Antispasmodik adalah golongan obat untuk spasm otot. Spasm adalah kontraksi, tegang otot yang terjadi secara tiba-tiba dan tanpa sadar. Spasm otot sering disebut orang awam sebagai kram otot. Semua otot tubuh, baik otot anggota gerak maupun otot di dalam organ tubuh (otot usus, otot rahim, otot pembuluh darah) dapat mengalami spasm. Penderita akan merasa sangat nyeri. Spasm biasanya berlangsung dalam hitungan menit dan akan menghilang sendiri, tetapi dapat juga berlangsung lebih lama. Spasm yang terjadi amat sering atau berlangsung lama memerlukan obat antispasmodik.
Contoh obat antispasmodik ialah phenobarbital dan belladona alkaloid (atropin, skopolamin). Sebagian besar obat antispasmodik bekerja pasa sistem saraf sehingga efek samping yang muncul juga banyak. Namun efek positifnya juga banyak. Obat antispasmodik juga dapat diberikan untuk kondisi ulkus duodenum (luka pada usus dua belas jari) dan peradangan usus halus.
Antispasmodik tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat alergi terhadap obat-obat spasmodik sebelumnya. Selain itu penggunaan antispasmodik juga perlu diawasi pada penderita dengan kondisi berikut:
Efek samping yang cukup sering ditemukan pada pemakaian obat antispasmodik ialah:
Efek samping lainnya yang lebih jarang terjadi tetapi pernah dilaporkan adalah:
Dosis pengobatan tergantung pada jenis obat dan kondisi penyakit yang diatasi. Phenobarbital, salah satu antispasmodik yang sering digunakan, diberikan dengan dosis 1-2 tablet 3-4 kali sehari untuk mengatasi luka usus dua belas jari, peradangan usus, dan gangguan spasm pada otot usus. Untuk anak-anak tersedia obat dalam bentuk sirup. Dosis pada anak-anak disesuaikan dengan berat badannya. Anak dengan berat 4,5-9 kg diberikan 0,5 ml sirup 3 kali sehari. Anak dengan berat 9-13,5 diberikan dengan dosis 1 ml sirup 3 kali sehari.