Pruritus aquagenik adalah penyakit gatal pada kulit setelah kontak dengan air atau udara lembab. Nama penyakit ini berasal dari bahasa Latin, Aquagenic yang artiya air dan Pruritus yang artinya gatal.
Penyebab pasti pruritus aquagenik tidak diketahui. Tetapi penyakit ini tampaknya berhubungan dengan penyakit Polisitemia vera, yaitu penyakit dimana darah sangat kental karena mengandung sel darah merah berlebihan.
Pruritus aquagenik banyak menyerang orang dewasa umur pertengahan. Tidak ada perbedaan jumlah kasus baik pada pria maupun wanita. Demikian pula dengan ras, hampir semua ras bisa terkena penyakit ini.
Rasa gatal pruritus aquagenik dapat dicetuskan oleh berbagai macam keadaan, misalnya mandi, kehujanan, terpercik air, bahkan ada yang hanya karena berkeringat atau terhembus udara lembab.
Gejala utama pruritus aquagenik adalah gatal kulit hebat seperti ditusuk-tusuk setelah tersentuh air atau terpapar udara lembab. Anehnya, rasa gatal ini tidak disertai kelainan kulit yang kasat mata. Kulit tampak seperti layaknya kulit normal. Itulah sebabnya, banyak orang meragukan keluhan penderita pruritus aquagenik. Mereka malah menyangka penderita pruritus aquagenik mengalami gangguan jiwa.
Gatal biasanya langsung timbul atau ada jeda beberapa menit setelah kontak dengan air. Gatal akan terus terasa satu atau beberapa jam kemudian, tergantung tingkat keparahan penyakit.
Pada beberapa orang, gatal dapat tiba-tiba muncul karena adanya perubahan suhu yang mendadak, misalnya saat memasuki ruang pendingin atau ruang pembeku, yang udaranya lembab. Selain itu, gatal yang timbul setelah terkena air hujan cenderung lebih berat dibandingkan setelah kontak dengan air keran.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan secara tuntas penyakit pruritus aquagenik. Pengobatan hanya ditujukan untuk mengurangi gatal yang timbul.
Saat gatal mulai menyerang, pada bagian tubuh yang gatal tersebut dapat diolesi dengan krim mengandung capsaicin. Krim lain yang dapat digunakan adalah krim antihistamin. Selain bentuk krim, tablet antihistamin seperti loratadin, doksepin, atau simetidin juga dapat mengurangi gatal. Walaupun demikian, pada beberapa orang obat-obat ini tidak memberikan efek yang berarti.
Pengobatan lain adalah dengan terapi sinar menggunakan sinar ultraviolet tipe B (UV B). Terapi ini tidak boleh berlebihan karena sinar UV dapat mencetuskan timbulnya kanker kulit.
Cara terbaik menghadapi pruritus aquagenik adalah dengan menghindari paparan air atau udara lembab. Jika harus terpapar, maka waktu kontak harus dipersingkat. Contohnya, mandi lebih cepat dan langsung mengeringkan badan setelahnya dengan handuk. Selain itu, untuk mengurangi paparan keringat, penderita pruritus aquagenik sebaiknya menggunakan baju terbuat dari katun yang dapat menyerap keringat dengan baik.