Daftar isi
Epilepsi, atau yang dikenal juga secara awam sebagai sakit ayan, adalah penyakit kejang berulang yang disebabkan oleh gangguan kelistrikan pada susunan saraf otak. Berdasarkan definisi tersebut, bila kejang hanya terjadi satu kali maka belum dapat disebut sebagai epilepsi. Kejang sendiri adalah kumpulan tanda dan gejala yang disebabkan oleh terjadinya gangguan kelistrikan pada susunan saraf pada otak.
Kejang adalah gejala dari epilepsi. Terdapat berbagai sifat dan bentuk dari kejang dan memiliki kekhasan tersendiri. Oleh karena itu, untuk mempermudah komunikasi dan penggambaran dari sifat dan bentuk kejang, maka dilakukan pengelompokan atau pengklasifikasian.
Klasifikasi kejang secara internasional:
A. SimpleksPada kejang jenis ini, setelah terjadi kejang penderita masih dapat mengingat kejadian selama kejang atau tidak tampak kebingungan.
B. KompleksPada kejang jenis ini, penderita tidak dapat mengingat kejadian saat kejang dan akan tampak kebingungan sesudah kejang terjadi. Terkadang kejang jenis ini dapat awali dengan mual, sensasi panas, atau deja vu yang dikenal juga sebagai aura. Selain aura, dapat juga diawali dengan mengecap-ngecapkan mulut, berjalan tanpa tujuan, atau gerakan lain tanpa tujuan lainnya yang dikenal juga dengan otomatisasi. Aura dan otomatisasi dapat berlangsung selama beberapa detik hingga hitungan menit.
C. Sekunder umum
Pada kejang jenis ini, terjadi penyebaran gangguan kelistrikan dari salah satu bagian otak ke seluruh bagian otak. Jadi, apabila awalnya kejang hanya berupa kedutan di tangan atau wajah lalu akan menyebar ke seluruh tubuh juga sehingga seluruh tubuh mengalami kejang.
A. Absans atau petit malKejang jenis ini juga umumnya terjadi pada anak-anak. Seringkali keluhan datang dari guru di sekolah di mana anak sering terlihat bengong, mengangguk-anggukkan kepala atau hanya mengedip-ngedipkan mata saja. Kejang absans umumnya berlangsung singkat. Seringkali kejang ini sulit dibedakan dengan kejang parsial kompleks.
B. Tonik – klonik atau grand malPada kejang jenis ini, awalnya penderita akan mengalami kehilangan kesadaran lalu seluruh tubuh menjadi kaku, mata mendelik ke atas, dan disertai dengan gerakan ritmis dari anggota gerak. Umumnya kejang dapat berlangsung selama 1-3 menit. Hal ini juga terkadang disertai juga dengan menggigit lidah sendiri.
C. MioklonikPada kejang jenis ini terjadi gerakan dari anggota gerak yang kurang ritmis dibandingkan dari kejang tonik – klonik.
D. AtonikKejang jenis ini umumnya terjadi setelah trauma atau benturan pada kepala yang berat hingga menimbulkan cedera luas. Awalnya penderita akan merasa lemas lalu terjatuh. Seringkali dapat ditemukan luka atau lebam akibat benturan saat jatuh.
E. Tonik Pada kejang jenis ini terjadi kekakuan dari otot. Anggota gerak ekstensi ke arah luar atau ke atas.
Kejang dimasukkan ke dalam klasifikasi ini apabila tidak dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi lainnya yang disebut di atas.
Dari klasifikasi di atas, dapat terlihat bahwa kejang sangat variatif sehingga untuk menentukan secara pasti jenis dari kejang yang dialami penderita, yang nantinya akan mempengaruhi pemilihan obat, diperlukan pemeriksaan lanjutan dengan menggunakan electroensefalogram (EEG).
Penyebab kejang berulang yang dapat menjadi pemicu epilepsi :
1. Trauma atau benturan pada kepala yang berat
Trauma atau benturan kepala yang berat menyebabkan terjadinya kerusakan pada otak, pendarahan otak, kehilangan kesadaran, dan amnesia dapat menjadi pemicu terjadinya kejang berulang.
2. Stroke
Stroke menyebabkan kematian dan cedera dari sel – sel saraf otak sehingga memicu terjadinya kejang berulang. Sekitar 10% dari kasus stroke mangalami epilepsi.
3. Infeksi otak
Infeksi pada otak dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. Selain kejang, juga disertai dengan nyeri kepala dan demam.
4. Tumor otak
Tumor pada otak yang menekan jaringan otak menyebabkan terjadinya iritasi sehingga memudahkan untuk terjadinya kejang berulang.
5. Fotosensitif atau cahaya kerlap - kerlip
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cahaya kerlap-kerlip dapat juga menjadi pemicu terjadi kejang pada orang – orang yang sensitif terhadap cahaya tersebut. Cahaya tersebut dapat ditemukan pada televisi dan kamera.
6. Kadar gula darah atau oksigen rendah
Agar dapat berfungsi maksimal otak memerlukan oksigen dan gula darah (glukosa). Kadar gula darah dan oksigen yang rendah dapat memicu terjadinya kejang berulang.
7. Obat
Pada beberapa orang yang sensitif terhadapt penggunaan obat-obat tertentu dapat menyebabkan kejang.
8. Tidak diketahui
Sekitar 60% dari penderita epilepsi tidak diketahui penyebabnya.
Penanganan pertama yang dapat dilakukan apabila menemukan seseorang mengalami kejang adalah sebagai berikut :
Untuk mencegah kejang berulang, dapat diberikan obat anti epilepsi (OAE). Hingga saat ini, terdapat beberapa jenis OAE yang dapat dipilih. Pemilihan OAE dilakukan dengan mempertimbangkan jenis kejang, respon terhadap OAE dan efek samping yang dirasakan penderita. Penggunaan OAE bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, penggunaan OAE harus dipantau dan dievaluasi oleh dokter.
Apabila kejang berulang tidak dapat dikontrol dengan menggunakan OAE dosis maksimal, maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.
Penting untuk tiap penderita mengenali diri masing-masing dan mengubah gaya hidup yang sesuai. Penderita tidak boleh terlalu lelah maupun stress. Penderita dapat terus sekolah, bekerja, dan berkeluarga. Perlu diingat bahwa epilepsi tidak menular, epilepsi bukan penyakit keturunan, dan epilepsi dapat dikontrol.
Sumber : 1. Koyama, A. Epilepsy - A Brief Overview. 2005 2. Fisher, R. Saul, M. Overview of Epilepsy. Standford Neurology. 1997