Sfingter merupakan kumpulan serabut otot yang berbentuk seperti cincin yang bekerja untuk menutup jalur atau pembukaan alamiah pada tubuh. Otot sfingter merupakan jenis otot involunter (tidak dapat diatur secara sadar). Sfingter dapat membuka dan menutup sesuai keperluan. Sfingter mempunyai tonus otot sehingga sfingter menutup pada saat istirahat. Saat diperlukan, otot sfingter dapat melemas (relaksasi) sehingga sfingter terbuka. Sfingter dapat ditemui di berbagai organ tubuh, yaitu:
Penyakit pada sfingter dapat berupa peningkatan atau penurunan tonus otot sfingter. Penurunan tonus otot sfingter menyebabkan gangguan pada fungsi penutupan sfingter sehingga materi yang seharusnya tertahan oleh sfingter mengalir ke luar tanpa disadari. Penyakit penurunan tonus sfingter misalnya inkontinensia alvi (penurunan tonus sfingter anus), inkontinensia urin (penurunan tonus sfingter uretra), dan gastroesophageal reflux disease / GERD (penurunan tonus sfingter esofagus). Pada inkontinesia alvi dan urin, feses dan urin dapat keluar spontan tanpa dapat dikontrol. Pada GERD, asam lambung dapat naik ke kerongkongan sampai mulut dan menyebabkan gejala panas pada dada atau kerongkongan.
Penyakit peningkatan tonus sfingter misalnya akalasia (peningkatan tonus sfingter esofagus) dan spasme Oddi (peningkatan sfingter tempat keluarnya cairan empedu ke usus dua belas jari). Pada akalasia, sfingter esofagus tidak dapat terbuka ketika makanan ditelan sehingga penderita mengeluh tidak nyaman pada kerongkongan atau dada. Spasme Oddi menyebabkan tidak dapat keluarnya cairan empedu dan pankreas yang dapat menyebabkan perasaan nyeri kolik pada pasien. Jika kondisi ini terus berlanjut, dapat ditemui kelainan fungsi hati, bahkan sampai jaundice / perubahan warna menjadi kuning pada mata dan kulit, dan juga dapat terjadi radang pada pankreas.
Proteksi dari sfingter tergantung pada letaknya dan juga kelainan yang terjadi.