Daftar isi
HBsAg merupakan antigen permukaan yang ditemukan pada virus hepatitis B / hepatitis B virus (HBV) yang memberikan arti adanya infeksi hepatitis B aktif. Virus yang memiliki kapsul memiliki beberapa protein yang berbeda pada bagian permukaan dari kapsul yang dapat bersifat sebagai antigen. Antigen ini di dalam tubuh manusia akan dikenali dan berikatan dengan protein yang dihasilkan tubuh yaitu antibodi. Pada pasien dengan antibodi HBsAg (anti-HBsAg) yang ditemukan pada serum darahnya, dengan gejala maupun tidak dari infeksi hepatitis B dikatakan termasuk ke dalam pasien yang tidak infeksius. Pemeriksaan skrining / uji saring dari ada atau tidaknya HBsAg secara umum dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berkaitan dengan infeksi lainnya, pencegahan terhadap pasien yang berisiko tinggi (seperti ibu hamil), dan pemeriksaan pada pendonor darah.
Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui kontak darah seperti transfusi darah, dan dari ibu hamil saat melahirkan kepada bayinya, serta saat pasien gagal ginjal menjalani cuci darah. Penularan lewat kontak darah melalui jarum, seperti pengguna narkoba suntik, tato, maupun akupuntur sudah berkurang dikarenakan penggunaan jarum steril. Kemudian virus hepatitis B juga terdapat pada cairan sperma, dan cairan vagina yang dapat ditularkan saat berhubungan seksual.
Hepatitis B merupakan penyakit pada hepar/hati yang disebabkan oleh HBV. Serangan akut dari infeksi hepatitis B akan menimbulkan peradangan pada hati, penyumbatan pada hati yang berdampak kepada sakit kuning / jaundice, munculnya gejala seperti mual, demam, dan muntah. Penyakit hepatitis B kronis akan berdampak kepada terjadinya penurunan fungsi hati, sirosis hati, dan kanker hati yang berujung kepada kematian.
Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap infeksi virus hepatitis B adalah dengan melakukan vaksinasi hepatitis B. Vaksinasi hepatitis B sudah merupakan vaksinasi rutin yang diberikan kepada bayi baru lahir, dan vaksinasi hepatitis B juga menjadi salah satu vaksinasi rutin yang dilakukan pada para tenaga medis dan paramedis yang memiliki risiko tinggi terpapar virus hepatitis B. Secara garis besar pasien dengan infeksi hepatitis B tidak menimbulkan gejala dan membutuhkan terapi (mencapai 80%), sebagian dari pasin dengan infeksi hepatitis B akan menimbulkan gejala dan berisiko mengalami sirosis hepar. Pasien dengan peningkatan enzim alanin aminotransferase (ALT) sebagai tanda adanya kerusakan hati dapat diberikan terapi antiviral seperti lamivudine, adenovir, tenofovir, telbivudine, maupun interferon. Akan tetapi obat-obat ini tidak membersihkan tubuh dari infeksi virus hepatitis B hanya mencegah replikasi virus yang berlebih dan menjaga jumlah virus dalam tubuh (viral load).