Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan kekurangan zat besi. Seseorang dikatakan mengalami anemia bila memiliki hemoglobin (bagian dari sel darah merah) di bawah 12 g/dL untuk wanita dan di bawah 13 g/dL untuk laki-laki.
Zat besi memiliki peran yang sangat penting dalam tubuh, seperti untuk pembentukan hemoglobin, menjaga kesehatan sel, kulit, rambut, dan kuku.
Angka kejadian kasus anemia defisiensi besi di Indonesi masih tinggi. Sekitar 40-45% penduduk mengalami anemia defisiensi besi. Kasus paling banyak terjadi pada anak usia balita (usia 0-5 tahun). Remaja perempuan dan wanita hamil merupakan kelompok lain yang rentan terhadap anemia defisiensi besi.
Defisiensi berarti kekurangan sehingga sesuai namanya anemia defisiensi besi disebabkan karena kekurangan zat besi. Tanpa besi yang cukup, tubuh tidaK dapat memproduksi sel darah merah yang sehat (hemoglobin).
Fungsi hemoglobin dalam darah adalah untuk menmbawa oksigen ke seluruh tubuh. Saat tubuh kekurangan zat besi, tidak langsung akan muncul anemia defisiensi besi. Proses untuk menjadi anemia berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Penyerapan zat besi terutama terjadi pada usus halus. Bila tubuh memiliki kelebihan zat besi, maka penyerapan akan diturunkan. Sebaliknya bila tubuh kekurangan zat besi, penyerapan dapat ditingkatkan hingga 5 kali lipat. Zat besi dapat ditemukan pada makanan daging dan sayur-sayuran. Zat besi pada daging lebih mudah diserap daripada nabati atau yang berasal dari sayuran.
Kekurangan zat besi terjadi saat permintaan zat besi tidak dapat dicukupi dengan penyerapan zat besi. Penyebab anemia defisiensi besi dapat digolongkan dalam 2 besar, yaitu:
1. Peningkatan kebutuhan
2. Berkurangnya asupan atau kehilangan cadangan
Kekurangan zat besi lebih sering dialami pada wanita, anak-anak, vegetarian, dan mereka yang melakukan donor darah rutin. Wanita mengalami menstruasi sehingga berisiko kekurangan zat besi. Anak-anak rentan karena mereka membutuhkan zat besi untuk pertumbuhan dan tidak mendapatkan suplai zat besi yang cukup dari ASI (Air Susu Ibu) atau susu formula. Vegetarian berisiko karena mereka tidak memakan makanan yang kaya zat besi seperti daging. Donor darah menyebabkan berkurangnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga memerlukan tambahan suplemen zat besi.
Gejala yang ditimnbulkan oleh kekurangan zat besi bergantung pada derajat kekurangan. Bila hanya kekurangan sedikit, tidak ada gejala apapun yang muncul, sehingga jarang mendapat penanganan. Bila kekurangan yang terjadi cukup besar, maka dapat muncul beberapa gejala seperti:
Bila muncul gejala-gejala seperti di atas, segera konsultasi dengan dokter karena anemia defisiensi besi hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan medis.
Anemia defisiensi besi yang biarkan terus menerus dapat menyebabkan gangguan lebih berat seperti gangguan jantung (gangguan irama, pembesaran jantung, gagal jantung), gangguan kehamilan (bayi prematur atau berat badan lahir bayi rendah), dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
Penanganan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan kaya zat besi dan pemberian suplemen zat besi. Bila penyebab dari kekurangan zat besi dapat diketahui maka diperlukan penangan terhadap penyebab tersebut.
Suplemen zat besi diberikan untuk menggantikan kekurangan zat besi di dalam tubuh. Sebagian besar orang dengan anemia defisiensi besi membutuhkan 150-200 mg besi elemental per harinya. Suplemen ini lebih baik di minum saat perut kosong, namun beberapa orang menjadi mual sehingga dapat diberikan setelah makan. Penggunaan suplemen zat besi diberikan dalam jangka waktu panjang hingga beberapa bulan.
Penggunaan suplemen zat besi sebaiknya dibarengi dengan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan karena zat besi membutuhkan suasana asam untuk penyerapan. Buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C antara lain brokoli, anggur, kiwi, mangga, melon, jeruk, strawberi, dan tomat. Vitamin C yang direkomendasikan adalah 250 mg bersamaan dengan suplemen zat besi. Penggunaan obat yang menurunkan keasaman lambung seperti obat maag diberikan jarak waktu sekitar 2-4 jamdengan suplemen besi.
Pada anak-anak direkomendasikan untuk diberikan suplemen zat besi dengan prioritas usia di bawah 5 tahun, terutama usia 0-2 tahun pertama.
Efek samping yang ditimbulkan dengan penggunaan suplemen zat besi adalah konstipasi/sembelit, dan tinja menjadi hitam. Zat besi yang terlalu berlebihan juga menimbulkan gangguan hati, sehingga diperlukan pengawasan dokter dan tidak bisa sembarangan memakai suplemen ini.
Bila dengan penggunaan suplemen zat besi tidak memperbaiki keadaaan, diperlukan penanganan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab, apakah karena gangguan penyerapan atau adanya kehilangan darah. Bila anemia yang terjadi sangat berat, diperlukan transfusi darah untuk meningkatkan hemoglobin darah.
Daftar Pustaka: World Health Organization. Iron deficiency anemia: assessment, prevention, and control. A guide for programme managers. 2001. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi suplementasi besi pada bayi dan anak. Ed ke-1. Badan penerbit IDAI. 2011. Killip S, Bennett JM, Chambers MD. Iron deficiency anemia. Am Fam Physician. 2007 Mar 1;75(5):671-678. American Society of hematology. Iron-deficiency anemia [Online] 2013 [cited 2013 Sept 17] Available from: http://www.hematology.org/patients/blood-disorders/anemia/5263.aspx. Center for Diseases Control and Prevention. Iron and iron deficiency [Online] 2011 Feb 23 [cited 2013 Sept 17] Available from: http://www.cdc.gov/nutrition/everyone/basics/vitamins/iron.html.