Daftar isi
Kolera adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae (Kolera) yang mengenai usus kecil dengan gejala diare berupa cairan seperti air cucian beras, muntah. Hal ini menyebabkan tubuh kekurangan cairan, kejang otot, produksi air seni yang menurun, gangguan kesadaran dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan ginjal dan sirkulasi darah.
Penyakit ini timbul secara endemis di negara-negara Asia, Timur Tengah dan Afrika. Kolera disebabkan oleh bakteri Kolera (Vibrio cholera) yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh penderita. Penduduk yang hidup di daerah endemis secara bertahap mempunyai kekebalan alami.
Wabah Kolera masih merupakan masalah yang serius di dunia di mana Kolera menyerang hingga 3-5 juta penduduk dan menyebabkan kematian lebih dari 100.000- 130.000 kematian dalam tahun 2010. Wabah Kolera biasa terjadi pada musim hujan. Akan tetapi, pada bulan Februari 2012 di Sierra Leone, wabah Kolera terjadi pada pertengahan musim panas dan menimbulkan wabah pada lebih dari 2.000 penduduk setiap minggu pada awal bulan Agustus 2012.
Kuman Kolera memproduksi racun (Enterotoxin) yang menyebabkan pengeluaran berlebih pada cairan tubuh (elektrolit isotonis) saat mengenai selaput lendir usus kecil. Kebersihan lingkungan dan penyediaan air bersih merupakan tantangan jangka panjang.
Penyakit Kolera ini dijuluki sebagai “Kematian biru” karena kulit penderita akan berwarna kebiruan yang disebabkan kehilangan cairan tubuh yang hebat. Masa tunas penyakit ini berkisar antara 1-3 hari. Kolera dapat bersifat disertai dengan gejala ringan (subklinis) seperti diare ringan dan tidak memberikan komplikasi. Namun Kolera dapat juga menjadi ganas dan mematikan dalam jangka waktu yang cukup pendek.
Penderita mengalami diare dengan cairan seperti air cucian beras, dan muntah pada awal penyakit. Cairan diare dapat terjadi sebanyak 1 liter per jam. Kehilangan cairan tubuh ini menyebabkan penderita merasa haus yang hebat, produksi air seni yang menurun, kejang otot, kelemahan badan, kulit berkeriput dan mata cekung.
Kekurangan cairan tubuh, pengentalan darah, tidak mengeluarkan air seni, keadaan tubuh yang asidosis dengan kehilangan mineral Kalium dapat terjadi. Bila tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi kelumpuhan sirkulasi darah, tubuh berwarna biru dan kesadaran menurun. Keadaan kekurangan cairan tubuh yang lama dapat menyebabkan kerusakan Ginjal.
Kolera yang tidak mempunyai komplikasi dapat sembuh sendirinya tanpa pengobatan, di mana penyembuhan terjadi dalam waktu 3-6 hari. Angka kematian dapat melebihi angka 50% pada penderita yang tidak mendapat pengobatan memadai. Angka kematian akan berkurang menjadi kurang dari 1% dengan pemberian cairan dan elektrolit yang memadai.
Pada umumnya penderita akan bebas dari kuman Kolera dalam waktu 2 minggu, tetapi beberapa penderita dapat menjadi karier (pembawa penyakit) di dalam kandung empedu yang menahun. Dalam keadaan ini, kuman bersarang di Kandung Empedu tetapi orang yang bersangkutan tidak sakit Kolera. Diagnosa Kolera dapat dinyatakan positif dengan cara mengisolasi kuman Kolera dalam biakan yang diambil dari tinja yang masih segar dan dilanjutkan dengan cara Aglunitasi (penggumpalan) dengan menggunakan Antiserum yang spesifik.
Penyakit Kolera disebabkan oleh infeksi dari bakteri Vibrio cholera. Kuman Kolera ditularkan kepada orang lain melalui makanan atau minuman yang telah tercemar oleh kuman ini.
Bila jumlah bakteri Kolera mencapai 100 juta, maka bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada orang yang sehat. Anak-anak lebih peka pada penyakit ini, dan anak-anak dengan umur 2-4 tahun paling rentan terhadap penyakit Kolera ini. Secara individu, orang yang bergolongan darah O lebih peka terjangkit oleh penyakit ini.
Selain itu, orang yang menderita penyakit AIDS, anak-anak yang kekurangan gizi, orang yang berumur pertengahan lebih mudah terjangkit penyakit Kolera ini sehingga perlu mendapatkan pertolongan tenaga kesehatan dengan segera.
Pembuangan kotoran manusia dengan tepat dan pemurnian air minum merupakan tindakan yang sangat penting untuk mengatasi penyakit Kolera ini. Disarankan untuk minum air minum yang sudah direbus dan menghindari makan sayuran yang belum dimasak agar terhindar dari penyakit ini. Selain itu, pemberian vaksin Kolera pada daerah endemis sangat penting dan perlu terus dilakukan ulang setiap 6 bulan.
Pemberian cairan dan elektrolit (mineral seperti Natrium, Kalium) yang secepatnya akan sangat membantu keadaan tubuh kekurangan cairan dan elektrolit. Minum cairan Oralit merupakan cara pengobatan yang paling efektif terhadap gejala diare.
Bila Oralit tidak tersedia, maka pasien atau perawat dapat membuat sendiri larutan tersebut. Caranya: larutkan ½ sendok teh garam dapur (NaCL) dan 6 sendok teh gula pasir dalam 1 liter air yang telah direbus, lalu dapat juga ditambahkan pisang untuk menambahkan Kalium dan meningkatkan rasa larutan cairan tersebut.
Bila penderita mengalami Shock (tekanan darah menurun), maka perlu segera diberikan cairan infus sebanyak 100 ml/kg berat badan, dan pada penderita yang lebih ringan diberikan sebanyak 50-80 ml/kg berat badan. Cairan ini dapat terus diberikan hingga tekanan darah penderita normal kembali. Cairan infus sisanya dapat diberikan dalam selang waktu 2 jam pada usia dewasa, dan 4-6 jam pada penderita anak-anak.
Jumlah cairan pengganti ini ditentukan dengan cara mengukur volume tinja dan mengevaluasi keadaan klinik secara terus-menerus: menghitung denyut nadi dan kekuatan nadi, kekenyalan kulit dan produksi air seni. Selain itu, pemberian cairan Glukosa dan elektrolit melalui selang lewat lubang hidung ke lambung juga sangat efektif dalam upaya rehidrasi di mana persedian cairan infus sangat terbatas.
Penderita dengan keadaan klinis yang lebih ringan dan masih dapat minum, dapat diberikan cairan melalui mulut secepatnya sehingga akan mengurangi kebutuhan cairan infus. Cairan ini dapat berupa bubuk Oralit yang dilarutkan dalam 200 cc air minum yang sudah direbus.
Pemberian antibiotika Tetrasiklin juga diperlukan selama 48 jam akan mengurangi jumlah kuman Kolera, mengurangi volume tinja sebanyak 50% dan mengakhiri diare dalam waktu 48 jam. Pemberian antibiotika dalam waktu 1-3 hari akan mengurangi perjalanan penyakit dan gejala, juga akan mengurangi keperluan penggunaan cairan infus. Antibiotika lain yang dapat dipergunakan seperti: Cotrimoxale, Erythromycin, Doxycycline, Chloramphenikol dan Furazolidine. Fluoroquinolone seperti Norfloxacin dapat juga dipakai tetapi sudah banyak bakteri Kolera yang kebal terhadap antibiotik tersebut.
Meskipun sudah ada vaksin Kolera, tetapi organisasi kesehatan sedunia (World Health Organization) tidak menyarankan pemberian vaksin karena hal ini terbukti tidak dapat melindungi setengah penduduk yang menerima vaksin dan kekebalan yang dihasilkan hanya berlangsung dalam beberapa bulan saja.
Meskipun demikian, kita dapat melindungi diri dari penyakit ini dengan menggunakan air yang telah direbus, atau air dalam botol. Pastikanlah penggunan air tersebut untuk keperluan:
Selain itu, kita juga harus menghindari hal-hal berikut:
Bila penderita diare hebat dan muntah, terutama setelah makan Kerang mentah atau bepergian ke negara di mana penyakit Kolera merupakan wabah, carilah pertolongan tenaga Kesehatan secepatnya. Penyakit Kolera dapat disembuhkan, namun karena dehidrasi (kekurangan cairan) terjadi dengan cepat, maka sangatlah penting untuk mengobati penyakit secepatnya.
Bila penderita Kolera diobati dengan cepat dan tepat, maka angka kematian hanyalah kurang dari 1%. Bila penyakit tidak diobati dengan baik, maka angka kematian akan meningkat menjadi 50-60%. Untuk jenis bakteri Kolera tertentu yang terjadi wabah di Haiti (Hawai) pada tahun 2010 dan tahun 2004, wabah Kolera di India, kematian dapat terjadi hanya dalam waktu hanya 2 jam setelah penderita terkena penyakit Kolera ini.