Spastisitas merupakan kekakuan abnormal atau kontraksi tidak disengaja dari otot-otot tubuh yang bergantung pada kecepatan gerakan. Hal ini harus dibedakan dengan kondisi-kondisi sebagai berikut :
Terdapat beberapa keuntungan dari kondisi spastis seperti meningkatnya sirkulasi darah dan mencegah trombosis vena dalam dan bengkak, dapat mengurangi risiko osteoporosis, dan sebagai pengganti tenaga yang membantu dalam berdiri, berjalan, atau menggenggam.
Akan tetapi, kerugian yang ditimbulkan oleh kondisi ini lebih banyak, yaitu: perubahan bentuk yang dapat menyebabkan dislokasi, kontraktur, dan skoliosis ; gangguan dalam aktivitas sehari-hari (memakai baju, mandi) ; gangguan dalam mobilitas (sulit berjalan, duduk) ; nyeri ; berat badan yang sulit naik karena penggunaan kalori yang berlebihan ; gangguan tidur ; depresi akibat ketergantungan terhadap orang lain. Spastisitas tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, atau grup usia.
Spastisitas dapat bertambah buruk atau membaik, muncul bergantung pada awal terjadinya cedera atau sesuai onset penyakit. Otot-otot yang terkena dapat menunjukkan klonus yang spontan atau terprovokasi, termasuk adanya peningkatan pada refleks tendon dalam. Kondisi ini dapat terjadi pada otot manapun, tetapi terdapat otot-otot yang secara khusus terkena sesuai dengan cedera yang dialami.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma seperti trauma medula spinalis, cedera otak, stroke, multipel sklerosis, cedera saraf perifer.
Tujuan dari pengobatan spastisitas adalah meningkatkan fungsi terkait kehidupan sehari-hari, mobilitas, dan kemandirian ; mencegah terjadinya perubahan postur tubuh yang memerlukan tindakan operasi ; mengurangi nyeri ; memanjangkan otot yang memendek dan menguatkan otot.
Beberapa hal mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Hal itu seperti lama, berat, lokasi dari spastisitas ; keberhasilan terapi sebelumnya ; status fungsional sekarang ; penyakit yang mendasari ; tersedianya caregivers dan pengobatan berkelanjutan.
Terdapat berbagai macam pengobatan mulai dari konservatif sampai yang agresif (operasi). Tatalaksana terhadap spastisitas tidak perlu dilakukan secara bertahap. Intervensi yang dapat dilakukan bervariasi mulai dari terapi fisik, terapi okupasi, biofeedback, kursi roda, obat-obatan seperti baclofen dan dantrolene, obat suntik seperti toksin botulinum, sampai operasi.