Sirosis hati adalah kondisi akhir dari peradangan usus yang menahun yang ditandai dengan perubahan struktur dan penurunan fungsi hati. Dalam dunia kesehatan, sirosis dibagi menjadi sirosis kompensata dan dekompensata. Pada sirosis kompensata, penderita belum merasakan adanya gejala apapun meskipun hatinya telah mengalami kerusakan. Sedangkan stadium sirosis dekompensata terjadi saat penderita telah mengalami gejala.
Segala hal yang menyebabkan peradangan pada hati dan disertai dengan pengobatan yang kurang memadai dapat berakhir menjadi sirosis. Keadaan dan penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan sirosis adalah:
Di negara barat, penyebab sirosis tersering adalah konsumsi alkohol berlebihan, sedangkan di Indonesia penyebab utama sirosis adalah infeksi hepatitis B dan C. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan hepatitis B dapat menyebabkan sirosis sebesar 40-50% dan hepatitis C sebesar 30-40%.
Pada tahap awal, sirosis hati tidak menimbulkan gejala apapun, namun pada perkembangannya sirosis dapat menimbulkan gejala berikut:
Gejala-gejala tersebut muncul akibat gangguan fungsi hati. Karena penyebab sirosis terbanyak di Indonesia adalah hepatitis, maka pada seorang yang diduga sirosis perlu digali informasi apakah sebelumnya ia pernah mengalami sakit hepatitis.
Karena sirosis adalah kondisi akhir dari perjalanan peradangan kronis di hati, maka pengobatan yang paling tepat adalah ‘mengganti’ hati tersebut, atau dikenal dengan istilah transplantasi hati. Namun saat ini, belum banyak pusat kesehatan yang mampu melaksanakan transplantasi hati.
Pengobatan yang banyak dilakukan saat ini hanya untuk mengurangi gejala dan komplikasi. Yang paling penting sebenarnya adalah mencegah terjadinya sirosis. Caranya adalah penderita hepatitis harus menjalani pengobatan hingga tuntas. Pastikan bahwa tidak ada proses peradangan lagi di dalam hatinya.