Daftar isi
Sifilis, atau dikenal juga dengan raja singa, adalah penyakit infeksi menular seksual yang bersifat kronis. Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifilis dapat menyerang organ-organ dalam tubuh seperti jantung, otak dan susunan saraf. Penyakit sifilis dapat menyerang laki-laki maupun wanita, dan segala usia.
Menurut WHO (World Health Organization), sifilis dapat dibagi menjadi : sifilis dini dan sifilis lanjut, di mana diperlukan waktu sekitar 2-4 tahun bagi sifilis dini untuk berkembang menjadi sifilis lanjut. Sifilis dini sangat menular, sedangkan sifilis stadium lanjut tidak menular. T.pallidum masuk dan menginfeksi janin melalui plasenta.
Kurang lebih 3 minggu (rata-rata 10-90 hari) setelah infeksi (masuknya T.pallidum ke dalam tubuh pasien), timbul luka pada tempat masuk tersebut. Umumnya hanya satu berupa bintil (papul) yang mengelupas kulitnya dan menjadi luka, berukuran beberapa millimeter hingga sentimeter, memiliki bentuk bulat, dengan dasar bersih, kemerahan, tidak ada tanda-tanda radang (bengkak, nyeri, panas), dan keras saat perabaan. Gejala pada wanita sama dengan pria yaitu berupa luka yang tidak nyeri, dan umumnya berada di alat kelamin (pria pada penis sedangkan wanita pada bibir kemaluan) atau tempat lain tergantung lokasi tempat masuknya bakteri.
Kemudian T.pallidum akan menyebar ke kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening membesar. Tempat masuk bakteri pada alat kelamin, bibir, lidah, anus, puting susu, tonsil, dan jari. Tanpa pengobatan, luka dapat hilang dengan sendirinya dalam 4-6 minggu. Hasil pemeriksaan tes darah pada sifilis stadium I dapat negatif atau positif.
Interval waktu antara stadium I dengan stadium II berlangsung 6-8 minggu. Secara umum, saat sifilis stadium II timbul umumnya sifilis stadium I sudah hilang. Terkadang timbul masa transisi, yaitu gejala sifilis stadium I masih ada dan muncul gejala dari sifilis stadium II.
Gejala khas sifilis yaitu jarang timbul gatal. Namun dapat disertai gejala seperti nyeri kepala, demam, dan penurunan nafsu makan. Kelainan kulit yang timbul bermacam-macam sehingga sifilis disebut the greatest imitator of all skin diseases. Gejala tersebut disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
Sifilis stadium III berupa benjolan lunak disertai jaringan mati (guma). Gejala ini muncul 3-7 tahun setelah infeksi pertama. Guma dapat berjumlah satu atau lebih, berdiameter milimeter sampai sentimeter. Guma akan menyebabkan jaringan menjadi mati, kemudian mengalami pembusukan dengan cairan dan membentuk luka yang memiliki dasar dan dinding (ulkus). Dengan dinding yang curam dan dalam, di mana pada dasarnya terdapat jaringan mati yang berwarna kuning putih.
Sifilis dikelompokan berdasar gejala yang muncul, yaitu sifilis bawaan, stadium I, stadium II, stadium III, dan sifilis yang menyerang organ dalam (seperti jantung, saraf). Guma dapat menyerang semua organ tubuh seperti tulang rawan, paru lambung, hati, testis, limpa, dll.
Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyebaran penyakit terjadi melalui sentuhan langsung dengan luka yang mengandung Treponema pallidum, seperti melalui hubungan seksual yang tidak aman ataupun kontak fisik lainnya, seperti menyentuh luka pada penderita sifilis atau menggunakan pakaian bergantian tanpa dicuci terlebih dahulu.
Hubungan seksual tidak aman yang dimaksud seperti berhubungan dengan PSK (Pekerja Seks Komersil) yang sudah terlebih dahulu terinfeksi, atau berganti-ganti pasangan seksual. Hubungan seksual yang dimaksud tidak hanya lewat vagina, namun juga bisa melalui mulut, anus, ataupun jari. Berciuman juga dapat menularkan sifilis bila pada kedua pasangan terdapat luka pada mulutnya dan salah satunya sudah terinfeksi sifilis. Tanpa hubungan seksualpun, penyakit sifilis dapat menular melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi dengan bakteri sifilis.
Sifilis dapat ditularkan langsung dari ibu yang sedang hamil ke janin yang dikandungnya, namun sifilis bukanlah penyakit keturunan. Sifilis dapat menular juga melalui transfusi darah yang tidak steril.
Pengobatan pada sifilis ditujukan untuk menghilangkan T.pallidum sebagai penyebab, dan mencegah penularan kepada orang lain. Pengobatan juga harus dilakukan sedini mungkin utnuk mendapat hasil yang lebih baik. Selain menggunakan obat-obatan, pengobatan terhadap sifilis juga memerlukan edukasi. Tidak pernah ada pengobatan sifilis yang menggunakan pembedahan alat kelamin.
Pengobatan bergantung pada stadium sifilis pada penderita. Semakin berat stadium, memerlukan pengobatan yang lebih intensif. Bila tidak mendapat pengobatan yang cukup, sifilis dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, saraf, dan menimbulkan kematian.
1. Obat-obatan (Medikamentosa)
Obat-obat yang digunakan untuk sifilis adalah antibiotik. Antibiotik utama yang digunakan adalah golongan penisilin. Namun, golongan antibiotik lain juga dapat diberikan.
Penisilin : Penisilin dapat menembus plasenta sehingga mencegah infeksi pada janin, dan efektif untuk sifilis pada susunan saraf pusat (neurosifilis). Berdasarkan lama kerjanya, penisilin dibagi dalam 3 macam, yaitu yang bekerja dalam masa 24 jam, 72 jam, dan 2-3 minggu. Pemberian penisilin berdasarkan lama kerja jenis penisilin yang digunakan. Yang pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap 3 hari, dan yang ketiga umumnya setiap minggu. Pada sifilis stadium I, gejalanya besifat umum dan lokal. Gejala umum berupa demam, nyeri kepala, nyeri sendi, lemah, berkeringat, dan kemerahan pada wajah. Gejala lokal yaitu bengkak pada luka tempat masuk T.pallidum dan juga nyeri. Reaksi ini hilang dalam 10-12 jam tanpa merugikan pasien dengan sifilis stadium I. Pada sifilis lanjut dapat mengancam jiwa pasien, misalnya bengkak pada saluran pernafasan, atau pecahnya pembuluh darah aorta yang sudah menipis. Pengobatan untuk sifilis lanjut ini dengan menggunakan anti inflamasi seperti kortikosteroid. Kortikosteroid juga dapat digunakan sebagai pencegahan dengan diberikan 2-3 hari sebelum penisilin dan 2-3 hari setelah pengobatan dengan penisilin selesai.
Antibiotik lain : Untuk pasien yang alergi penisilin, dapat diberikan tetrasiklin (tidak boleh untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak), atau eritromisin. Antibiotik lain yang dapat digunakan adalah golongan sefalosporin dan golongan makrolid.
2. Pemantauan tes darah diperiksa pada bulan pertama, kedua, keenam, dan keduabelas dari tahun pertama, kemudian setiap 6 bulan dalam tahun kedua.
3. Nonmedikamentosa
Pasien juga diberikan edukasi mengenai hal-hal berikut:
Daftar Pustaka Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed kedua. Jakarta: FKUI; 1993. Fahmi S, Indriatmi W, Zubier F, Judanarso J, editor. Penyakit menular seksual. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. Adimora AA, Hamilton H, Holmes KK, Sparling PF. Sexually transmitted disease. Ed kedua. New York: McGraw-Hill Inc; 1994.