Sakit kepala adalah rasa nyeri pada daerah kepala dan leher yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Sakit kepala merupakan akibat dari gangguan pada struktur-struktur sensitif yang sensitif terhadap nyeri di daerah kepala dan leher, yaitu kulit kepala, jaringan bawah lemak kepala, otot-otot kepala dan leher, pembuluh darah, mata, telinga, gigi, sinus, tenggorok bagian atas, serta saraf – saraf di kepala.
Sakit kepala dibagi menjadi sakit kepala primer (tanpa penyebab khusus lain) dan sakit kepala sekunder (disebabkan kelainan lain di kepala/leher). Sakit kepala primer terdiri dari migren, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala tipe klaster, dan nyeri kepala akibat gangguan saraf pada wajah. Sakit kepala tipe tegang adalah sakit kepala primer yang paling sering ditemui. Sakit kepala sekunder dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu sakit kepala yang berkaitan dengan cedera kepala/leher, gangguan peredaran darah, penggunaan obat-obatan, infeksi, kelainan darah, kelainan kejiwaan, dan gangguan struktur sensitif nyeri lainnya.
Gejala migren bervariasi di antara penderita. Terdapat 4 fase yang umum ditemui pada penderita migren, namun tidak semua fase ini harus selalu dialami penderita:
Sakit kepala tipe tegang
Sakit kepala tipe ini dirasakan di kedua sisi kepala dan terasa tertekan/terikat tali (tidak berdenyut). Sakit kepala dirasakan ringan hingga sedang, berulang, tidak memburuk dengan aktivitas fisik, serta tidak disertai mual. Namun, dapat ditemui sensitivitas terhadap cahaya atau suara. Sakit kepala tipe tegang dapat berlangsung mulai dari 30 menit hingga 7 hari.
Sakit kepala klaster merupakan sakit kepala yang hebat, penderita selalu merasa sakit di satu sisi sekitar bola mata, di atas mata, pelipis, atau kombinasi tempat-tempat tersebut. Hal ini dapat berlangsung dari 15-180 menit. Sakit kepala ini dapat berulang dengan frekuensi setiap 1 kali setiap 2 hari, hingga 8 kali per hari. Serangan sakit kepala sering disertai satu atau lebih gejala berikut: mata berair, mata merah, mata sulit dibuka, kelopak mata bengkak, hidung terumbat, hidung berair, kening atau wajah berkeringat, dan gelisah.
Gejala sakit kepala sekunder tidak spesifik. Sakit kepala disebut sekunder karena disebabkan oleh penyebab lain. Oleh karena itu, waktu timbulnya sakit kepala berdekatan dengan penyebab yang diketahui. Sakit kepala sekunder berkurang atau menghilang dalam 3 bulan (atau lebih cepat) setelah penyebab awal diobati.
Terdapat beberapa gejala bahaya yang menujukkan perlunya pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter umum atau dokter spesialis, antara lain: sakit kepala yang baru timbul atau sakit kepala dengan karakteristik yang berbeda dari sebelumnya pada penderita di atas 50 tahun; sakit kepala yang timbul cepat dalam beberapa menit (thunderclap headache); sakit kepala yang disertai ketidakmampuan untuk menggerakkan anggota tubuh; penurunan kesadaran; sakit kepala yang membangunkan penderita dari tidur; sakit kepala yang memburuk pada saat perubahan posisi tubuh/batuk/mengedan; gangguan penglihatan; kekakuan leher/demam/sakit kepala pada pasien AIDS atau kanker.
Sakit kepala dalam hitungan menit dapat merupakan gejala perdarahan otak. Sakit kepala yang disertai demam merupakan salah satu gejala radang selaput otak, terutama jika disertai ketidakmampuan leher untuk menekuk ke depan. Sakit kepala yang memburuk saat perubahan posisi/batuk/mengejan dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam otak (ditemui pada tumor otak, radang otak, perdarahan otak). Ketidakmampuan menggerakkan anggota tubuh menujukkan kemungkinan adanya stroke atau tumor otak. Sakit kepala pada orang tua, terutama jika disertai gangguan penglihatan dan ketidakmampuan membuka mulut menunjukkan kemungkinan radang pembuluh darah besar. Glaukoma akut (peningkatan tekanan bola mata) juga menunjukkan gejala sakit kepala di sekitar mata, gangguan penglihatan, muntah, dan mata merah.
Penyebab pasti migren belum diketahui, namun diduga berkaitan dengan gangguan persarafan dan pembuluh darah di otak. Migren memiliki faktor genetik yang kuat; sekitar 70% penderita migren memiliki riwayat keluarga migren. Migren umumnya terjadi pada wanita (75%) antara usia 10-40 tahun. Terdapat beberapa pemicu terjadinya migren, yaitu perubahan hormon (setelah menstruasi, saat menstruasi, kehamilan, obat kontrasepsi); makanan (anggur merah, keju, kopi, cokelat, pemanis buatan, dan MSG); stres; rangsangan sensorik (sinar yang terang dan bau menyengat); faktor fisik (kegiatan fisik berlebihan, aktivitas seksual, kekurangan/kelebihan tidur); perubahan lingkungan (perubahan cuaca, musim, zona waktu); alkohol; dan merokok.
Sakit kepala tipe tegang disebabkan oleh faktor psikogenik (kejiwaan) dan ketegangan otot – otot leher. Nyeri kepala tipe tegang biasanya ditemui pada penderita dengan stres emosional, terutama pada wanita yang berusia muda.
Sakit kepala klaster disebabkan oleh gangguan pada bagian otak pengatur fungsi sensorik saraf yang mengatur bagian wajah/kepala. Penyebab gangguan ini belum diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu serangan, yaitu stres, perubahan musim, suntikan histamin, alergen, dan nitroglycerin. Faktor risiko menderita sakit kepala klaster adalah jenis kelamin laki – laki, usia di atas 30 tahun, konsumsi alkohol, dan riwayat cedera/operasi kepala.
Sakit kepala sekunder dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, seperti perdarahan otak, tumor otak, stroke, tekanan darah tinggi, radang pembuluh darah otak, radang otak, obat – obatan, alkohol, withdrawal kafein/hormon estrogen, gangguan saraf pada wajah, serta kelainan mata, telinga, gigi, sendi rahang, dan leher.
Pengobatan sakit kepala primer dibagi menjadi pengobatan abortif (untuk menghentikan/mengurangi sakit kepala) dan pengobatan preventif (untuk mencegah terulangnya sakit kepala).
Pengobatan abortif dapat berupa obat – obatan penghilang nyeri, dari obat potensi rendah sampai potensi tinggi, tergantung beratnya sakit kepala. Pada migren, dapat ditambahkan dengan obat mual.
Pengobatan preventif bertujuan mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya serangan, meningkatkan respons pasien terhadap pengobatan, serta meningkatkan aktivitas sehari-hari. Pengobatan preventif diberikan kepada penderita tertentu, yaitu: penderita dengan serangan berulang yang mengganggu aktivitas; sakit kepala yang sering; gagal pengobatan dengan obat anti-nyeri; dan terjadinya efek samping berat pada pengobatan abortif. Terdapat banyak golongan obat yang dipakai sebagai pencegahan sakit kepala primer, seperti anti-depresan, anti-ansietas, penyekat beta, anti-kejang, dan sebagainya.
Selain mengkonsumsi obat, hal lain dapat dilakukan untuk mengurangi sakit kepala, seperti mengompres dingin pada dahi, mandi air hangat, dan tidur cukup. Penderita juga perlu menghindari faktor pemicu yang diketahui dapat menimbulkan serangan sakit kepala, serta alkohol dan rokok.
Pada sakit kepala sekunder, pengobatan ditujukan pada penyebab utama yang menyebabkan sakit kepala, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Sumber Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Konsensus Nasional II Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. 2005. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Bab 6: Nyeri Kepala dan Vertigo dalam Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. 2009. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Chapter 2: Headache and Facial Pain dalam LANGE Clinical Neurology 6th Edition. New York: McGraw-Hill. 2005. Scottish Intercollegiate Guideline Network. Diagnosis and management of headache in adults. Edinburgh. 2008.