Daftar isi
Antibakteri adalah zat-zat yang memiliki khasiat untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri. Zat antibakteri ada yang dihasilkan oleh mikroorganisme (makhluk hidup berukuran kecil seperti jamuir atau bakteri lain) maupun zat buatan manusia.
Sesuai dengan namanya, antibakteri digunakan untuk melawan bakteri. Kegunaan antibakteri antara lain untuk mengobati infeksi (yang disebabkan bakteri atau beberapa jenis parasit) dan sebagai pencegahan terjadinya infeksi bakteri. Pemberian antibakteri sebagai pencegahan dilakukan dalam kasus luka terbuka, luka operasi, dan lainya.
Antibakteri digunakan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri, bukan virus. Antibakteri tidak bekerja melawan virus. Penggunaan antibakteri secara tepat merupakan alat medis yang kuat untuk melawan infeksi bakteri. Penggunaan secara tepat yang dimaksud adalah hanya untuk infeksi bakteri dan mengikuti anjuran dari dokter.
Lamanya pengobatan dengan antibakteri bervariasi tergantung jenis infeksi. Pada infeksi ringan dapat berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Infeksi paru-paru (TBC paru) diobati selama berbulan-bulan. Antibakteri untuk jerawat juga digunakan selama berbulan-bulan. Secara umum, antibakteri diberikan selama 5-7 hari. Penghentian antibakteri lebih dini menyebabkan tidak semua bakteri mati dan risiko terjadinya resistensi meningkat.
Secara umum, antibakteri aman namun penggunaannya harus sesuai anjuran dokter. Seperti obat-obatan lainnya, antibakteri juga memiliki efek samping. Tiap jenis antibakteri memiliki efek samping yang berbeda namun secara umum, efek samping tersebut antara lain:
Bila seseorang memiliki alergi antibakteri tertentu, sebaiknya mengingat nama obat tersebut dan diberitahukan kepada dokter saat berobat untuk mencegah efek samping. Bagi wanita yang menggunakan pil kontrasepsi, penggunaan antibakteri dapat menurunkan efektivitas pil kontrasepsi tersebut. Konsumsi antibakteri pada wanita hamil dan menyusui harus melalui dokter karena penggunaan yang sembarangan dapat berakibat pada janin atau bayi.
Pemakaian yang sembarangan dapat menyebabkan efek antibakteri tidak maksimal sehingga infeksi tidak menghilang dan timbul resistensi. Resistensi terjadi bila antibakteri telah kehilangan kemampuannya untuk mengontrol atau mematikan bakteri, sehingga bakteri dapat bertumbuh terus. Awalnya resistensi merupakan kejadian alami dimana bakteri yang rentan akan mati oleh antibakteri sementara bakteri lainnya yang kebal dapat bertahan hidup. Namun sekarang ini, resistensi antibakteri banyak disebabkan karena penggunaan yang berlebihan ataupun penggunaan yang salah.
Pada beberapa negara, termasuk Indonesia, antibakteri dapat dibeli bebas tanpa menggunakan resep dokter. Sering kali, pasien menggunakan antibakteri untuk sakit flu yang disebabkan oleh virus. Penghentian antibakteri terlalu dini juga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibakteri tersebut. Akibat dari resistensi ini yaitu penggunaan antibakteri yang semakin canggih diperlukan untuk melawan bakteri (semakin mahal) dan penyakit yang terjadi akan semakin parah karena sulit untuk diobati. Sementara untuk membuat jenis antibakteri yang baru diperlukan waktu yang lama (sekitar 10 tahun) dengan dana yang besar. Bila resistensi terus menyebar, maka kita akan kembali ke zaman dimana antibakteri belum ditemukan.
Resistensi bakteri dapat dicegah melalui beberapa hal:
Mencuci tangan dengan sabun dan air dapat membantu mencegah terkena penyakit sehingga mengurangi penggunaan antibakteri. Memasak sampai matang juga membantu mencegah terkena penyakit.
Pemakaian ataupun penghentian antibakteri tidak boleh dilakukan sendiri. Hanya melalui konsultasi dan anjuran dokter.