Daftar isi
Penyakit pada penis yang sering ditemui antara lain priapismus, penyakit Peyronie, balanitis, fimosis, dan kanker penis.
Priapismus adalah ereksi penis yang terus – menerus (lebih dari 4 jam). Gejala priapismus adalah ereksi penis yang nyeri, tidak berkaitan dengan aktivitas seksual, dan tidak membaik setelah orgasme.
Priapismus disebabkan oleh penyalahgunaan obat terlarang terutama kokain atau alkohol, konsumsi obat tertentu seperti anti-depresi dan obat darah tinggi, obat bius, terapi suntik penis pada disfungsi ereksi, serta kelainan darah seperti leukemia dan anemia bulan sabit.
Priapismus harus diobati segera, karena dapat menyebabkan jaringan parut pada penis yang akan menimbulkan komplikasi disfungsi ereksi. Pengobatan yang dilakukan adalah mengeluarkan sebagian darah dengan jarum dan obat untuk mengecilkan pembuluh darah penis.
Penyakit ini adalah suatu kelainan bentuk penis karena adanya pengapuran pada penis. Gejala penyakit ini adalah penis yang bengkok ke salah satu sisi pada saat ereksi. Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan jelas, namun berkaitan dengan riwayat trauma penis, peradangan pembuluh darah penis, keturunan, dan gangguan jaringan penyambung. Pengobatan dilakukan dengan terapi bedah. Terapi dengan obat kurang menguntungkan.
Balanitis adalah peradangan pada kepala atau ujung penis. Peradangan ini umumnya terjadi pada pria yang belum disunat dengan kebersihan yang buruk. Tertumpuknya kotoran dan cairan di sekitar kulit ujung penis menyebabkan pembengkakan dan peradangan. Penyebab lain adalah iritasi bahan kimia (sabun, petroleum jelly), alergi obat, obesitas berat, dan infeksi bakteri, jamur atau parasit. Gejala balanitis antara lain keluarnya cairan dari penis, nyeri pada penis saat kulit ujung penis ditarik, impoteni, kesulitan buang air kecil, nyeri dan merah pada ujung penis, gatal, dan dapat disertai demam atau muntah. Balanitis diobati dengan pembersihan penis dan salep antibiotik, anti jamur, atau steroid tergantung penyebab.
Fimosis adalah ketidakmampuan menarik kulit selaput ujung penis ke belakang, sedangkan aprafimosis adalah terperangkapnya kulit selaput ujung penis di leher penis. Fimosis normal terjadi pada bayi baru lahir dan akan menghilang setelah mencapai remaja, sedangkan fimosis abnormal terjadi setelah pubertas atau pada laki – laki yang sebelumnya tidak mengalami fimosis.
Fimosis abnormal umumnya disebabkan oleh jaringan parut di sekitar kulit selaput yang terbentuk akibat peradangan berulang. Penderita fimosis berisiko mengalami parafimosis jika kulit selaput ditarik secara paksa. Fimosis normal disadari oleh orang tua bayi karena ketidakmampuan menarik kulit selaput penis saat pembersihan dan adanya pembesaran ujung penis saat BAK.
Fimosis abnormal memberikan gejala nyeri saat ereksi, BAK bercampur darah, infeksi salurang kencing berulang, dan pancaran urin yang lemah. Gejala parafimosis umumnya adalah penis yang nyeri dan bengkak. Fimosis bukan merupakan kedaruratan dan dapat diperbaiki dengan tindakan bedah, sedangkan parafimosis merupakan kedaruratan karena kulit yang terperangkap dapat menekan pembuluh darah penis.
Parafimosis dapat ditangani dengan beberapa cara, antara lain: pengembalian kulit selaput secara manual, kompres dengan cairan gula, penyedotan darah dengan jarum, serta bedah.
Faktor risiko kanker penis adalah balanitis kronis dan penyakit kelamin kronis. Kanker penis yang ganas dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah. Sebanyak 40% penderita berusia di bawah 40 tahun. Gejala berupa rasa tidak nyaman ringan pada penis dan keluarnya sedikit cairan. Hal ini berkembang secara lambat sampai disadari adanya massa yang besar pada penis disertai infeksi, menimbulkan keluarnya cairan berbau. Jarang ditemui nyeri pada penis. Pengobatan dengan terapi sinar dan bedah.