Obat antikolinergik adalah obat yang mempengaruhi fungsi persarafan. Di dalam tubuh manusia terdiri dari beribu-ribu sel saraf. Sel saraf satu dengan yang lainnya berkomunikasi melalui zat yang disebut sebagai neurotransmitter. Terdapat berbagai jenis neurotransmitter tergantung pada jenis sel sarafnya. Salah satu neurotransmitter utama di tubuh kita adalah asetilkolin.
Asetilkolin bekerja pada saraf parasimpatis, yakni saraf yang memiliki efek relaksasi tubuh dan melemaskan otot. Saraf parasimpatis banyak ditemukan pada otot-otot saluran pencernaan, saluran kencing, paru-paru. Saraf simpatis tersebut saling berkomunikasi melalui asetilkolin. Obat antikolinergik bekerja menghambat asetilkolin tersebut sehingga akan menurunkan fungsi saraf parasimpatis.
Contoh obat antikolinergik ialah atropine, benzatropin, ipratopium, dimenhidramin, diphenhidramin, oksibutin, dan lain-lain.
Berbagai kegunaan dari obat antikolinergik antara lain:
Efek samping dari obat antikolinergik antara lain:
Bila terjadi efek samping tersebut, penderita dapat diberikan obat penawar yakni phisotigmin.
Dosis obat antikolinergik berbeda-beda tergantung pada jenis obat yang digunakan dan jenis penyakit yang diobati. Sebagai contoh, dosis atropine untuk mengobati kelaianan saluran cerna ialah 3 kali 0,4 mg. Ipratropium tersedia dalam bentuk cairan untuk terapi uap pada penderita asma. Dosis ipratropium ialah 500 mikrogram diulang setiap 20 menin selama tiga kali. Diphenhidramin untuk insomnia (sulit tidur) dosisnya ialah 50 mg diminum 30 menit sebelum tidur.