Kolestasis berasal dari bahasa Yunani, KOLE artinya empedu dan STASIS artinya tetap di tempat. Secara definisi, kolestasis diartikan sebagai kondisi dimana aliran empedu terhambat.
Dalam keadaan normal, cairan empedu yang dihasilkan oleh sel hati akan dialirkan masuk ke dalam kantong empedu. Di dalam kantong ini cairan empedu ditampung untuk sementara waktu. Jika ada makanan di dalam usus, kantong empedu akan memompa cairan empedu yang ada di dalamnya. Cairan kemudian akan mengalir lewat saluran empedu dan masuk ke dalam usus halus.
Di usus halus, cairan empedu membantu pencernaan lemak. Selain itu, cairan empedu juga berfungsi memberi warna pada tinja sehingga tampak kekuningan atau kecoklatan.
Kolestasis terjadi jika aliran cairan empedu mengalami hambatan di titik mana saja, mulai dari tempat produksi di hati sampai ketika akan masuk ke usus halus.
Ada banyak kondisi yang bisa menjadi penyebab hambatan aliran cairan empedu, antara lain adalah:
1. Penyakit hati, contohnya hepatitis, sirosis, atau kanker hati.
2. Penyakit lain seperti penyempitan saluran empedu (atresia biliaris), batu empedu, kanker saluran empedu, kanker pankreas, peradangan pankreas (pankreatitis), dan lain-lain.
Terhambatnya aliran empedu akan menyebabkan cairan empedu, yang terdiri dari terdiri dari garam empedu, pigmen empedu (bilirubin) serta lemak, menumpuk dalam darah. Akibatnya timbul berbagai macam gejala.
Kadar pigmen empedu (bilirubin) yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan gejala kuning pada kulit atau mata. Selain itu, pigmen tersebut akan membuat warna urin menjadi seperti teh pekat dan membuat kulit gatal-gatal.
Di lain pihak, karena cairan empedu tidak masuk ke usus, maka warna tinja menjadi lebih pucat dan tinja banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatorrhea ditandai dengan bau tinja yang sangat busuk. Penyerapan vitamin D dan kalsium ikut terganggu. Akibatnya tulang menjadi rapuh. Gangguan penyerapan vitamin K dapat menyebabkan kecenderungan perdarahan.
Selain gejala utama di atas, seringkali ditemukan gejala penyerta seperti mual, muntah, hilang napsu makan, nyeri perut, dan demam.
Pengobatan utama kolestasis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika karena batu empedu, maka batu tersebut diangkat melalui operasi. Jika karena saluran sempit atau buntu, dilakukan pembukaan saluran, juga dengan operasi. Jika karena obat-obatan tertentu, maka penggunaan obat-obatan tersebut harus dihentikan. Jika karena hati mengalami kerusakan hebat sehingga tidak berfungsi lagi, dapat dipertimbangkan operasi pencangkokan hati. Keberhasilan pengobatan tergantung pada sulit tidaknya penyebab kolestasis diobati atau diatasi.
Pengobatan pendukung kolestasis antara lain adalah pemberian kolestiramin. Obat ini berfungsi untuk mengurangi rasa gatal. Kadang-kadang diberikan juga suplemen vitamin D, K, atau kalsium. Selain itu, untuk mengurangi lemak di dalam usus, penderita tidak boleh mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak.
Kolestasis berasal dari bahasa Yunani, KOLE artinya empedu dan STASIS artinya tetap di tempat. Secara definisi, kolestasis diartikan sebagai kondisi di mana aliran empedu terhambat.
Dalam keadaan normal, cairan empedu yang dihasilkan oleh sel hati akan dialirkan masuk ke dalam kantong empedu. Di dalam kantong ini cairan empedu ditampung untuk sementara waktu. Jika ada makanan di dalam usus, kantong empedu akan memompa cairan empedu yang ada di dalamnya. Cairan kemudian akan mengalir lewat saluran empedu dan masuk ke dalam usus halus. Di usus halus, cairan empedu membantu pencernaan lemak. Selain itu, cairan empedu juga berfungsi memberi warna pada tinja sehingga tampak kekuningan atau kecoklatan.
Kolestasis terjadi jika aliran cairan empedu mengalami hambatan di titik mana saja, mulai dari tempat produksi di hati sampai ketika akan masuk ke usus halus.Ada banyak kondisi yang bisa menjadi penyebab hambatan aliran cairan empedu, antara lain adalah:
Penyakit hati, contohnya hepatitis, sirosis, atau kanker hati;
Penyakit lain seperti penyempitan saluran empedu (atresia biliaris), batu empedu, kanker saluran empedu, kanker pankreas, peradangan pankreas (pankreatitis), dan lain-lain;
Terhambatnya aliran empedu akan menyebabkan cairan empedu, yang terdiri dari terdiri dari garam empedu, pigmen empedu (bilirubin) serta lemak, menumpuk dalam darah. Akibatnya timbul berbagai macam gejala.Kadar pigmen empedu (bilirubin) yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan gejala kuning pada kulit atau mata. Selain itu, pigmen tersebut akan membuat warna urin menjadi seperti teh pekat dan membuat kulit gatal-gatal.
Di lain pihak, karena cairan empedu tidak masuk ke usus, maka warna tinja menjadi lebih pucat dan tinja banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatorrhea ditandai dengan bau tinja yang sangat busuk. Penyerapan vitamin D dan kalsium ikut terganggu. Akibatnya tulang menjadi rapuh. Gangguan penyerapan vitamin K dapat menyebabkan kecenderungan perdarahan. Selain gejala utama di atas, seringkali ditemukan gejala penyerta seperti mual, muntah, hilang napsu makan, nyeri perut, dan demam.
Pengobatan utama kolestasis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika karena batu empedu, maka batu tersebut diangkat melalui operasi. Jika karena saluran sempit atau buntu, dilakukan pembukaan saluran, juga dengan operasi. Jika karena obat-obatan tertentu, maka penggunaan obat-obatan tersebut harus dihentikan. Jika karena hati mengalami kerusakan hebat sehingga tidak berfungsi lagi, dapat dipertimbangkan operasi pencangkokan hati. Keberhasilan pengobatan tergantung pada sulit tidaknya penyebab kolestasis diobati atau diatasi.
Pengobatan pendukung kolestasis antara lain adalah pemberian kolestiramin. Obat ini berfungsi untuk mengurangi rasa gatal. Kadang-kadang diberikan juga suplemen vitamin D, K, atau kalsium. Selain itu, untuk mengurangi lemak di dalam usus, penderita tidak boleh mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak.