Daftar isi
Tubuh dapat menghasilkan zat antar saraf yang dapat memberikan rasa nyaman, yang mempunyai struktur kimia yang sama dengan opioid serta berikatan dengan reseptor yang sama dengan reseptor opioid. Zat “kenikmatan” tersebut ada empat jenis: enkefalin, dinorfin, endorfin, dan yang terbaru ditemukan yaitu endomorfin.
Endorfin dihasilkan di kelenjar pituitari dan hipotalamus didi otak. Endorfin dapat dilepaskan paling utama karena adanya rangsang nyeri dan stres pada tubuh. Endorfin memiliki kemampuan yang sama dengan opiat dalam menekan rasa sakit dan memberikan rasa “nikmat” atau senang pada tubuh seseorang. Selain itu, endorfin juga dapat dilepaskan saat berolahraga, tertawa, mendengarkan musik, mengkonsumsi makanan pedas, coklat, dan orgasme saat berhubungan seksual.
Tubuh manusia memiliki suatu mekanisme pertahanan dalam tubuh supaya ketika menghadapi suatu stres tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi tubuh atau justru menekan rasa sakit tersebut pada tubuh. Endorfin dahulu dikenal sebagai natural painkiller. Ketika seseorang terluka, impuls rasa nyeri menjalar dari sumsum tulang belakang ke otak. Di otak, endorfin dapat memblok dan menekan rasa nyeri dengan tujuan supaya saat tubuh merasakan nyeri, orang tersebut tetap dapat fokus dan tidak membiarkan persepsi nyeri tersebut menimbulkan rasa panik dan stres pada tubuh. Endorfin merupakan suatu zat dalam tubuh yang berfungsi dalam regulasi stres, menekan rasa nyeri, meningkatkan imunitas tubuh, menghambat proses penuaan, mengontrol nafsu makan, menurunkan tekanan darah, memberikan reward system (memberikan rasa senang) di otak dan mood.
Kelainan yang terjadi pada kadar endorfin dapat menyebabkan gangguan kepribadian terutama dalam regulasi mood. Kelainan yang dapat disebabkan karena kekurangan endorfin adalah depresi, nyeri yang terjadi secara kornis namun tidak diketahui penyebabnya, dan ambang rangsang yang rendah terhadap rangsang nyeri. Gejala-gejala yang muncul pun sama pada orang dengan gangguan depresi, yaitu perasaan murung sepanjang hari, gangguan tidur, tidak nafsu makan, adanya perasaan tidak berguna, atau adanya ide-ide untuk mengakhiri hidup. Namun, ada pula gangguan yang diduga disebabkan karena kadar endorfin yang terlalu tinggi dalam tubuh. Sebagai contoh pada autisme, masih diduga terjadi kekurangan enzim yang dapat memetabolisme endorfin dalam tubuh, sehingga kadar endorfin selalu dalam keadaan yang tinggi dalam tubuh.