Daftar isi
Penyakit cacar air merupakan penyakit infeksi akut primer yang disebabkan virus varisela-zoster yang dapat menyerang kulit dan selaput lendir. Penyakit cacar air ini sangat menular. Virus varisela-zoster dapat menyerang orang dengan segala usia, jenis kelamin, dan ras. Penyakit cacar air umumnya menyerang anak-anak dan dapat menjadi berat pada dewasa serta anak dengan daya tahan tubuh yang rendah. Secara klinis, pada cacar air terdapat gejala penyerta, kelainan kulit yang polimorfi (banyak bentuk), dan terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Penyakit cacar air dapat disebut juga sebagai varisela, atau chicken pox.
Virus varisela-zoster, yang merupakan penyebab penyakit cacar air, menimbulkan 2 macam penyakit pada manusia. Jika baru terinfeksi oleh virus tersebut pertama kali maka menimbulkan penyakit cacar air. Saat kekambuhan terjadi, virus tersebut menimbulkan penyakit yang disebut Herpes Zoster. Seseorang yang telah sembuh dari infeksi virus varisela-zoster akan resisten terhadap cacar air. Jadi bila ada seseorang sudah terkena cacar air, umumnya tidak akan terkena cacar air lagi tapi bisa kambuh menjadi penyakit Herpes Zoster.
Penyakit cacar air atau varisela dapat disembuhkan dan dapat dicegah dengan vaksinasi atau imunisasi dan obat-obatan antivirus.
Waktu dari masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul gejala klinis bagi cacar air berlangsung rata-rata 14 hingga 21 hari. Saat terkena infeksi virus varisela-zoster, akan timbul gejala seperti flu-like syndrome selama 1-2 hari berupa demam tidak terlalu tinggi yang umumnya berkisar 37,8⁰C sampai 39,4⁰C, badan yang lemah, dan nyeri kepala. Setelah itu akan mulai timbul erupsi kulit berupa tonjolan pada kulit dengan diameter milimeter sampai sentimeter yang berwarna kemerahan. Tonjolan tersebut akan mulai berisi cairan (disebut vesikel) dalam waktu beberapa jam. Vesikel pada cacar air berbentuk khas menyerupai tetesan embun (tear drops). Setelah itu, vesikel akan berubah menjadi berisi nanah dan kemudian pecah mengeluarkan cairan. Cairan yang keluar sangat menular karena mengandung virus. Cairan yang mengering akan berubah menjadi kerompeng atau koreng (krusta).
Selama proses perubahan kelainan kulit tersebut berlangsung, timbul vesikel baru yang nantinya akan mengalami proses yang sama. Kelainan kulit tersebut timbul mula-mula di badan, lalu menyebar ke wajah dan anggota gerak. Gejala kulit yang timbul ini biasanya disertai rasa gatal dan biasanya bertahan selama 5 hari.
Selain kulit, virus tersebut juga dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran pernafasan bagian atas serta dapat menimbulkan gejala mata merah atau berair dan batuk-batuk. Bila timbul gejala penglihatan kabur atau nyeri mata dan gejala sesak nafas, hal ini perlu diperhatikan secara khusus. Sementara dapat juga terjad infeksi sekunder di mana kelenjar getah benin membesar. Gejala ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa pasien hanya muncul beberapa vesikel sementara lainnya bisa mencapai ribuan.
Komplikasi cacar air umunya jarang terjadi jika pada anak-anak. Sementara pada orang dewasa komplikasi lebih sering terjadi. Komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit cacar air berupa:
Komplikasi pada susunan saraf pusat merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, sementara komplikasi pada paru-paru (pneumonia) merupakan komplikasi yang paling serius. Bila tidak tertangani dengan baik, penyakit cacar air dapat mengakibatkan kematian, terutama pada pasien dengan daya tubuh yang rendah.
Infeksi akibat virus varisela-zoster juga dapat mempengaruhi kehamilan. Infeksi yang terjadi pada trimester pertama dalam kehamilan dapat menimbulkan kelainan bawaan pada calon bayi, sedangkan bila infeksi virus tersebut terjadi pada beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan cacar air bawaan.
Penyebab dari penyakit cacar air adalah virus varicela-zoster. Virus ini lebih banyak saat musim hujan atau musim semi dan musim dingin. Infeksi pertama kali oleh virus ini menyebabkan cacar air. Infeksi pertama dengan virus tersebut menyebabkan kekebalan dalam jangka waktu lama (dipercaya sampai seumur hidup). Itu sebabnya seseorang tidak terkena cacar air untuk kedua kalinya.
Setelah infeksi pertama, virus tersebut akan menetap di dalam tubuh namun tidak aktif sampai nanti timbul kekambuhan. Kekambuhan umunya disebabkan karena sistem imunitas atau daya tahan tubuh terhadap virus varisela-zoster telah hilang. Kekambuhan ini akan menyebabkan penyakit herpes zoster, yang umumnya muncul di atas usia 50 tahun.
Virus cacar air ini tersebar di seluruh bumi, dan menyerang terutama pada anak-anak. Penyakit cacar air ini sangat menular. Penularan atau transmisi penyakit ini terjadi melalui perantaraan udara dan melalui kontak langsung dengan cairan yang keluar dari cacar / vesikel. Virus akan masuk ke saluran pernafasan atas kemudian memperbanyak diri di sana. Setelah memperbanyak diri, virus akan menyebar ke peredaran darah dan menimbulkan gejala klinis. Bila seseorang terkena virus tersebut, maka sampai kurang lebih 7 hari sejak munculnya kelainan pada kulit penularan, masih dapat terjadi kepada orang lain.
Penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti pada cacar air ini, pada umumnya bersifat sembuh dengan sendirinya. Pengobatan yang dapat dilakukan pada umumnya hanya untuk meredakan gejala yang dirasakan oleh penderita. Selain itu, pengobatan juga ditujukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Menjaga kebersihan badan dengan mandi menggunakan sabun tiap hari sangat penting. Selain itu, menghindari garukan pada kulit agar tidak terjadi luka dan menjaga kebersihan kuku juga penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi lanjutan yang ditimbulkan oleh bakteri.
Untuk menghilangkan atau membantu mengurangi rasa gatal, dapat diberikan obat antihistamin ataupun sedatif (penenang). Dapat pula diberikan obat yang digunakan di luar tubuh, seperti bedak yang mengandung zat anti gatal (mentol, kamfora). Selain untuk mengurangi rasa gatal, bedak tersebut juga dapat berfungsi untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini. Selain itu, dapat juga menggunakan kompres basah untuk mengurangi rasa gatal.
Penggunaan obat-obat antivirus pada umumnya tidak diperlukan untuk cacar air, kecuali bila durasi cacar air sudah melebihi 24 jam dan pada pasien usia kurang dari 12 tahun. Obat antivirus juga digunakan pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah.
Penggunaan obat-obatan seperti antipiretik (obat yang digunakan untuk menurunkan panas) dapat membantu mengurangi gejala pasien. Obat lain seperti analgesik (untuk mengurangi rasa nyeri) juga dapat digunakan.
Sementara bila terjadi infeksi sekunder atau infeksi kedua oleh kuman lain yang umumnya disebabkan oleh bakteri dapat diberikan obat antibiotik baik lokal atau sistemik, berupa salep ataupun oral. Penanganan untuk komplikasi yang terjadi memerlukan tindakan lebih lanjut di rumah sakit.
Pencegahan untuk infeksi virus varisela dilakukan dengan imunisasi. Pemberian imunisasi direkomendasikan untuk anak usia lebih dari 1 tahun hingga 12 tahun dan dewasa yang belum terkena cacar air. Vaksin modern sekarang sangat aman diberikan. Beberapa gejala penyerta mungkin timbul setelah imunisasi, seperti gatal, bengkak, atau kemerahan pada tempat suntikan, atau gejala demam dan bintik-bintik merah seperti cacar air namun lebih ringan. Namun, kasus seperti ini yang terjadi sangat jarang dan dapat diobati.
Tidak semua orang dapat langsung diberikan imunisasi, karena beberapa hal yang menjadi perhatian penting dalam pemberian vaksin memerlukan konsultasi dengan dokter lebih lanjut, seperti:
Pencegahan bagi penyakit cacar air selain imunisasi adalah pemberian antibodi (imunoglobulin) untuk mereka yang berisiko tinggi terjadi komplikasi dari cacar air (dewasa dan pasien dengan daya tahan tubuh rendah). Yang perlu diingat adalah imunoglobulin hanya sebagai pencegahan sebelum terkena virus, bukan untuk mengobati. Selain itu, pemberian obat-obatan antivirus juga dapat digunakan sebagai pencegahan, terutama bila tidak memungkinkan dilakukannya imunisasi pada pasien atau terjadi kontak langsung dengan penderita dalam rentang waktu 96 jam.
Daftar Pustaka Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kedua. Jakarta : FKUI, 1993. Arnold HL, Odom RB, James WD. Andrew’s disease of the skin: clinical dermatology. 8th ed. Philadelphia: WD Saunders Company; 1990. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, et al. Harrison’s principles of internal medicine. 18th edition. New York: McGraw- Hill; 2012. Golblatt D. Immunization. In: Eddleston M, Pierini S, Wilkinson R, Davidson R, editors. Oxford handbook of tropical medicine. 2nd ed. Oxford University Press, 2005; p. 656-69. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. Jawetz, melnick & adelberg’s medical microbiology. 24th ed. New York: McGraw-Hill, 2007; p.437-41.