Herpes adalah penyakit infeksi yang menyerang organ kulit yang disebabkan oleh virus Herpes simpleks. Herpes sangat populer di masyarakat sebagai penyakit menular seksual, padahal herpes juga dapat mengenai kulit bagian lainnya bahkan organ dalam tubuh. Infeksi herpes yang mengenai kulit sekitar wajah di sering disebut sebagai cold sores. Selain Herpes simpleks, terdapat virus Herpes lainnya yang juga menimbulkan penyakit pada manusia, yakni Herpes zooster. Herpes zooster merupakan penyebab sakit cacar.
Penyakit yang diakibatkan oleh virus herpes simpleks dapat berlangsung primer maupun berulang (rekuren). Sebenarnya belum ada obat yang dapat membunuh virus tersebut, dalam arti menyembuhkan pasien secara total. Infeksi herpes bersifat seumur hidup. Saat penderita tidak merasakan gejala apapun, virus ini sebenarnya masih ada di dalam tubuh penderita, yakni berada pada jaringan saraf, tepatnya di bagian tulang belakang.
Sejak sesorang terkena virus, misal melalui hubungan seksual, hingga muncul gejala (masa inkubasi) memakan waktu 3-7 hari.
Gejala dan perjalanan penyakit dapat dibagi ke dalam beberapa stadium, yakni:
Kelainan yang dijumpai berupa bintil berwarna putih tampak berisi air, atau disebut sebagai vesikel. Bintik ini berkelompok di atas kulit yang sembab dan kemerahan (erimatosa). Awalnya vesikel tersebut tampak putih, tetapi lama-kelamaan berisi nanah (pus) berwarna hijau. Kadang-kadang dapat juga ditemukan bintil yang telah pecah sehingga penampakan seperti ‘sariawan’ pada kulit.
Fase infeksi primer terjadi selama kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lainnya seperti demam, lemas, mual, muntah, dan dapat juga ditemukan pembesaran kelenjar di lipat paha atau di sekitar leher.
Tempat yang sering diserang virus herpes simpleks tipe I adalah daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung. Infeksi herpes simpleks tipe I ini sering disebut sebagai cold sores. Infeksi ini juga dapat mengenai dinding mukosa mulut dan memberikan penampakan seperti sariawan.
Infeksi oleh herpes simpleks tipe I sering dijumpai pada usia anak-anak. Penularan biasanya terjadi secara tidak sengaja seperti saat anak kontak kulit dengan benda yang terkontaminasi virus herpes, kontak di dokter gigi, kebiasaan mengigit jari, atau sentuhan langsung dengan kulit yang mengalami infeksi. Virus herpes simpleks tipe I ini juga dapat menyebabkan peradangan otak yang disebut herpes ensefalitis. Gejalanya adalah panas tinggi, penurunan kesadaran, dan kejang.
Sedangkan tempat yang sering diserang virus herpes simpleks tipe II adalah daerah genitalia (organ kelamin). Namun dapat pula pengenai anggota tubuh bagian lainnya, termasuk wajah, pada perilaku seksual yang tidak wajar. Virus herpes simpleks tipe II ini juga dapat menyebabkan peradangan otak terutama pada bayi-bayi yang lahir pada ibu yang sedang mengalami infeksi herpes pada organ genitalianya.
Saat gejala sudah membaik bukan berarti virus herpes telah mati. Virus tersebut ‘beristirahat’ di dalam sel saraf ganglion dorsalis (saraf tulang belakang). Penularan penyakit herpes pada penderita yang berada pada fase ini masih dapat terjadi akibat pelepasan virus terus berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit. Dengan demikian, bisa saja seseorang terkena infeksi herpes dari pasangannya yang tampak sehat-sehat saja.
Virus yang beristirahat pada fase laten tersebut suatu saat dapat aktif kembali. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi yang dapat mengaktifkan infeksi tersebut antara lain:
Gejala yang timbul umumnya lebih ringan dibanding infeksi primer dan berlangsung lebih sebentar, yakni 7-10 hari. Kelainan kulit dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau pada tempat baru di sekitarnya (nonloco). Sebelum munculnya kelainan kulit, penderita dapat merasakan gejala pendahuluan (prodromal), seperti rasa panas, gatal, dan nyeri di daerah kulit tersebut.
Selain gejala khas untuk setiap fase di atas, terdapat beberapa gejala tambahan lainnya, yakni:
Salah satu yang menjadi perhatian khusus infeksi herpes ialah infeksi herpes genitalia pada kehamilan. Infeksi ini dapat menimbulkan kematian pada janin, terutama bila terjadi fase infeksi primer saat hamil. Komplikasi lebih berat bila infeksi terjadi pada awal-awal kehamilan. Bila infeksi herpes terjadi pada trimester I kehamilan, bayi akan terancam abortus (keguguran). Sedangkan pada trimester II (kehamilan bulan ke-3 hingga 6), bayi dapat lahir secara prematur.
Bayi yang lahir selamat pun terancam terinfeksi herpes, mulai dari infeksi herpes pada kulit, infeksi pada mata (keratokonjungtivitis herpes), hati (hepatitis), hingga radang otak (ensefalitis).
Penyebab herpes ialah virus herpes simpleks tipe I dan II. Kedua virus tersebut termasuk dalam virus Herpes hominis yang tergolong virus DNA. Penularan infeksi herpes terjadi secara kontak langsung yakni kulit dengan kulit penderita yang terinfeksi.
Diagnosis infeksi herpes dapat dikeluarkan dokter berdasarkan gejala dan temuan klinis yang ada. Namun untuk beberapa kasus yang meragukan, misal penampakan klinis sudah tidak khas lagi, maka dapat dilakukan tes laboratorium.
Jaringan dan cairan dari vesikel kulit dapat diambil dan diamati di bawah mikroskop. Jika pemeriksaan laboratorium gagal menemukan virus, pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan ialah pemeriksaan antibodi-virus herpes simpleks.
Penyebab herpes ialah organisme virus. Penyakit ini serupa dengan penyakit infeksi virus lainnya, yakni dapat sembuh dengan sendiri. Namun khusus untuk infeksi herpes, ketika gejala telah hilang, virus tidak berarti mati melainkan istirahat di dalam sel darah tulang belakang.
Obat yang ada saat ini tidak berkhasiat untuk membunuh semua virus dan menyembuhkan herpes secara total obat yang ada digunakan untuk mengontrol jumlah virus dan mempercepat hilangnya gejala. Pengobatan herpes antara lain:
a. Pada fase infeksi primer dapat diberikan:
b.Pada fase rekuren berat, penyakit lebih ringan sehingga umumnya tidak memerlukan obat-obatan. Namun dapat pula diberikan asiklovir 200 mg dengan dosis 5 kali selama 7 hari, atau dengan asiklovir sediaan krim.
Selain terapi obat-obatan, hal yang penting lainnya ialah memberikan edukasi kepada pasien mengenai hal-hal berikut:
Pada kondisi khusus, yakni infeksi herpes pada kehamilan, pilihan untuk ibunya ialah mengakhiri kehamilan dengan seksio sesaria (operasi sesar) dengan demikian janin tidak akan melewati genitalia ibu yang terinfeksi virus herpes. Tindakan tersebut dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah pecah ketuban.