Daftar isi
Kusta termasuk salah satu penyakit tertua di dunia. Kata kusta berasal dari bahasa India 'kustha', yang dikenal 1400 sebelum masehi sebagai penyakit menular tidak fatal yang mengenai kulit, sistem saraf tepi, saluran pernapasan bagian atas, mata, dan buah zakar. Kusta dikenal juga sebagai lepra, yang disebut dalam Alkitab berasal dari bahasa Hebrew, 'zaraath', yang sebetulnya mencakup berbagai penyakit kulit lainnya. Nama lain untuk penyakit ini adalah penyakit Hansen, yang merupakan nama penemu bakteri penyebab kusta (Mycobaterium leprae): G.A. Hansen.
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat, artinya: bakteri tersebut harus berada di dalam sel makhluk hidup untuk dapat berkembang biak.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kusta dengan peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil, dengan jumlah penderita terbanyak di Jawa Timur, Papua, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan luka bergaung yang sukar sembuh, perubahan bentuk anggota gerak dan wajah, dan kerusakan saraf dan otot.
Waktu yang diperlukan dari bakteri masuk ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala penyakit bervariasi antara 2 sampai 40 tahun, umumnya 5 sampai 7 tahun.
Gejala umum yang dapat timbul pada kusta adalah :
Gejala pada kusta berbeda-beda tergantung tipe dari gambaran mikroskopik jaringan dan faktor kekebalan tubuh. Tipe-tipe kusta berdasarkan gejala, jumlah bakteri yang ditemukan, gambaran kelainan jaringan secara mikroskopik,d an faktor kekebalan tubuh adalah Tuberculoid Leprosy, Borderline Leprosy, dan Lepromatous Leprosy.
Pada Tuberculoid Leprosy, kelainan kulit yang tampak berupa bercak kurang berpigmen yang batasnya jelas dan mati rasa pada area bercak tersebut. Sekitar bercak dapat ditemukan batas-batas bercak yang menimbul dan berwarna kemerahan. Penderita Tuberculoid Leprosy dapat mengalami pembesaran pada satu atau beberapa saraf tepi, di mana yang paling sering adalah saraf yang terdapat pada lengan, pada bagian belakang telinga, pada tungkai, dan berhubungan dengan gejala mati rasa serta kelainan otot. Kepadatan bakteri yang ditemukan di kulit dalam skala logaritma adalah 0 sampai 1+.
Pada Lepromatous Leprosy, kelainan kulit yang tampak berupa benjolan-benjolan kecil yang distribusinya simetris, bercak yang menimbul atau kelainan kulit luas misalnya pada wajah. Manifestasi lanjut dapat tampak pada hilangnya alis mata yang dimulai dari bagian pinggir sebelah luar, hilangnya bulu mata, kulit menjadi kering, dan pecah-pecah pada kaki. Bakteri banyak ditemukan pada darah dan semua sistem organ kecuali paru-paru dan sistem saraf pusat. Walaupun demikian, pasien tidak demam dan tidak tampak kerusakan dari sistem organ yang terkena. Kepadatan bakteri yang ditemukan di kulit dalam skala logaritma adalah 4 sampai 6+.
Borderline Leprosy adalah bentuk peralihan dari Tuberculoid Leprosy dan Lepromatous Leprosy. Kelainan kulit yang ditemukan adalah bercak besar dengan batas yang kurang tegas, dan hanya beberapa saja yang mempunyai batas yang tegas. Kepadatan bakteri yang ditemukan di kulit dalam skala logaritma adalah 3 sampai 5+.
Komplikasi dan gejala yang dapat timbul pada penyakit kusta lanjut adalah sebagai berikut:
Komplikasi pada anggota gerak merupakan konsekuensi dari kelainan saraf yang menyebabkan mati rasa dan kelainan otot. Pasien tidak dapat merasakan sentuhan, nyeri, dan suhu tetapi perasa posisi dan getaran masih dapat berfungsi. Saraf yang paling sering terkena pada anggota gerak adalah saraf pada lengan yang menyebabkan jari keempat dan kelima melekuk seperti cakar. Saraf lainnya di lengan bila terkena dapat mengganggu fungsi ibu jari dan fungsi menggenggam. Saraf lainnya yang juga terdapat pada lengan bila terserang dapat menyebabkan wristdrop, yaitu tangan lemas dan menekuk ke bawah tidak ada tenaga. Pada telapak kaki dapat ditemukan luka bergaung dan bernanah. Kerusakan saraf pada tungkai dapat menyebabkan footdrop dimana kaki lemas dan mengganggu fungsi berjalan. Hilangnya jari-jari terutama pada ruas buju jari paling ujung disebabkan karena hilangnya kepekaan indra perasa,trauma pada jari atau infeksi sekunder yang mekanismenya masih belum jelas dan diduga ada proses kerusakan tulang pada jari.
Pada Lepromatous Leprosy, bakteri yang menyerang selaput lendir hidung dapat menyebabkan hidung tersumbat dalam waktu lama dan kadang-kadang mimisan. Bila penyakit kusta pada pasien tersebut tidak diterapi, akan menyebabkan rusaknya tulang rawan hidung dan akhirnya menyebabkan perubahan bentuk hidung atau rusaknya indra penciuman.
Kelainan pada mata disebabkan karena kerusakan saraf kepala. Gejala yang timbul yaitu kelopak mata tidak dapat menutup sempurna dan kornea mata tidak peka terhadap rangsangan. Hal tersebut dapat menyebabkan infeksi yang bila tidak diterapi dapat menyebabkan kerusakan kornea dan kebutaan.
Bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang buah zakar dapat menyebabkan gangguan pada testis, yaitu gangguan hormonal yang menyebabkan penurunan jumlah sperma sampai tidak adanya sperma. Gangguan hormon tersebut juga dapat menyebabkan impotensi.
Pada pasien Tuberculoid Leprosy, dapat terjadi pengumpulan nanah pada saraf yang infeksinya dapat menjalar sampai ke kulit. Tampak bengkak dan sangat nyeri di daerah saraf tersebut.
Penyebab kusta adalah kuman Mycobacterium leprae, merupakan bakteri berbentuk batang yang tahan asam. Bakteri ini perlu sel inang untuk dapat berkembang biak, berukuran lebar 0,3 hingga 1 mikrometer dan panjan 1 hingga 8 mikrometer. Bakteri ditemukan pada manusia, binatang armadilo, dan pada tempat-tempat tertentu seperti pada tumbuhan sphagnum moss. Bakteri memproduksi racun yang tidak diketahui dan dapat beradaptasi untuk menembus dan hidup di dalam sel darah putih manusia yang berfungsi dalam memakan kuman dan dapat hidup di luar tubuh manusia selama berbulan-bulan.
Cara penularan belum diketahui pasti, tetapi yang paling mungkin adalah penularan dari udara pernapasan. Cara ini lebih dipercaya karena bakteri dapat hidup beberapa hari dalam droplet (butiran sekret saluran napas). Cara lain yang banyak diduga selama ini adalah kontak dari kulit ke kulit. Hal ini banyak diduga dari penelitian yang menemukan bahwa lokasi kelainan kulit pada penyakit kusta pada anak-anak paling sering ditemukan di bokong dan paha, yang diduga didapat dari kontak langsung dengan tanah yang mengandung bakteri Mycobacterium leprae. Di Texas dan Louisiana Amerika Serikat, 15% binatang armadilo terinfeksi bakteri Mycobacterium leprae dan kontak dengan binatang armadilo dapat menyebabkan kusta pada manusia.
Penularan berhubungan dengan kemiskinan, tempat tinggal di pedesaan dan kepadatan penduduk. Kebanyakan orang secara alami kebal terhadap infeksi kusta dan tidak menunjukkan gejala penyakit setelah terinfeksi. Puncak dimulainya penyakit kusta biasanya pada dekade kedua dan ketiga kehidupan. Bentuk kusta yang parah (Lepromatous Leprosy) lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan dengan wanita, dan jarang sekali ditemukan pada anak-anak. Bentuk kusta yang ditemukan di Asia Tenggara adalah 50 % Tuberculoid Leprosy dan 50 % Lepromatous Leprosy
Kusta bukan penyakit keturunan. Bakteri dapat ditemukan pada kulit, folikel rambut, air susu ibu, kelenjar keringat, dan jarang pada air kemih. Kusta dapat menyerang semua usia, meskipun memang anak-anak lebih rentan dibandingkan orang dewasa.
Kusta merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu cukup lama, yaitu 6-12 bulan. Pengobatan umumnya menggunakan multiple drug therapy (menggunakan gabungan beberapa obat).
Pencegahan kusta dapat dilakukan dengan pemberian vaksin BCG tetapi efektivitasnya bervariasi pada masing-masing individu, yaitu antara tidak efektif sampai 80% efektif. Pencegahan dengan obat dapat dilakukan dengan pemberian Dapsone, tetapi hanya efektif untuk Tuberculoid Leprosy.