Histamin (2-[4-imidazolyl]ethylamine) pertama kali ditemukan pada tahun 1910 oleh Dale dan Laidlaw dan diidentifikasi sebagai perantara reaksi anafilaktik pada tahun 1932. Histamin merupakan protein penting yang ikut serta dalam banyak reaksi alergi.
Senyawa ini disintesis di sel mast, basofil, trombosit, neuron histaminergik, dan sel enterokromafin, di mana disimpan di dalam bentuk vesikel di dalam sel yang dilepaskan jika ada stimulasi. Stimulasi dapat berupa alergen spesifik, stimulus non-imunologi lain (seperti : neuropeptida, faktor komplemen), sitokin, hiperosmolaritas, lipoprotein, adenosine, superoksidase, hipoksia, faktor kimia dan fisik (seperti : trauma, temperatur ekstrem), alkohol, atau beberapa makanan dan minuman.
Pada kadar normal, histamin merupakan neurotransmiter yang diproduksi tubuh pada keadaan reaksi alergi, di mana gejala yang paling nyata adalah adanya iritasi pada kulit, hidung, tenggorokan, dan paru – paru (gatal, kemerahan, bengkak, batuk) sebagai respon dari berbagai macam alergen ; gigitan serangga ; bahan – bahan oles yang menimbulkan iritasi ; debu ; dan makanan. Reaksi ini merupakan bagian dari respon inflamasi (radang), yang merupakan bagian penting dari respon sistem kekebalan tubuh. Fungsi lain dari histamin adalah mengatur fungsi normal dari saluran pencernaan dengan mengatur sekresi asam lambung, membantu untuk meregulasi tidur, dan respon seksual.
Kelainan yang terjadi dapat diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara senyawa yang terakumulasi dan senyawa yang terdegradasi. Diamine oxidase (DAO) merupakan enzim utama yang berfungsi untuk mendegradasi histamin. Konsumsi makanan yang kaya akan histamin atau alkohol atau obat – obatan yang memicu pelepasan histamin atau memblokade DAO dapat menyebabkan kelebihan kadar histamin. Hal tersebut menyebabkan berbagai macam gejala menyerupai reaksi alergi. Gejala tersebut antara lain diare, sakit kepala, gejala yang berhubungan dengan hidung dan mata, asma, tekanan darah rendah, aritmia, urtikaria, pruritus, kemerahan, dll. Gejala – gejala ini dapat menetap dalam hitungan jam sampai 1 hari. Pada kasus tertentu dapat sampai beberapa hari. Akantetapi, karena banyak faktor lain yang mempengaruhi gejala – gejala yang ditimbulkan, intoleransi seseorang terhadap histamin seringkali tidak dipikirkan.