Dalam dunia kedokteran, berak darah menggambarkan dua kondisi, yaitu melena serta haematochezia. Melena mengacu pada kondisi tinja berwarna kehitaman (seperti aspal) yang umumnya berhubungan dengan perdarahan saluran pencernaan bagian atas (kerongkongan, lambung, serta usus duabelas jari). Warna kehitaman disebabkan oleh kandungan hemoglobin dalam tinja yang terurai oleh enzim – enzim percernaan serta bakteri usus. Haematochezia adalah keluarnya darah segar melalui dubur yang bercampur dengan tinja. Haematochezia umumnya terkait dengan perdarahan saluran pencernaan bagian bawah (usus halus dan usus besar).
Penyebab paling umum dari melena adalah perlukaan lapisan dinding lambung atau usus duabeas jari (ulkus peptikum). Melena dapat pula disebabkan oleh pemakaian obat antikoagulan (contohnya warfarin) yang berlebihan. Selain itu, melena juga dapat disebabkan oleh tumor, terutama tumor ganas yang berasal dari perdarahan pada permukaan tumor tersebut. Melena juga dapat disebabkan oleh beberapa kelainan darah, seperti idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) ataupun haemophilia. Penyebab lain dari melena berupa pendarahan ulkus, gastritis, varises esofagus, divertikulum Meckel, serta sindrom Mallory-Weiss.
Pada orang dewasa, penyebab tersering dari haematochezia adalah hemorrhoid dan diverticulosis. Selain itu juga dapat disebabkan oleh kanker kolorektal, yang bersifat fatal. Pada bayi baru lahir, haematochezia dapat disebabkan tertelannya darah ibu oleh bayi pada saat proses persalinan, ataupun dapat pula menjadi gejala awal dari necrotizing enterocolitis, kondisi serius yang umum mengenai bayi prematur. Pada bayi, haematochezia yang diserta idengan nyeri perut dapat menunjukan kondisi intususepsi. Pada remaja dan dewasa muda, penyakit radang usus, terutama kolitis ulseratif, adalah penyebab yang harus diperhatikan bila ditemukan adanya haematochezia. Penyebab umum lainnya dari haematochezia meliputi: penyakit Crohn, tipe lain dari inflammatory bowel disease, inflammatory bowel syndrome, fisura rektal-anal, diverticulosis, infeksi bakteri E. Coli, serta salmonellosis.
Penanganan pada berak darah didasarkan pada penyakit atau gangguan yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut, baik melena maupun haematochezia. Jika berak darah disebabkan oleh infeksi, maka penderita perlu mendapatkan terapi berupa pemberian agen antimikroba tertentu yang sesuai dengan jenis kuman atau mikroba penyebab infeksi. Jika perdarahan yang terjadi disebabkan oleh keberadaan benda asing pada saluran pencernaan, maka perlu dilakukan prosedur tertentu untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kasus yang disebabkan oleh tomor, maka perlu dilakukan prosedur pembedahan ataupun kemoterapi dan radioterapi. Jika berah darah terjadi akibat pemakaian obat antikoagulan yang berlebihan, maka penggunaan obat antikoagulan tersebut harus segera dihentikan. Jika penyebabnya belum dapat ditentukan, dapat dilakukan prosedur endoskopi yang berfungsi untuk mencari sumber dari perdarahan, serta dapat pula dilakukan pengikatan pembuluh darah (ligasi) yang menjadi sumber perdarahan.