Telapak tangan berkeringat merupakan kelainan yang terjadi karena produksi keringat dalam jumlah yang melebihi respon normal tubuh terhadap suhu tubuh, kelainan ini dikenal sebagai hiperhidrosis. Hiperhidrosis dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis, emosi, dan pandangan sosial. Selain itu, telapak tangan yang berkeringat dapat menurunkan kepercayaan diri seseorang terutama saat berada di tempat umum dan saat berinteraksi dengan orang lain seperti makan bersama, berjabat tangan, maupun saat bekerja. Kelainan telapak tangan berkeringat juga sering sekali disertai dengan telapak kaki berkeringat, dan hal ini dapat sangat menganggu karena telapak kaki jadi sering menjadi lembab dan teriritasi serta menimbulkan bau kaki yang tidak sedap.
Hiperhidrosis dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi spesifik terjadinya keringat yang berlebih. Keringat berlebih dapat terjadi pada telapak tangan, telapak kaki, ketiak, dan daerah selangkangan (fokal hiperhidrosis).
Berdasarkan onset terjadinya hiperhidrosis dapat dibedakan menjadi kongenital dan didapat, pada fokal hiperhidrosis kelainan ini dapat terjadi karena kelainan genetik autosomal dominan. Penyebab lainnya terjadi hiperhidrosis (hiperhidrosis yang didapat) adalah penyakit diabetes mellitus, kelainan hormon tiroid, kelainan kelenjar pituitary, tumor/kanker, rematdan k, menopause, dan keracunan raksa.
Penggunaan obat yang diberikan untuk penanganan hiperhidrosis atau anti-keringat dapat menggunakan alumunium klroida. Penggunaan gel atau cairan anti-keringat dapat digunakan sebanyak tiga hingga lima kali sehari dan dilihat bagaimana hasil dari penggunaan anti-keringat ini untuk mengatur dosis pemakaian.
Penggunaan toksin botulinum tipe A (botox) dapat digunakan untuk menghambat control saraf pada kelenjar saraf sehingga stimulus produksi keringat dapat dikurangi. Penggunaan botox dapat mengurangi produksi keringat hingga 3 – 9 bulan.
Penggunaan obat antikolinergik dapat digunakan untuk menurunkan produksi keringat, akan tetapi karena golongan obat antikolinergik tidak hanya bekerja pada kelenjar keringat maka efek samping lainnya dapat muncul seperti mulut kering, mata kering, konstipasi, retensi air kencing, dan mydriasis pupil. Penggunaan Oxybutynin telah menunjukkan bukti penurunan kadar keringat pada orang hiperhidrosis dan memiliki efek samping yang lebih sedikit (tetapi dapat menyebabkan mengantuk, dan mulut kering).
Pengobatan melalui prosedur operasi juga dapat dilakukan, operasi dilakukan untuk menghancurkan kelenjar keringat. Tetapi operasi membuang kelenjar keringat baru dilakukan terhadap hiperhidrosis aksial (ketiak). Beberapa metode lainnya untuk membuang kelenjar keringat dapat dilakukan seperti ablasi laser, sweat gland suction, kuretase, dan sejenisnya.