DEFINISI DAN FUNGSI
Eritrosit atau sel darah merah adalah salah satu komponen dalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dalam darah untuk didistribusikan ke seluruh organ tubuh. Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf dengan ukuran sekitar 7,5 mikrometer, tidak mempunyai inti sel maupun organel. Eritrosit ini dibentuk di sumsum tulang dan diatur oleh hormone eritropoeitin dari ginjal. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu suatu protein yang berfungsi mengikat oksigen, dan juga mengandung beberapa enzim antioksidan yang berfungsi untuk mencegah kerusakan prematur pada eritrosit.eritrosit memiliki keunikan dalam hal bentuk dimana protein pembentuknya sangat elastic sehingga eritrosit dapat terpuntir ataupun berubah bentuk ketika melewati pembuluh darah yang sangat kecil dan akan kembali ke bentuk semula.
Fungsi utama eritrosit adalah sebagai sarana utama pengangkut oksigen yang diambil dari pertukaran gas di dalam paru untuk kemudian didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Eritrosit juga mengikat sebagian karbon dioksida dari hasil metabolisme untuk dibawa ke paru dan dikeluarkan.
Eritrosit pada pria umumnya lebih banyak daripada wanita walaupun terdapat banyak faktor yang menentukan jumlah darah dalam tubuh manusia. Umumnya jumlah eritrosit manusia berkisar antara 4 – 5 juta per mikroliter darah. Jumlah ini penting dikarenakan jumlah eritrosit akan mempengaruhi viskositas darah. Kandungan utama eritrosit adalah hemoglobin. Umunya kadar hemoglobin normal pada pria dewasa adalah 13 – 18 g/dL, dan 12 – 16 g/dL pada wanita.
Gangguan pada eritrosit bervariasi, dimulai dari gangguan pada jumlah dan struktur. Gangguan pada jumlah eritrosit antara lain anemia (jumlah eritrosit dan kemudian jumlah hemoglobin berkurang) ataupun polisitemia (jumlah eritrosit yang sangat meningkat). Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal mulai dari gangguan produksi misalnya pada defisiensi besi, defisiensi folat, defisiensi b12, pada penyakit kronis terutama penyakit ginjal kronik, kegagalan sumsum tulang; gangguan maturasi, misalnya pada gangguan genetic, adanya keganasan pada darah; kehilangan darah yang banyak misalnya pada perdarahan.
Gangguan struktur eritrosit yang sering ditemukan adalah adanya thalassemia maupun yang disebut anemia sel sabit. Thalassemia diakibatkan oleh gangguan bentuk hemoglobin. Thalassemia bervariasi secara klinis sesuai dengan jumlah kerusakan protein globin dalam eritrosit. Anemia sel sabit terjadi karena adanya produksi hemoglobin S (HbS) yang nantinya akan membentuk eritrosit seperti bentuk bulan sabit.
Polisitemia atau kandungan eritrosit dalam darah yang meningkat akan menyebabkan viskositas meningkat dan memperlambat laju aliran darah. Keadaan ini sering ditemukan pada polisitemia vera (keganasan pada eritrosit) ataupun akibat perangsangan eritropoietin berlebih ataupun pada penduduk yang tinggal di daerah yang tinggi.
Untuk memastikan jumlah eritrosit dalam tubuh mencukupi, penting untuk memastikan adanya kecukupan asupan nutrisi terutama zat besi, folat dan vitamin B 12. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perlunya skrining genetik untuk mencari adanya gen thalassemia maupun anemia sel sabit sehingga dapat mencegah keturunan mengidap penyakit tersebut.