Hepatitis B adalah penyakit infeksi, terutama mengenai hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B merupakan salah satu dari 5 jenis hepatitis, yaitu hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D dan hepatitis E. Hepatitis B dapat berupa infeksi akut (cepat timbul lalu pulih) dan juga kronik (berlangsung lama). Sebanyak 1%-5% dewasa, 90% bayi baru lahir, dan 50% bayi yang terinfeksi hepatitis B akut akan berkembang menjadi hepatitis kronik.
Hepatitis B Akut
Gejala hepatitis B akut timbul 15-180 hari (rata-rata 60-90 hari) setelah paparan. Gejala hepatitis B akut menyerupai gejala hepatitis jenis lain, yang dapat bervariasi dari tanpa gejala, gejala tidak nyata, sampai gejala fatal (gagal hati). Hepatitis tanpa gejala dapat berlangsung tanpa diketahui. Secara umum gejala hepatitis terdiri dari 3 fase yaitu:
➢ Fase gejala awal (prodormal)
Gejala hepatitis B timbul perlahan-lahan dan tidak spesifik. Gejala awal berupa rasa tidak enak pada tubuh, tidak napsu makan, mual dan muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri tenggorokan, batuk, dan hidung berair. Demam jarang ditemukan pada hepatitis B. Meskipun terdapat demam, demam tidak terlalu tinggi (38-39oC). Gejala ini dapat berlangsung selama 1 – 2 minggu.
➢ Fase kuning (ikterik)
Setelah gejala awal mulai membaik, urin penderita menjadi lebih gelap dan feses menjadi pucat. Satu sampai lima hari setelahnya, penderita nampak kuning pada kulit atau mata. Warna kuning ini disebabkan tingginya kadar bilirubin (produk akhir pemecahan sel darah merah) dalam darah penderita. Peradangan pada hati menyebabkan gangguan pembuangan bilirubin sehingga kadar bilirubin meningkat. Gejala awal menghilang pada saat timbul kuning. Namun, gejala tidak napsu makan, rasa tidak enak tubuh, dan kelemahan dapat menetap. Peradangan pada hati menjadi lebih hebat sehingga hati dapat membesar, yang dirasakan pasien sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman pada perut kanan atas.
Pada 1%-10% penderita hepatitis B akut dapat mengalami serum-sickness-like syndrome yang mendahului gejala kuning, yaitu berupa demam, ruam-ruam pada kulit, dan peradangan sendi. Gejala-gejala ini umumnya hilang beberapa saat setelah kuning muncul.
➢ Fase penyembuhan (konvalesens)
Pada fase ini gejala sudah menghilang, namun pembesaran hati masih menetap dan nilai laboratorium belum normal. Fase ini dapat berlangsung selama 2 hingga 12 minggu. Kesembuhan sempurna secara klinis dan laboratoris diharapkan terjadi setelah 3-4 bulan setelah timbulnya kuning.
Hepatitis B akut dapat sembuh dengan sendirinya pada 90%-95% penderita dewasa. Hanya kurang dari 1% penderita dewasa yang mengalami komplikasi berupa hepatitis fulminan (kematian sel hati yang luas). Penderita yang sembuh dari infeksi akut memiliki daya tahan terhadap hepatitis B. Pada hepatitis fulminan, kematian sel hati sangat luas sehingga hati tidak dapat berfungsi dan akhirnya terjadi gagal hati. Gagal hati akut ditandai dengan penderita yang tampak selalu mengantuk; perubahan pola tidur; perubahan kepribadian sampai koma; bengkak pada perut seluruh tubuh; gangguan irama jantung; perdarahan saluran cerna; dan penurunan tekanan darah.
Hepatitis B Kronik
Hepatitis B kronik diartikan sebagai penderita dengan virus hepatitis B yang bertahan lebih dari 6 bulan setelah infeksi akut. Sebanyak 90% individu yang mendapat infeksi sejak lahir akan tetap mengalami infeksi hepatitis B sepanjang hidupnya dan menderita hepatitis B kronik, sedangkan hanya 5% individu dewasa yang terinfeksi berlanjut menjadi kronik.
Gejala klinik hepatitis B kronik juga bervariasi. Secara sederhana gejala hepatitis kronik dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
➢ Hepatitis B kronik aktif
Pada penderita ini dapat ditemui tanda-tanda penyakit hati kronik, seperti pembesaran hati, kemerahan pada telapak tangan, serta pelebaran pembuluh darah kecil. Hasil laboratorium didapatkan hepatitis B positif (HbsAg positif) dengan kadar kuman yang tinggi (DNA HBV >105 kopi/ml), kadar enzim hati meningkat, serta pada biopsi hati didapatkan gambaran peradangan aktif.
➢ Pembawa hepatitis B tidak aktif
Pada penderita ini tidak terdapat gejala. Hasil laboratorium didapatkan hepatitis B positif (HbsAg positif) dengan kadar kuman yang rendah (DNA HBV <105 kopi/ml), kadar enzim hati tidak meningkat, serta pada biopsi hati didapatkan gambaran peradangan ringan.
Komplikasi jangka panjang hepatitis B kronik (setelah beberapa tahun) adalah gagal hati, pengerasan hati (sirosis) dan kanker hati. Faktor risiko perkembangan hepatitis B kronik menjadi kanker hati antara lain: kadar kuman yang tinggi terus-menerus, jenis kelamin laki-laki, usia tua, riwayat keluarga menderita kanker hati, serta adanya infeksi tambahan (infeksi hepatitis D, hepatitis C atau HIV).
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, cairan semen, dan cairan vagina. Faktor risiko menderita hepatitis B tinggi pada orang hitam non-Hispanik, laki-laki, pengguna kokain, orang dengan pasangan seksual multipel, dan orang dengan pendidikan rendah.
Hepatitis B dapat menular melalui:
➢ Darah: penerima donor darah, pengguna jarum suntik tidak steril, pasien cuci darah, pekerja kesehatan, serta pekerja yang terpapar dengan darah.
➢ Hubungan seksual.
➢ Lapisan lendir atau jaringan: tertusuk jarum, penggunaan ulang alat medis yang terkontaminasi, tato, akupunktur, tindik, penggunaan bersama pisau cukur, sikat gigi dan silet.
➢ Dari ibu hamil penderita hepatitis B dapat juga menularkan ke janinnya saat melahirkan. Metode ini merupakan metode penularan paling sering di negara berkembang.
Hepatitis B tidak menular melalui sentuhan tangan, pemakaian peralatan makan/minum penderita, ciuman, pelukan, batuk, bersin, atau menyusui. Virus hepatitis B yang masuk ke dalam tubuh terbawa aliran darah sampai ke hati, di mana virus ini berkembang biak di dalam sel hati. Sel pertahanan tubuh manusia berusaha mengilangkan virus ini dengan menyerang sel hati, sehingga terjadi peradangan dan kerusakan hati.
Terdapat perbedaan infeksi hepatitis B pada bayi baru lahir (banyak ditemui di negara berkembang) dan pada orang dewasa (banyak ditemui di negara barat). Infeksi hepatitis B pada bayi baru lahir berkaitan dengan toleransi pertamanan tubuh terhadap virus hepatitis B, tidak adanya gejala akut, namun cenderung menetap dan menjadi kronik seumur hidup. Akibat dari infeksi ini dapat muncul beberapa dekade kemudian dalam bentuk pengerasan hati atau kanker hati. Sebaliknya, pada remaja atau dewasa reaksi pertahanan tubuh terhadap virus hepatitis B mencukupi sehingga timbul berbagai gejala akut, namun pada akhirnya dapat sembuh spontan tanpa menjadi kronis.
Untuk hepatitis B akut ringan, penderita dapat dirawat jalan, kecuali penderita dengan mual berat yang dapat menyebabkan kekurangan cairan. Prinsip pengobatan adalah mempertahankan masukan nutrisi dan cairan, menghindari aktivitas fisik berlebihan, serta pengobatan sesuai gejala. Hampir 99% penderita dewasa hepatitis B akut sembuh secara spontan sehingga tidak diperlukan pengobatan spesifik seperti antivirus. Pemberian antivirus terbatas untuk penderita hepatitis fulminan dan penderita dengan gangguan imun (pertahanan tubuh).
Pada gagal hati akut, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Meskipun tidak ada terapi yang terbukti efektif, namun tujuan perawatan adalah menunggu perbaikan infeksi secara spontan dan perbaikan fungsi hati, mendeteksi komplikasi dan segera mengatasinya, serta mempersiapkan transplantasi hati jika tidak terdapat perbaikan. Angka harapan hidup jika dilakukan transplantasi dini adalah 65 -75%.
Untuk hepatitis B kronik, terdapat 2 golongan obat yang digunakan: kelompok imunomodulator (termasuk terapi vaksinasi) dan kelompok antivirus. Tujuan pengobatan hepatitis B kronik adalah mencegah atau menghentikan kerusakan hati untuk mencegah komplikasi lanjut (gagal hati, pengerasan hati, dan kanker hati).
Vaksinasi hepatitis B terutama direkomendasikan untuk diberikan pada bayi baru lahir, petugas kesehatan yang terpapar darah, pengguna jarum suntik, orang dengan partner seksual multipel, orang dengan cuci darah rutin, orang yang mau berpergian ke daerah yang rawan hepatitis B, dan anak di bawah 18 tahun yang tidak pernah divaksinasi. Vaksin hepatitis B diberikan 3 kali pada bulan 0, 1, dan 6. Pada bayi baru lahir, vaksin hepatitis B diberikan 3 kali, yaitu dosis pertama setelah lahir, dosis kedua saat usia 1 -2 bulan, dan dosis ketiga pada usia 6 bulan. Vaksinasi hepatitis B 95% efektif dalam mencegah infeksi dan komplikasi kronis hepatitis B. Vaksinasi ulang tidak direkomendasikan diberikan secara rutin, kecuali untuk orang dengan gangguan sistem imun atau berisiko tinggi.
Jika orang yang belum pernah divaksinasi hepatitis B diketahui terpapar terhadap virus hepatitis B, dapat diberikan kombinasi antibodi hepatitis B (untuk meningkatkan sistem imun spesifik terhadap virus hepatitis B secara cepat) dan vaksinasi hepatitis B (untuk menciptakan kekebalan jangka panjang).
SUMBER Dienstag JL. Chapter 298: Acute Viral Hepatitis dalam Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Ed. USA: McGraw-Hill. 2008. Sanityoso A. Bab 98: Hepatitis Virus Akut dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. Soemohardjo S, Gunawan S.Bab 99: Hepatitis B Kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.