Daftar isi
Cacingan adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing yang menyerang manusia. Jenis cacing yang dapat menginfeksi manusia bermacam-macam dan dapat memberikan gejala yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dari siklus hidup cacing tersebut dan cara cacing tersebut masuk untuk menginfeksi. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan, tingkat sanitasi lingkungan telah membantu mengurangi angka kejadian terjadinya infeksi cacing ini. Di Indonesia sendiri, penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing masih menjadi salah satu masalah kesehatan.
Terdapat beberapa jenis cacing, yang berbeda pula antara gejala, penyebab, dan pengobatannya. Berikut adalah jenis-jenis cacing yang dapat menyebabkan penyakit cacingan:
Telur cacing gelang dapat ditemukan di tanah. Apabila termakan, telus tersebut lalu menetas dan mulai berkembang biak. Gejala awal dapat berupa keluhan batuk kadang dapat diserai darah, demam, dan pada pemeriksaan foto Rontgen dada dapat ditemukan adanya bercak-bercak yang akan menghilang setelah 3 minggu. Gejala ini mucul karena larva dari cacing ini masuk ke dalam paru sehingga mengiritasi paru. Gejala lain yang timbul dapat berupa mual, nafsu makan berkurang, diare, atau bahkan konstipasi. Gejala tersebut mulai muncul saat cacing masuk kembali ke usus.
Pada infeksi yang berat, dapat terjadi gangguan penyerapan nutrisi sehingga penderita tampak kurus dengan perut yang membuncit karena nutrisi diambil oleh cacing. Cacing yang banyak di dalam usus juga dapat menyumbat usus sehingga biasanya penderita mengeluh kembung dan diperlukan perawatan pembedahan untuk menghilangkan sumbatan tersebut.
Telur cacing akan ditemukan pada tinja orang yang terinfeksi oleh cacing ini. Oleh karena itu, untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan pada tinja dan dianggap positif apabila ditemukan telur cacing. Terkadang cacing dapat ditemukan keluar bersaa tinja saat buang air besar, atau cacing dimuntahkan saat batuk.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat cacing. Angka kesembuhan dengan menggunakan obat cacing termasuk tinggi. Angka kejadian infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang masih tinggi di Indonesia, terutama pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena anak sering bermain di tanah dan kesadaran akan kebersihan yang masih rendah.
Kedua cacing tersebut diberi nama cacing tambang karena sering ditemukan pada perkerja tambang yang belum memiliki sanitasi yang baik. Cacing hidup di tanah dan masuk ke dalam tubuh dengan cara menembus kulit, terutama pada orang-orang yang bekerja tidak menggunakan alas kaki.
Cacing yang menembus kulit akan menyebabkan gatal dan kulit tampak kemerahan. Cacing lalu masuk ke paru melalui sirkulasi darah. Gejala pada paru ringan dan sering tidak disadari. Setelah itu, cacing masuk ke dalam usus dan menyedot darah. Hal tersebut menyebabkan keadaan kurang darah atau disebut juga dengan anemia. Gejala yang biasanya dirasakan adalah lemah, letih, lesu, tidak bertenaga, mudah pusing, dan muka yang pucat.
Cacing dewasa akan bertelur lalu ikut keluar bersama dengan tinja. Diagnosis dinyatakan positif apabila pada pemeriksaan tinja ditemukan telur dari cacing tambang. Pengobatan cacing jenis ini dengan pemberian obat cacing dan angka kesembuhannya tinggi. Angka kejadian infeksi karena cacing tambang masih tinggi di Indonesia, karena sanitasi lingkungan yang buruk dan kebiasaan untuk bekerja di tanah tanpa menggunakan alas kaki. Oleh itu, disarankan untuk menggunakan alas kaki.
Cacing jenis ini ditemukan terutama pada tanah yang panas dan lembab. Cacing dapat masuk ke dalam tubuh manusia apabila telur cacing tidak sengaja tertelan. Telur tersebut lalu menetas dan menjadi cacing lalu menempel di dalam usus dekat dengan anus.
Infeksi ringan dari cacing jenis ini tidak memberikan gejala. Bilapun ada, gejala yang timbul cenderung ringan. Sering kali infeksi ringan pada cacing ini ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan tinja secara berkala.
Pada infeksi yang berat, terutama pada anak, dapat ditemukan gejala diare dan disertai dengan adanya bercak-bercak darah pada tinja. Hal ini diakibatkan oleh perekatan cacing pada usus menyebabkan usus iritasi dan radang serta terjadi perdarahan. Selain itu, cacing ini juga menghisap darah, sehingga dapat ditemukan keluhan kurang darah atau anemia. Gejalanya berupa letih, lemah, lesu, tidak bersemangat, dan mudah pusing. Penderita didiagnosis terkena cacing ini apabila ditemukan cacing pada pemeriksaan tinja.
Awalnya cacing cambuk sulit untuk diobati dan hasilnya kurang memuaskan. Namun sekarang, seiring dengan berkembangnya obat cacing, cacing cambuk dapat dengan mudah diobati dengan hasil yang baik.
Cacing kremi dapat masuk ke tubuh manusia apabila telur cacing tersebut tertelan atau telur dari cacing dewasa yang menetas di anus masuk kembali ke dalam usus (infeksi berulang). Waktu yang diperlukan dari tertelannya telur hingga timbulnya gejala adalah sekitar 2 minggu hingga 2 bulan.
Umumnya infeksi cacing ini tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya apabila infeksi berulang tidak terjadi. Gejala yang dirasakan adalah gatal pada daerah anus akibat migrasi dari cacing dari usus ke anus untuk bertelur. Rasa gatal tersebut menyebabkan penderita sering menggaruk anusnya dan dapat terlihat luka-luka bekas garukan. Keluhan ini terutama terjadi di malam hari sehingga sering terbangun.
Untuk mengetahui apakah penderita positif terkena cacingan jenis ini, pemeriksaan dapat dilakukan dengan menempelkan anal swab pada anus di pagi hari sebelum buang air besar dan mencuci pantat. Hasil positif apabila ditemukan telur atau cacing dewasa. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
Apabila salah seorang anggota keluarga terkena infeksi cacing ini, maka sebaiknya seluruh anggota keluarga ikut diberi pengobatan. Hal itu disebabkan karena cacing ini dapat ditemukan pada seluruh bagian rumah penderita dan dapat menyebar dengan mudah melalui kontak dekat dengan penderita. Obat cacing sebaiknya diminum pada pagi hari dan disertai 1 gelas air agar obat cepat mencapai saluran percernaan bawah.
Cacing ini dinamakan cacing daun karena bentuknya yang pipih dan simetris mirip dengan daun. Menurut tempat hidupnya di dalam tubuh manusia, cacing daun dibagi menjadi :
1. Trematoda hati, contohnya Fasciola
2. Trematoda usus, contohnya Fasciolopsis buski
3. Trematoda paru, contohnya Paragonimus westermani
4. Trematoda darah, contohnya Schistosoma japonicum
Cacing dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, seperti ikan, tumbuhan air, keong air, udang batu, dan ketam yang tidak dibersihkan dan dimasak dengan baik sehingga terdapat cacing yang masih hidup.
Gejala yang ditimbulkan tergantung dari dari lokasi tempat hidup cacing di dalam tubuh manusia dan racun yang dihasilkan oleh cacing. Gejala yang dialami adalah sebagai berikut :
Cacing Teania saginata ditemukan pada sapi, sedangkan Taenia solium pada babi. Cacing dapat masuk ke dalam tubuh manusia apabila memakan daging sapi atau babi yang tidak dimasak dengan matang atau apabila telurnya tidak sengaja tertelan.
Bila sumber infeksi berasal dari daging yang tidak matang, maka cacing akan menjadi cacing pita dewasa di dalam usus. Gejala yang dirasakan biasanya ringan karena berupa infeksi tunggal, yaitu berupa nyeri ulu hati, mual, diare atau konstipasi, dan sakit kepala. Bila sumber infeksi berasal dari telur cacing yang tertelan, maka larva cacing ini dapat menyebar hingga ke mata, otak, otot, hati, paru, dan rongga perut dan memberikan gejala yang lebih berat, seperti sakit ayan atau epilepsi, infeksi otak, radang otot, demam, dan nyeri kepala.
Penderita dinyatakan terkena cacing jenis ini apabila ditemuka telur cacing pada tinja penderita. Pemeriksaan di otak dapat menggunakan CT-scan. Untuk pengobatan dapat diberikan obat cacing. Pada kasus tertentu yang disebabkan oleh larva cacing, dapat dilakukan pembedahan untuk mengangkat larva cacing.
Sumber Gandahusada, S. Ilahude, HHD. Pribadi, W. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. 1998