Daftar isi
Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar (BAB) atau perubahan konsistensi feses menjadi cair. Diare bukan merupakan suatu penyakit tertentu, namun suatu gejala dari berbagai penyakit. Pada anak, diare dapat bersifat akut (mendadak dan terjadi beberapa hari) atau kronik (lebih dari 7 – 14 hari). Meskipun diare merupakan hal yang biasa terjadi pada anak, diare dapat menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi) dan gangguan keseimbangan elektrolit yang dapat berbahaya jika tidak ditangani. Frekuensi dan konsistensi feses bervariasi berdasarkan usia dan diet anak. Pada bayi, frekuensi BAB dapat mencapai 3 – 10 kali per hari (bayi yang mengkonsumsi air susu ibu lebih sering BAB). Balita dan anak yang lebih besar umumnya BAB 1 – 2 kali per hari. Konsistensi feses bayi umumnya lunak dan berwarna kuning, hijau, atau cokelat. Anak yang lebih besar memiliki konsistensi feses yang lebih padat.
Anak dengan diare mengalami BAB encer atau sering dengan warna bervariasi (kuning, cokelat, hijau). Pada diare karena infeksi virus, umumnya feses cair berwarna kuning, diikuti pembuangan gas yang sering, berbau asam, serta tanpa lendir atau darah. Diare karena bakteri umumnya berbau busuk dan disertai lendir atau darah. Gejala diare lain berupa mual, muntah, nyeri perut, nyeri kepala, demam, penurunan napsu makan, dan rasa tidak enak pada tubuh. BAB cair dan muntah yang sering dapat menyebabkan kekurangan cairan dan elektrolit dalam derajat bervariasi dari ringan sampai berat. Pada dehidrasi derajat ringan sampai sedang, bayi atau anak gelisah, rewel, air mata berkurang, haus, urin berkurang dan menjadi pekat, mata cekung, dan lemas. Pada dehidrasi berat, anak mengalami penurunan kesadaran (tidak responsif), tidak mau minum, air mata tidak ada, mata sangat cekung, mulut sangat kering, dan urin sangat sedikit. Adanya gejala dehidrasi perlu mendapatkan penanganan segera. Dehidrasi berat dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, sampai kematian.
Diare dapat disebabkan oleh infeksi, obat – obatan, keracunan atau alergi makanan, intoleransi makanan, serta penyakit tertentu (penyakit Chron atau celiac). Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit. Infeksi virus adalah penyebab paling sering diare pada anak. Obat antibiotik dan pencahar dapat menyebabkan diare pada anak maupun dewasa; diare pada kasus ini umumnya ringan dan berhenti 1 – 2 hari setelah obat dihentikan. Diare karena keracunan makanan disebabkan oleh racun bakteri yang terkandung dalam makanan yang tercemar; diare akibat keracunan umumnya timbul cepat setelah konsumsi makanan dan disertai muntah.
Pengobatan paling penting pada anak diare adalah pemberian cairan dan elektrolit yang sesuai dengan derajat dehidrasi. Pada dehidrasi ringan sampai sedang, pemberian cairan dan elektrolit dapat berupa cairan oralit atau air susu ibu (ASI) yang diminum. Pada dehidrasi berat, diperlukan pemberian cairan melalui infus. Selain itu, dapat diberikan suplementasi zinc untuk memperbaiki lapisan usus dan probiotik untuk menyeimbangkan flora usus. Pada diare akibat infeksi bakteri diperlukan antibiotik yang sesuai. Saat diare, hindari makanan yang berserat dan produk susu.