Doksisiklin merupakan antibiotik sintetik / buatan spektrum luas yang merupakan turunan dari oksitetrasiklin. Fungsi utamanya adalah sebagai bakteriostatik / penghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis protein bakteri. Doksisiklin hanya menghambat bakteri yang membelah secara cepat. Secara umum, obat ini diserap hampir sempurna setelah konsumsi, dan kelebihannya adalah obat ini tidak dipengaruhi penyerapannya oleh susu atau makanan.
Doksisiklin diindikasikan untuk mengatasi infeksi tanpa komplikasi pada dada, urethra, endoserviks, atau rektum orang dewasa yang disebabkan oleh organisme seperti Rickettsiae, Mycoplasma pneumoniae, Borrelia reccurentis, Chlamydia trachomatis, Haemophilus ducreyi, Pasteurella pestis, Bartonella bacilliformis, dsb. Doksisiklin juga dapat efektif terhadap Neisseia gonorrhoeae, Escherichia coli, Shigella sp, Klebsiella sp, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus walaupun penggunaannya memerlukan tes sensitivitas terlebih dahulu karena pada beberapa kasus telah terjadi resistensi.
Selain itu, doksisiklin juga dapat digunakan sebagai tambahan mengatasi amoebiasis usus dan juga acne yang berat.
Alergi / hipersensitivitas terhadap komponen obat merupakan satu – satunya kontraindikasi mutlak dari penggunaan obat ini. Obat ini juga sebaiknya tidak digunakan pada ibu hamil karena dapat menyebabkan pewarnaan pada gigi janin yang permanen. Selain itu, juga pernah dilaporkan adanya gangguan pertumbuhan tulang pada janin. Olehkarena itu, penggunaan obat ini sebaiknya dihindari kecuali manfaatnya melebihi risiko. Penggunaannya juga tidak disarankan pada ibu yang menyusui karena obat ini dikeluarkan juga pada air susu.
Efek samping yang terjadi biasanya berhubungan dengan dosis doksisiklin yang tinggi. Saluran pencernaan merupakan organ yang paling sering terkena efek ini. Mual, muntah, diare, radang pada lidah, sulit menelan, radang pada usus dengan pertumbuhan jamur pada usus merupakan beberapa efek samping yang dapat ditemui. Kelainan pada kulit seperti kemerahan, gatal juga ditemui pada pasien yang ternyata memiliki alergi terhadap komponen doksisiklin. Pada kasus jarang, kelainan darah seperti trombositopenia, anemia hemolitik, eosinofilia juga dapat ditemui sebagai efek dari konsumsi doksisiklin.
Dosis awal pada orang dewasa biasanya 200 mg pada hari pertama pemberian yang dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 100 mg / hari. Dosis ini dapat diberikan dalam sekali pemberian sehari / dosis tunggal atau dosis terbagi (setiap 12 jam). Pengobatan juga harus diteruskan sampai minimal 1 – 2 hari setelah gejala dan demam menghilang. Pada infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus, pengobatan harus dilanjutkan minimal 10 hari.
Dosis doksisiklin untuk anak dibawah 50 kg (dengan usia diatas 12 tahun) adalah 4 mg/kg pada hari pertama dan 2 mg/kg untuk hari selanjutnya.