Pre-diabetes adalah istilah yang digunakan pada orang dengan kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk memenuhi kriteria diagnosis diabetes. Orang dengan pre-diabetes memiliki risiko lebih tinggi menderita diabetes dan gangguan jantung. Pre-diabetes dikelompokan menjadi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Berikut adalah batasan kadar glukosa darah untuk masing – masing diagnosis menurut World Health Organization (WHO):
Tidak ada gejala yang khas untuk pre-diabetes dan sebagian besar tidak menimbulkan gejala. Sebagian orang dengan pre-diabetes dapat mengalam beberapa gejala diabetes, seperti: penurunan berat badan tanpa sebab atau peningkatan berat badan, peningkatan nafsu makan, sering buang air kecil, kelelahan, padangan buram, luka yang sulit sembuh, kesemutan, infeksi berulang (infeksi kulit, kelamin, atau saluran kencing).
Penderita pre-diabetes tidak dapat memproses glukosa dengan baik sehingga terjadi penumpukan glukosa di darah dan tidak dapat disalurkan ke jaringan seperti seharusnya. Penyebab pasti pre-diabetes tidak diketahui. Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang menderita pre-diabetes, antara lain: obesitas, kurang aktivitas fisik, usia, riwayat keluarga, kurang tidur, riwayat diabetes pada kehamilan, dan sindrom ovarium polikistik.
Tidak semua penderita pre-diabetes akan menderita diabetes di kemudian hari. Tidak ada pengobatan khusus untuk penderita pre-diabetes, namun hal yang paling penting adalah tindakan pencegahan diabetes. Diabetes dapat dicegah dengan modifikasi gaya hidup. Penderita disarankan berolahraga secara teratur (minimal 30 menit per hari), menurunakan berat badan sebesar 5 – 7%, mengurangi konsumsi gula dan karbohidrat berlebih. Tanpa tindakan pencegahan, pre-diabetes dapat berkembang menjadi diabetes dalam waktu kurang dari 10 tahun.