Daftar isi
Sembelit atau dalam istilah medis disebut konstipasi. Penyakit ini merupakan suatu gejala dengan frekuensi buang air besar yang jarang (tiga kali atau kurang dalam seminggu), kesulitan buang air besar akibat feses yang keras, diperlukan usaha mengejan yang berlebih saat buang air besar atau adanya sensasi tidak tuntas setelah buang air besar. Sembelit merupakan suatu gejala, bukan suatu penyakit.
Dengan kata lain, sembelit merupakan suatu keadaan di mana buang air besar tidak normal, baik frekuensi maupun konsistensi feses. Namun, karena keadaan “normal” buang air besar tiap orang sangat beragam, sangat sulit untuk dapat menerapkan definisi yang sama pada setiap orang.
Ada beberapa orang dengan konstipasi mempunyai frekuensi buang air besar satu kali setiap hari, namun mengeluhkan perlunya usaha mengejan yang berlebih saat buang air besar bahkan bisa terasa sakit saat buang air besar, atau merasa perutnya selalu terasa penuh. Persepsi mengenai feses yang keras atau mengejan secara berlebihan sulit untuk dinilai secara objektif dan seringkali dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut bahkan dengan menggunakan obat pencahar untuk menentukan seseorang mengalami sembelit. Faktor psikososial dan budaya juga penting untuk diperhatikan. Seseorang yang orang tuanya menekankan pentingnya buang air besar setiap hari, akan lebih sadar akan keadaan sembelit apabila ia tidak buang air besar hari itu; atau anak-anak yang seringkali menahan buang air besar karena takut adanya nyeri dari anusnya; dan ada beberapa orang seringkali tidak menghiraukan bahkan menunda untuk buang air besar.
Hampir setiap orang pernah mengalami sembelit. Hampir sebagian besar, sembelit bersifat sementara dan tidak berbahaya. Namun, kita harus tetap waspada dan perlunya mengetahui penyebab, pengobatan bahkan yang lebih baik lagi adalah pencegahannya.
Untuk mengetahui penyebab sembelit, perlu diketahui bagaimana usus bekerja. Usus besar bekerja dengan menyerap hampir sebagian besar air dari feses dan mengubahnya menjadi kotoran yang padat, kemudian dengan pergerakan usus, feses akan ke rektum dan anus. Konstipasi terjadi ketika feses terlalu lama di dalam usus besar sehingga usus besar menyerap terlalu banyak air dan feses menjadi keras dan kering.
Beberapa gaya hidup dapat menyebabkan konstipasi seperti:
Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan konstipasi:
Sembelit/ konstipasi dapat dibagi menjadi 3:
Penderita dengan konstipasi ini mempunyai frekuensi buang air besar yang normal, namun pasien merasa mereka sembelit. Pada grup ini, sembelit diartikan sebagai kesulitan untuk buang air besar akibat feses yang keras. Pasien merasakan kembung, nyeri perut atau tidak nyaman pada perut, dan mereka menunjukkan stress secara psikososial. Pada grup ini, sembelit berespon terhadap terapi makanan berserat saja atau dengan tambahan obat pencahar.
Konstipasi pada grup ini karena gangguan fungsi pada otot-otot dasar panggul atau sfingter anus. Pada grup ini dapat disebabkan karena kelainan struktur anatomi tubuh, seperti intususepsi.
Tipe ini sering terjadi pada wanita usia muda di mana frekuensi buang air besarnya jarang (satu kali seminggu atau kurang). Kondisi tersebut dapat terjadi pada saat pubertas. Gejala yang menyertai adalah jarangnya keinginan untuk buang air besar, kembung dan sering buang gas, dan nyeri perut atau tidak nyaman pada perut. Pada grup ini, faktor makanan dan budaya ikut berperan. Pasien ini kurang berespon terhadap konsumsi makanan berserat dan obat pencahar. Pasien ini memiliki waktu pengosongan usus besar yang lebih lambat dan pergerakan usus yang lebih lambat setelah orang tersebut makan, di mana seharusnya bila seseorang makan justru dapat memicu pergerakan usus besar. Pergerakan usus yang lambat ini bisa juga disebabkan karena konsumsi obat-obatan.
Hal yang paling penting adalah mencari tahu penyebab dari sembelit itu sendiri dan mengobati penyakit yang mendasarinya apalagi pada orang yang memiliki gejala sembelit berulang.
Meningkatkan konsumsi cairan, makanan berserta tinggi, tidak menunda waktu untuk buang air besar dan aktivitas fisik dapat membantu menghilangkan gejala sembelit. Namun, bila gejala sembelit sudah berlangsung lama dan tidak ada perubahan dengan meningkatkan konsumsi cairan, makanan berserat tinggi serta aktivitas fisik, berarti gejala sembelit ini dapat merupakan bagian dari penyakit lain yang membutuhkan pengobatan lebih lanjut. Pengobatan yang diberikan adalah obat pencahar (laksatif). Penggunaan laksatif ini harus sesuai dengan indikasi dan petunjuk dokter karena laksatif ini dapat membentuk kebiasaan (habit-forming), bila tidak dikonsumsi justru dapat menyebabkan sembelit kembali berulang bila penggunaannya tidak tepat atau berlebihan. Bahkan ada beberapa penyakit yang justru tidak diperbolehkan penggunaan laksatif. Oleh karena itu, penting sekali lagi untuk mengetahui penyebab dari sembelit sebelum melakukan pengobatan.
Laksatif / obat pencahar ada beberapa macam, yaitu: