secara oral ataupun melalui infus perlu dilakukan. Tentunya, nyeri yang dirasakan akan membatasi konsumsi oral pasien. Jika sangat mengganggu, pasien perlu mendapatkan perawatan inap di rumah sakit. Sakit tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat menerima pengobatan antibiotik sesuai dengan bakteri penyebabnya.
Pemberian antibiotik di awal (sebelum hasil kultur sekret tenggorokan keluar) memiliki beberapa keuntungan antara lain : memperpendek masa sakit, membatasi penularan, mempercepat masa pemulihan. Akantetapi terdapat juga beberapa kerugian untuk pemberian antibiotik lebih awal seperti : kegagalan terapi karena membatasi kemampuan tubuh untuk membentuk sistem pertahanan terhadap infeksi, biaya dan juga kemungkinan rekasi obat juga dapat dicegah (pada penyebab selain bakteri).
Antibiotik yang biasa digunakan adalah dari golongan penisilin sampai sefalosporin generasi 2 atau 3. Contoh obat – obatan tersebut antara lain Amoxicillin dengan dosis 3 x 500 mg / hari, Cefadroxil 2 x 500 mg / hari.
Untuk infeksi yang disebabkan oleh virus, pengobatan yang diberikan sesuai gejala yang dialami seperti antipiretik untuk mengatasi nyeri dan demam. Beberapa penelitian juga menyarankan penggunaan steroid seperti dexamethasone untuk membantu mengurangi nyeri dan memperpendek durasi gejala (baik pada infeksi virus maupun bakteri). Akantetapi, hal ini hanya bermakna pada pasien dewasa saja.
Obat – obatan dari golongan antipiretik / penurun panas (Paracetamol 3 x 500 mg / hari), kortikosteroid (Dexamethasone 3 x 5 mg / hari), antihistamin (CTM 3 x 4 mg / hari), ekspektoran, antitusif (Dextromethorphan 3 x 15 mg / hari), dan mukolitik digunakan untuk mengatasi gejala – gejala sampingan seperti demam, lendir tenggorokan yang membuat tidak nyaman, nyeri menelan, dan batuk yang menggangu.