Solusio plasenta atau abruptio plasenta adalah pelepasan prematur plasenta (ari – ari) dari tempat penempelannya di dinding rahim. Solusio plasenta merupakan salah satu sebab perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan trimester dua dan tiga (di atas kehamilan 20 minggu). Kejadian solusio plasenta adalah sebesar 1% dari semua kasus perdarahan saat kehamilan. Solusio plasenta merupakan sebab peradahan yang penting karena dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Gejala solusio plasenta yang paling sering ditemui adalah perdarahan dari vagina (80%). Perdarahan ini dapat terjadi dalam volume besar sampai membahayakan ibu dan bayi. Sebesar 20% penderita mengalami perdarahan tersembunyi sehingga tidak adanya keluhan perdarahan tidak menyingkirkan kemungkinan solusio plasenta. Geala lain yang sering menyertai adalah nyeri perut atau punggung dan kontraksi rahim yang abnormal (sangat sering dan kuat). Sebesar 60% bayi dari ibu yang mengalami solusio plasenta mengalami gawat janin (denyut nadi janin terlalu lambat atau terlalu cepat) dan gerakan bayi berkurang. Pada perdarahan yang sangat banyak, ibu dapat mengalami penurunan volume darah (syok) dengan gejala penurunan kesadaran, nadi lemah atau tidak teraba, penurunan tekanan darah dan anggota gerak yang teraba dingin. Adanya gejala tersebut memerlukan penggantian volume darah secepat mungkin. Solusio plasenta meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur.
Penyebab pasti solusio plasenta belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko. Faktor risiko solusio plasenta antara lain tekanan darah tinggi, trauma (kecelakaan), riwayat merokok, konsumsi alkohol, pengguna kokain, radang cairan amnion (korioamnionitis), pecah ketuban lama (lebih dari 24 jam), usia ibu di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun, riwayat menderita solusio plasenta sebelumnya, dan tumor pada rahim (fibroid).
Perdarahan yang sangat banyak memerlukan penggantian cairan segera melalui infus. Jika tersedia donor darah, maka penderita perlu mendapatkan donor darah yang sesuai setelah pertolongan pertama dilakukan. Setelah volume darah tercukupi, dilakukan pemeriksaan kontraksi rahim dan denyut jantung janin untuk mendeteksi adanya gawat janin. Penatalaksanaan tergantung pada volume darah, kondisi ibu, dan kondisi janin. Jika perdarahan sedikit dan janin dalam keadaan baik, kehamilan dipertahankan sampai waktu kehamilan 9 bulan. Jika janin telah meninggal dalam kandungan, maka dilakukan persalinan secara normal melalui vagina. Pada gawat janin, disarankan persalinan melalui operasi sectio Caesar segera.