Daftar isi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang dapat melemahkan sistem imun dengan menghancurkan sel-sel penting yang berfungsi untuk melawan infeksi dan penyakit. Dengan kata lain, HIV menyerang sistem imun manusia hingga akhirnya dapat mengakibatkan kondisi acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Tidak seperti virus-virus lainnya, HIV tidak dapat disingkirkan dalam tubuh. Hal itu berarti saat seseorang telah memiliki HIV, ia akan memilikinya seumur hidup. HIV bekerja dengan menyerang sel CD4, jenis sel yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit, menggunakannya untuk memperbanyak diri, dan kemudian menghancurkannya.
Tidak semua orang yang memiliki HIV dalam dirinya akan menjadi AIDS. Dengan pengobatan yang tepat, yang disebut antiretroviral therapy (ART), kadar virus HIV di dalam tubuh dibuat untuk tetap rendah. Gejala dari infeksi HIV bermacam-macam, tergantung masing-masing individu dan dalam tahapan mana penyakitnya. Gejala awal dari HIV adalah sebagai berikut:
Dalam waktu 2–4 minggu setelah infeksi HIV, biasanya seseorang akan mengalami gejala seperti flu yang lebih berat dibanding flu-flu sebelumnya yang pernah ia rasakan. Gejala ini disebut juga acute retroviral syndrome (ARS) atau infeksi HIV primer. Gejala seperti flu yang dirasakan meliputi:
Gejala seperti ini dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun, saat seseorang memiliki gejala tersebut di atas, ia tidak perlu mengasumsikan bahwa dirinya terkena HIV, karena gejala tersebut dapat terjadi pada orang karena sebab lain. Orang yang tidak memiliki gejala tersebut di atas juga tidak berarti ia terbebas dari HIV, karena gejala seperti flu ini tidak dialami oleh semua orang yang terinfeksi HIV. Bahkan seseorang dapat hidup lebih dari 10 tahun dengan virus HIV di dalam tubuhnya tanpa gejala.
Seseorang tidak dapat bergantung pada gejala untuk mengetahui apakah dirinya terinfeksi HIV. Satu-satunya cara untuk memastikan jika seseorang terkena infeksi atau tidak adalah dengan melakukan pemeriksaan, terutama setelah ada kecurigaan bahwa dirinya telah terinfeksi dengan HIV. Kecurigaan tersebut bisa muncul jika seseorang telah melakukan hubungan seksual oral, vaginal, atau anal dengan orang yang diketahui positif HIV atau status HIV nya tidak diketahui, atau berbagi jarum suntik untuk memasukan obat-obatan.
Setelah melewati tahap awal infeksi HIV, infeksi memasuki tahapan yang disebut tahapan laten klinis (clinical latency). Hal tersebut berarti masa dimana virus berkembang di dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan gejala. Pada saat ini, meskipun masih aktif, virus berada dalam kadar yang sangat rendah. Jika seseorang mengonsumsi ART, maka seseorang bisa saja hidup tanpa gejala untuk berpuluh-puluh tahun.
AIDS merupakan tahapan terakhir dari infeksi HIV, dan tidak semua orang dengan HIV akan memasuki tahap ini. Orang dengan AIDS memiliki sistem imun yang sudah rusak parah, sehingga berisiko untuk terkena infeksi oportunis. Infeksi oportunis yang biasanya terjadi antara lain:
Gejala-gejala yang menyertai infeksi oportunis antara lain:
Seseorang dengan HIV yang sudah memiliki satu atau lebih infeksi oportunis, kanker, atau jumlah sel CD4 yang sangat rendah (di bawah 200 sel/mm3) dianggap sudah memasuki tahap AIDS. Jika seseorang didiagnosis AIDS,maka ia sudah membutuhkan terapi medis untuk mencegah kematian.
Meskipun hingga saat ini belum terdapat pengobatan untuk menyembuhkan HIV/AIDS terdapat beberapa pengobatan yang dapat digunakan untuk mengontrol virus HIV. Pengobatan tersebut adalah antiretroviral therapy untuk mencegah penurunan imun. ART menjaga agar jumlah virus HIV di dalam tubuh tetap rendah sehingga jumlah sel CD4 bisa pulih. Pengobatan profilaksis atau pencegahan infeksi oportunis juga diindikasikan untuk beberapa kasus. Jika sudah terdapat infeksi oportunis, maka infeksi oportunis tersebut juga harus diterapi.