Daftar isi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur sering disebut mikosis dan biasanya perjalanan penyakit ini memerlukan waktu yang lama (kronik). Beberapa infeksi mikotik hanya pada lapisan atas kulit saja, tetapi beberapa infeksi dapat mengenai bagian kulit yang lebih dalam. Obat antifungal berguna untuk membasmi jamur karena antibiotik tidak dapat memberikan efek pada jamur. Hal ini diakibatkan berbedanya dinding sel jamur dan bakteri.
Terdapat beberapa macam jenis obat antifungal, masing – masing memiliki indikasi dan kontraindikasi serta efek samping. Obat antifungal ada yang bekerja secara sistemik (luas) yang diperuntukkan pada infeksi yang luas dan ada yang bekerja secara lokal atau yang penggunaannya secara oles.
Amphotericin B biasa digunakan untuk mengobati infeksi jamur yang serius dan luas pada pasien dengan sistem pertahanan tubuh yang menurun. Obat ini juga merupakan obat pilihan pasien dengan jumlah neutrofil rendah yang terinfeksi dengan Candida albicans.
Nistatin biasa digunakan untuk mengobati kandidiasis mulut, kandidiasis pada esofagus, dan vaginitis.
Golongan azole (ketokonazole, itrakonazole, dll) efektif untuk mengatasi infeksi jamur yang diakibatkan oleh C. albicans, C tropicalis, C neoformans, Histoplasma capsulatum, Aspergillus spp, Fusarium, dsb.
Caspofungin merupakan obat yang dihasilkan dari fermentasi produk yang disebut pneumocandin Bo. Obat ini digunakan pada pasien dengan infeksi aspergillus yang berat yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan amphotericin B. Selain itu, caspofungin juga digunakan sebagai terapi kandidiasis pada esofagus.
Griseofulvin digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada rambut. Selain itu, obat ini juga efektif untuk infeksi jamur pada kaki dan kuku. Obat ini tidak efektif untuk mengobati infeksi jamur yang lebih dalam.
Obat antifungal topikal (oles) berguna untuk infeksi jamur pada lapisan kulit atas atau pada kornea termasuk didalamnya kandidiasis, panu, keratitis jamur. Penggunaan secara oles tidak akan berhasil pada infeksi yang mengenai kuku dan rambut, serta tidak tepat penggunaannya jika infeksi jamur melibatkan bagian kulit yang lebih dalam. Obat golongan azole (clotrimazole, miconazole, ketokonazole, dsb) memiliki sediaan topikal.
Amphotericin B memiliki efek samping seperti demam, peningkatan frekuensi napas yang biasanya terjadi segera setelah masuknya obat. Hal ini bukan merupakan reaksi alergi yang merupakan efek samping yang sangat jarang terjadi. Obat ini juga memiliki efek racun terhadap ginjal jika dipakai dalam jangka waktu lama. Hal ini merupakan efek samping yang paling sering dan paling serius. Anemia juga merupakan efek samping yang umum terjadi.
Obat golongan azole memiliki interaksi dengan banyak obat lain. Interaksi ini dapat menyebabkan toksisitas yang serius dari obat yang diberikan bersamaan dengan golongan azole seperti aritmia jantung, dan juga dapat menurunkan konsentrasi obat antifungal ini dibawah kadar pengobatan. Pada kasus jarang, dapat menyebabkan gagal hati dan kematian. Efek samping lain yang dapat terjadi adalah mual, muntah, kemerahan pada kulit.
Caspofungin merupakan obat yang dapat ditoleransi oleh sebagian besar pasien, kecuali radang pada pembuluh darah vena tempat obat ini disuntikkan. Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, diare.
Sakit kepala, gejala saluran cerna (mual, muntah, diare), kemerahan pada kulit merupakan efek samping yang sering terjadi pada penggunaan griseofulvin. Efek samping yang lebih serius meliputi gangguan hati, angioedema, efek pada darah seperti jumlah sel darah putih yang berkurang.
Efek samping yang mungkin terjadi dari penggunaan obat antifungal secara topikal (oles) adalah kemerahan, bengkak, terkelupasnya kulit, dan gatal.
Amphotericin B secara umum diberikan dengan dosis 0,5 – 0,6 mg/kg yang diberikan dalam infus glukosa 5% dalam waktu 4 jam. Itrakonazole diberikan dalam dosis 200 mg, 3 kali per hari untuk mengatasi infeksi jamur pada lapisan kulit yang lebih dalam. Selanjutnya, 2 kapsul 100 mg diberikan 2 kali per hari bersamaan dengan makan.
Capsofungin diberikan secara suntikan ke pembuluh darah vena sekali sehari dalam waktu 1 jam. Dosis awal 70 mg, dilanjutkan dengan 50 mg per hari. Griseofulvin diberikan dengan dosis 5 – 15 mg/kg/hari untuk anak dan 0,5 – 1 g/hari untuk dewasa.
Obat antifungal topikal diberikan secara oles, dan lama penggunaan bergantung pada masing – masing penyakit bervariasi dari hari – beberapa minggu.