Rhinofed tersedia dalam dua bentuk sediaan, yaitu dalam sediaan tablet dan sediaan suspensi. Pseudoephedrine dan terfanadine merupakan bahan aktif yang terkandung di dalam rhinofed. Pada sediaan tabel rhinofed, di dalamnya mengandung bahan aktif pseudoephedrine 30 mg dan terfenadine 40 mg, sedangkan pada rhinofed bentuk suspensi di dalamnya terkandung pseudoephedrine 15 mg dam terfanadine 20 mg. Obat ini tergolong dalam kelompok obat antihistamin yang bekerja melawan efek mediator peradangan histamin yang timbul pada proses alergi. Rhinofed secara umum diindikasikan untuk pengobatan pada kasus peradangan rongga hidung (rinitis), secara lebih spesifik pada kasus rinitis alergi dan rinitis vasomotor.
Pasien dengan riwayat gangguan arteri koroner (isufisiensi koroner), penderita gangguan irama jantung (aritmia), serta penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) yang berat merupakan kontraindikasi dari penggunaan obat rhinofed. Selain itu, obat ini juga tidak boleh digunakan bersamaan dengan obat antibiotik golongan makrolid dan atau obat anti jamur golongan azole. Obat rhinofed tergolong ke dalam kategori C pada indeks keamanan kehamilan, yang berarti pada penelitian terhadap binatang percobaan terbukti menyebabkan timbulnya efek samping pada janin (teratogenik atau embiosidal) namun tidak terdapat cukup data serta penelitian tentang efek sampingnya terhadap janin manusia. Oleh karena itu obat ini hanya dapat diberikan pada ibu hamil jika manfat terapeutik yang didapatka melebihi besarnya resiko yang dapat terjadi dan pemberian obat ini terhadap ibu hamil harus dalam pengawasan ketat oleh dokter.
Efek samping yang umumnya dapat ditimbul pada penggunaan obat rhinofed berupa penurunan nafsu makan (anoreksia), rasa mual, muntah, rasa tidak nyaman pada perut, mulut kering, gangguan tidur terutama sulit tidur (insomnia), mudah lelah, rasa gelisah (ansietas), dan peningkatan laju denyut jantung (takikardia) serta rasa bedebar – debar (palpitasi).