Penyakit ini sering disebut diare atau mencret. Padahal mencret hanyalah salah satu dari kumpulan gejala gastroenteritis. Jika dilihat dari golongan umur dan frekuensinya, belum tentu juga semua mencret bisa disebut diare. Yang dimaksud diare menurut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) adalah kejadian buang air besar dengan bentuk tinja yang lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi lebih sering dari biasanya, selama satu hari atau lebih. Jadi, konsistensi tinja atau kotoran yang ditekankan. Penyebutan diare pada bayi menyusui akan berbeda dengan dewasa. Bayi yang memperoleh air susu ibu (ASI) eksklusif biasanya mengeluarkan tinja yang agak cair, di mana frekuensinya bisa 5 kali sehari. Hal ini juga belum bisa disebut diare.
Gastroenteritis sering disingkat dengan GE. Kasus GE masih menjadi perhatian karena sering menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak, golongan lanjut usia, serta orang yang memiliki masalah dengan daya tahan tubuh rendah. Lebih banyak kematian terjadi di negara yang sedang berkembang dengan tingkat kebersihan yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), WHO menyebutkan angka kematian karena diare di Indonesia sudah menurun, tapi angka penderitanya tetap tinggi, terutama di negara berkembang. Kasus rawat inap karena diare pun masih menempati urutan atas di setiap rumah sakit di Indonesia pada tahun 2008.
Penyakit yang melibatkan saluran cerna ini umumnya memunculkan gejala mual, muntah, buang air besar yang encer atau mencret beberapa kali/diare, kadang demam ringan atau meriang, dan yang lebih jarang yaitu kejang perut. Dari kondisi kekurangan cairan atau dehidrasinya, penderita bisa disebut termasuk diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, atau diare dehidrasi berat.
Perlu juga diketahui ada atau tidaknya darah di muntahan serta tinja. Ini menentukan tindakan perawatan dan pengobatan selanjutnya. Sebaiknya, penderita mengkonsultasikan dengan dokter bila ada keluhan mual, muntah, diare yang masih berlangsung hingga lebih dari dua hari. Waspadai juga jika keluhan bertambah parah menjadi muntah dan diare yang disertai darah, demam tinggi, dan tanda-tanda kekurangan cairan. Tanda-tanda dehidrasi lain yang mungkin ditemukan yaitu rasa pusing yang berat, kulit bibir jadi kering, urin atau kencing tampak kuning pekat, kencing atau berkemih yang jarang, bahkan hingga tidak kencing dalam waktu yang lama. Pada bayi bisa terlihat ubun-ubun cekung.
Gastroenteritis bisa disebabkan karena infeksi dan non-infeksi. Penyebab GE terbesar adalah karena infeksi. Gastroenteritis infeksi bisa disebabkan oleh organisme virus, bakteri, dan atau parasit. Tersering disebabkan oleh virus, yaitu rotavirus, yang terkait dengan diare akut.
Sedangkan penyebab non-infeksi bisa terjadi karena alergi makanan, minuman, obat-obatan, dan keracunan, misalnya pada bayi menyusui karena ibunya mengalami perubahan pola diet. Efek samping makanan, minuman, dan obat yang dikonsumsi juta turut punya andil sebagai penyebab keluhan di perut ini.
Menurut perjalanan penyakitnya, gastroenteritis dibedakan menjadi gastroenteritis akut, akut berdarah, dan persisten. Viruslah yang paling sering dikaitkan dengan kasus gastroenteritis akut. GE jenis ini disebut akut karena sifat pemunculan gejalanya yang tiba-tiba, tapi cepat membaik dalam hitungan hari hingga 2 mingguan sesuai perjalanan alamiah penyakitnya. Gastroenteritis akut berdarah sering disebut disentri. Ada keterlibatan organisme yang merusak usus dan ditemukannya darah dalam tinja. Jika gastroenteritis berlanjut hingga lebih dari 14 hari, maka disebut persisten. Seringpula terjadi pada penderita dengan status gizi buruk, mengalami masalah dengan sistem kekebalan tubuh, dan sedang dalam keadaan infeksi.
Virus, bakteri, atau parasit penyebab bisa masuk ke saluran cerna melalui mulut atau melalui perantara makanan dan minuman tercemar yang dikonsumsi, sehingga penyakit ini disebut food borne disease. Bahkan rotavirus diduga dapat menular lewat udara. Setelah masuk ke saluran cerna melewati hadangan asam lambung, organisme menuju ke usus. Di usus ini organisme penyebab diare berkembang biak. Mereka mampu mengubah struktur dinding usus, menimbulkan peradangan, mengeluarkan toksin, dan mengganggu kerja sel usus dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan/minuman. Hal ini menyebabkan gerak khas kontraksi atau peristalsis dinding usus meningkat. Gelombang kembung kempis ini memaksa isi usus yang belum tercerna dan terserap dengan baik terus maju dan meluncur makin ke bawah menuju pembuangannya, sehingga terjadilah mencret.
Penanggulangan utama diare disusun oleh Depkes RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare). Langkah-langkah tersebut yaitu (1) oralit formula baru, (2) pemberian zinc selama 10 hari, (3) melanjutkan pemberian ASI dan makanan, (4) pemberian antibiotika tertentu sesuai indikasi, dan (5) konseling/nasihati ibu. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan jika terserang gastroenteritis antara lain hindari kontak dengan terduga penyebab, pencegahan kekurangan cairan atau jangan sampai dehidrasi, dan istirahat yang cukup.
Cairan tubuh yang hilang karena muntah, buang air, dan demam, harus segera diganti untuk mencegah dehidrasi. Juga selalu ingat untuk selalu mencuci tangan. Jika tersedia oralit, berikan segera. Oralit adalah campuran garam elektrolit. Oralit berosmolaritas rendah seperti yang telah beredar di pasaran saat ini sangat direkomendasikan karena dapat mengurangi sensasi mual dan muntah. Campurkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air minum, lalu diaduk rata, dan pastikan penderita meminumnya.
Jika belum tersedia oralit, bisa berikan cairan rumah tangga (CRT) seperti air tajin, kuah sayur, atau cukup air matang. Sesuaikan dosis oralit dengan status dehidrasi dan umur penderita. Penderita sebaiknya segera dibawa ke sarana kesehatan jika tidak mampu minum yang cukup untuk dipertimbangkan pemberian cairan melalui pembuluh darah atau infus.
Pemberian suplemen mikronutrien zinc atau seng segera setelah mengalami diare dianjurkan karena terbukti bisa mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi seringnya mencret, mengurangi banyaknya kotoran, dan mengurangi risiko kekambuhan 3 bulan kemudian. Dianjurkan untuk tetap minum zinc hingga 10 hari setelah diare berhenti.
Jika masih bisa makan dan minum, berikan makanan dan minuman dalam porsi yang lebih sedikit, tapi lebih sering. Prinsipnya adalah memberikan suatu yang mudah dicerna seperti bubur dan berkuah, rendah serat, sehingga tidak membuat saluran cerna bekerja terlalu keras memprosesnya, dan tidak mengiritasi saluran cerna. Untuk bayi dan anak, kalau tidak bermasalah dengan diet ibunya, boleh melanjutkan air susu ibu seperti biasa. Hal yang sama berlaku untuk bayi dan anak yang mendapat susu formula, bahkan pemberiannya harus lebih sering dari biasanya untuk mencegah penurunan berat badan. Setelah penyembuhan pun makanan ekstra harus tetap diberikan untuk menunjang perbaikan berat badan.
Konsumsi obat-obatan seperti antimual, antimuntah, antidiare, dan terutama antibiotika harus benar-benar selektif menurut pertimbangan dokter, apalagi jika penderita adalah bayi dan anak-anak. Perlu diingat bahwa muntah dan diare dalam batas tertentu bisa dianggap sebagai respon alami tubuh untuk mengeluarkan benda asing, racun/toksin, dan organisme penyebab. Kembali ke pertimbangan rasionalitas, efektivitas, dan efek samping obat.
Pemerintah juga menekankan pemberian konseling dan nasihat jika terjadi hal-hal yang lebih berat. Kalau diare menjadi lebih sering, muntah berulang yang menghambat rehidrasi oral, sangat haus, sedikit makan dan minum, disertai demam, tinja berdarah, dan tidak ada perbaikan dalam 3 hari, periksakan kembali penderita ke sarana kesehatan.
Pencegahan lebih baik dibanding pengobatan. Kebiasaan menjaga dan memperbaiki kondisi kesehatan atau higiene dan sanitasi tetap menjadi upaya ampuh yang sederhana untuk mengurangi risiko terkena penyakit, misalnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum kontak dengan mulut, sebelum menyiapkan makanan/minuman, sebelum memegang bayi, dan sebelum menyuapi anak. Jangan lupa cuci tangan juga setelah buang air besar dan kecil. Gunakan selalu jamban dengan benar dan pengelolaan buang sampah yang baik.