Siklus menstruasi normal merupakan siklus yang terkoordinasi secara ketat yang terdiri dari efek stimulasi dan inhibisi yang berujung pada pelepasan satu sel telur matang dari kumpulan ratusan atau ribuan calon sel telur matang. Banyak faktor yang berkontribusi dalam pengaturan proses ini termasuk hormon dan faktor parakrin dan autokrin yang masih dipelajari.
Secara umum, siklus menstruasi normal dapat dilihat dari 2 bagian : siklus ovarium dan siklus uterus (rahim). Siklus ovarium dapat dibagi lebih lanjut menjadi fase folikuler dan fase luteal, sedangkan siklus uterus dapat dibagi menjadi fase proliferatif dan sekretorik.
Hari pertama terjadinya haid disebut sebagai hari pertama dari siklus menstruasi. Siklus menstruasi normal berkisar antara 21 – 35 hari, dengan 2 – 6 hari perdarahan dan rata – rata kehilangan darah berkisar antara 20 – 60 mL. Pada siklus menstruasi 28 hari, pelepasan telur terjadi pada hari ke 14.
Pada fase folikuler, terjadi umpan balik hormonal yang menyebabkan terjadinya pembentukan satu folikel (unit dasar reproduksi wanita yang terdiri dari sel – sel yang nantinya akan menjadi sel telur) yang akan matang pada tengah siklus menstruasi dan siap untuk dilepaskan. Rata – rata lama fase folikuler adalah 10 – 14 hari, dan variabilitas dari fase folikuler ini yang mempengaruhi perbedaan lama siklus menstruasi masing – masing wanita.
Fase luteal, dimana terjadi pelepasan sel telur matang dari ovarium, memiliki waktu yang lebih tetap yaitu sekitar 14 hari.
Pada fase proliferatif terjadi pertumbuhan dari kelenjar dan jaringan ikat pada uterus (respon terhadap hormon estrogen) sebagai persiapan perlekatan sel telur yang telah dibuahi. Pada awal fase ini, endometrium (lapisan dalam dinding rahim) sangat tipis (1 – 2 mm).
Fase sekretorik ditandai dengan perubahan pada kelenjar endometrium dimana terdapat produk kaya protein pada bagian dalam kelenjar.
Jika tidak ada perlekatan sel telur matang yang telah dibuahi, sekresi kelenjar berhenti, dan terdapat peluruhan dari kelenjar – kelenjar dari endometrium yang disebut dengan menstruasi.
Pola abnormal dari siklus menstruasi dapat ditandai dengan kelainan volume darah yang keluar atau frekuensi menstruasi. Hipermenorrhea ditandai dengan volume darah yang berlebihan saat menstruasi. Hipomenorrhea ditandai dengan volume darah yang sedikit saat menstruasi. Polimenorrhea ditandai dengan perdarahan menstruasi yang sering, terjadi dalam waktu kurang dari 21 hari. Oligomenorrhea ditandai dengan siklus menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari. Menometorrhagia ditandai dengan perdarahan yang tidak teratur dalam frekuensi dan volume.
Terdapat pula kelainan yang disebut sebagai perdarahan uterus disfungsional yang memiliki arti perdarahan vagina yang tidak berhubungan dengan kelainan pada endometrium. Terbanyak banyak hal yang dapat menyebabkan hal ini seperti : kelainan endokrin, kelainan organik atau fungsional.
Kelainan lain yang berhubungan dengan siklus menstruasi seperti amenorrhea (tidak menstruasi), post-menopausal vaginal bleeding.
Siklus menstruasi berhubungan dengan hormon. Untuk menjaga siklus menstruasi tetap teratur, diperlukan kadar hormon yang baik. Proteksi siklus menstruasi salah satunya tidak mengkonsumsi obat – obatan yang mengandung hormon. Akantetapi, jika kelainan – kelainan diatas terjadi, salah satu pengobatannya adalah menggunakan hormon. Terapi khusus tetap sesuai dengan kelainan yang terjadi.