Imunisasi DPT merupakan betuk vaksinasi yang diindikasikan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri (penyakit infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yang menyebabkan peradangan selaput lendir pada hulu kerongkongan, pangkal tenggorok, dan batang tenggorok), pertusis atau batuk rejan (batuk yang keras, menular, dan mematikan, terutama menyerang anak usia 2 – 6 tahun ayng disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertusis), serta tetanus (penyakit akibat infeksi pada luka yang disebabkan bakteri Clostridium tetani dengan gejala berupa kejang). Saat ini sediaan imunisasi DPT tersedia dalam bentuk vaksin DTwP (whole-cell pertusis), vaksin DTaP (acelluler pertusis), serta bentuk kombinasi dengan vaksin lainnya.
Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah:
Efek samping dari pemebrian imunisasi DPT amat bervariasi, dari reaksi lokal yang ringan sampai dengan reaksi sitemik yang berat, dengan kemungkinan timbulnya reaksi pada pemberian vaksin DTaP lebih rendah dibandingkan pada pemberian vaksin DTwP. Efek samping atau reaksi yang dapat timbul berupa:
Dosis pemberian imunisasi ini DPT, baik jenis vaksin DTwP, vaksin DTaP, serta bentuk vaksin kombinasi, diberikan sebanyak 0,5 mL yang diberikan dengan penyuntikan kedalam serabut otot (intramuscular). Imunisasi ini diberikan sejak usia 2 bulan (tidak boleh diberikn sebelum usia 6 minggu) sebanyak 3 kali pemberian dengan jeda 4 – 8 minggu. Jadwal yang dianjurkan menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011 adalah pada usia 2 bulan, lalu pada usia 4 bulan, 6 bulan, usia 18 – 24 bulan, dan terakhir pada usia 5 tahun.