Daftar isi
Istilah “HIV” sebenarnya merujuk pada virus si penyebab penyakit HIV/AIDS. Namun sering kali oleh masyarakat awam kalimat “HIV” digunakan untuk menunjukkan penyakit. HIV sangat popular didapat melalui kontak seksual sehingga masuk dalam kelompok penyakit menular seksual (PMS).
HIV kepanjangan dari human immunodeficiency virus. Penyakit akibat HIV lebih tepat kita sebut sebagai “infeksi HIV”. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah kondisi dimana perjalanan penyakit HIV sudah lanjut di mana kekebalan tubuh pasien sudah sangat turun sehingga pasien rentan mengalami berbagai macam penyakit lainnya.
AIDS kepanjangan dari aquaired immunodeficiency syndrome atau sindrom penurunan kekebalan tubuh. AIDS merupakan satu-kesatuan dengan infeksi HIV sehingga istilah yang umum dipakai ialah “HIV/AIDS”. Penderita HIV/AIDS sering disebut sebagai “Odha”, yakni kepanjangan dari Orang Dengan HIV/AIDS.
Yang masih menjadi masalah pada HIV/AIDS selain penyakitnya sendiri adalah stigmata / kesalahan cara pandang terhadap odha. Hal ini terjadi hampir di seluruh negara, termasuk Indonesia. Sejumlah studi menunjukkan stigmata yang utama terhadap odha adalah 1) odha sering kali dituduh menderita HIV/AIDS akibat aktivitas seks bebas sehingga pastilah odha ‘orang tidak benar’, 2) HIV/AIDS adalah penyakit yang amat menular sehingga penderitanya harus disingkirkan karena dapat menularkan ke orang sekitar.
Pernyataan bahwa 'sekali terinfeksi HIV istilah “sembuh” adalah mustahil' adalah benar. Sekali virus masuk ke dalam tubuh, ia akan menginfeksi sel tubuh. Virus kemudian memperbanyak diri dengan cepat. Saat jumlah virus (viral load) sudah cukup banyak, gejala mulai timbul. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Obat yang ada saat ini hanya untuk mengontrol pembelahan virus.
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada saat jumlah virus belum banyak, sistem pertahanan tubuh masih dapat bekerja baik untuk mencegah timbulnya penyakit. Pada fase di mana virus sudah memperbanyak diri dan sistem pertahanan tubuh turun, tubuh menjadi rentan terhadap segala jenis penyakit. HIV-nya sendiri tidak menimbulkan gejala apapun. Gejala pada pasien HIV/AIDS ialah gejala berbagai penyakit yang terjadi akibat pertahanan tubuh turun atau disebut sebagai penyakit infekso oportunistik.
Perjalanan penyakit HIV/AIDS dapat dibagi dalam beberapa stadium sebagai berikut
Namun gejala-gejala tersebut tidak spesifik untuk infeksi HIV. Pada beberapa orang bahkan tidak merasakan gejala tersebut.
HIV/AIDS ialah virus HIV. HIV kepanjangan dari Human (artinya virus tersebut hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia tidak pada binatang atau spesies lainnya), Immunodeficiency (artinya virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh), dan Virus (artinya penyebabnya adalah virus yang memiliki sifat mudah memperbanyak diri tetapi hanya dapat hidup dengan menumpang pada sel hidup lainnya).
Virus HIV, seperti virus lainnya, akan cepat mati bila berada di luar tubuh. Virus membutuhkan sel inang / induk untuk dapat tubuh. Virus tersebut hidup di dalam sel inang. Ia menyisip pada DNA dan materi genetika sel inang untuk berkembang biak dan memperbanyak diri. Setelah virus berhasi memperbanyak diri, sel inang akan dihancurkan dan virus tersebut menginfeksi sel inang lainnya. Siklus tersebut terus berlanjut hingga jumlah virus semakin banyak sedangkan sel inang yang mati pun semakin banyak.
Yang menjadi sel inang dalam tubuh manusia adalah sel T. Sel T adalah sel yang memegang peranan amat penting bagi sistem kekebalan tubuh manusia. Dengan adanya infeksi HIV, sel T di dalam tubuh semakin turun hingga mencapai titik di mana sistem kekebalan tubuh secara signifikan turun. Saat itulah terjadi AIDS. Pertahanan tubuh terhadap segala penyebab penyakit, seperti bakteri, jamur, virus, melemah. Pada kondisi ini, bakteri, jamur, dan virus apapun yang mengenai tubuh kita akan berpotensi besar menimbulkan penyakit.
Virus HIV dipercaya pertama kali dibawa oleh hewan simpanse di daerah Afrika Timur pada tahun 1800-an. Seperti disebutkan di atas, virus ini hidup menumpang di dalam sel hidup. Tidak seperti virus flu yang mudah mular, HIV tidak menular melalui udara. Sel yang terinfeksi berada dalam cairan tubuh. Jika cairan tubuh penderita mengenai dan masuk ke dalam kita, maka kita dapat terinfeksi.
Cairan yang dapat menularkan HIV ialah darah, semen (sperma), ASI (air susu ibu), cairan vagina, dan lendir dinding anus. Dengan demikian, transfusi darah, pemakaian jarum suntik bersama, dan hubungan seksual bebas baik pada hubungan seksual berbeda jenis kelamin maupun sesama jenis dapat menularkan HIV karena pada kegiatan tersebut terjadi pertukaran cairan darah, semen, cairan vagina, ataupun cairan lendir anus. Cairan tubuh lainnya seperi air liur, keringat, air mata, dan urin belum pernah dilaporkan dapat menularkan HIV.
Pengobatan HIV/AIDS dikenal dengan nama antiretroviral (ARV). Terdapat banydak golongan dan jenis ARV. Namun seperti disinggung di atas, ARV tidak bermanfaat untuk membunuh virus. ARV bertugas untuk mengontrol jumlah virus dalam tubuh dengan cara menghambat proses perbanyakan virus, mencegah masuknya virus ke sel inang, menrusak sistem sintesis virus, dan sebagainya.
ARV tidak dijual bebas melainkan disediakan pemerintah pada pusat-pusat pelayanan HIV/AIDS. Umumnya rumah sakit pemerintan yang menyediakan pelayanan ARV. ARV belum tersedia luas di puskesmas-puskesmas.
Terdapat pengobatan yang disebut post-exposure prophylaxis (PEP). Obat ini mampu menghentikan infeksi HIV namun efektivitas PEP hanya terbatas pada 3 hari pertama setelah terinfeksi HIV. Obat ini biasanya digunakan untuk praktisi kesehatan yang secara tidak sengaja tertusuk alat yang terkontaminasi cairan penderita HIV, misal jarum suntik.
Mengingat belum adanya obat yang dapat membunuh virus penyebab HIV/AIDS, maka hal terpenting dalam manajemen HIV/AIDS ialah pencegahan penyakit. Segala jalur perpindahan virus HIV seperti disebutkan di atas harus dihindari, yakni:
Hal terpenting lainnya ialah memeriksakan diri. Saat ini telah tersedia alat mengecek HIV dengan hasil cepat (rapid test). Kelompok berisiko tinggi, misal pekerja seksual, kelompok homoseksual, pengguna obat-obatan terlarang suntik, dan praktisi kesehatan sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri sedini mungkin. Semakin cepat HIV terdeteksi, semakin besar angka harapan hidup dan semakin baik prognosisnya.