Daftar isi
Ebola adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan virus ebola. Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Reston Ebolavirus , Sudan ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).
Ebolavirus adalah salah satu virus dari sekitar 30 virus yang diketahui menyebabkan sindrom demam berdarah (hemorrhagic fever syndrome). Penyakit ini pertama kali ditemukan di Sudan pada tahun 1976. Virus jenis Sudan, Zaire, dan Ivory Coast berasal dari simpanse di Afrika sedangkan Reston dari Asia Tenggara. Reston ebolavirus pertama kali ditemukan di laboratorium penelitian HIV/AIDS di Virginia, Amerika Serikat pada kera berekor panjang (Macaca fascicularis) yang diimpor dari Filipina. Penyakit ini tidak menyerang pekerja laboratorium walaupun ditemukan virus dalam darah mereka.
Di Indonesia kekhawatiran terhadap penyakit ebola ini juga merebak. Hewan reservoir (tempat virus hidup dan berkembang biak) didapatkan di Indonesia, yaitu kalong dan orang utan Kalimantan yang pada tahun 2012 lalu ditemukan infeksi virus ebola dalam darahnya walaupun kekhawatiran penularan pada manusia belum ada.
Virus ebola telah tercatat menimbulkan wabah pada penyakit demam berdarah pada manusia dengan angka kematian mencapai 89% sejak tahun 1976-2012 di Afrika. Virus jenis Zaire adalah virus ebola paling berbahaya yang mengakibatkan angka kematian hingga 89%. Sementara virus jenis Sudan mengakibatkan angka kematian berkisar antara 41-65%.
Dikenal dua macam paparan terhadap virus ebola. Paparan primer adalah paparan yang terjadi pada orang yang bepergian ke daerah endemik ebola (Afrika). Negara-negara di Afrika yang merupakan daerah endemik virus ebola adalah Republik Kongo, Gabon, Sudan, dan Pantai Gading (Ivory Coast). Paparan sekunder adalah paparan dari orang ke orang atau dari hewan misalnya primata ke manusia.
Waktu yang diperlukan sejak virus masuk hingga timbul gejala klinis adalah biasanya 7-10 hari (rentang waktu 3-16 hari). Gejala klinik awal adalah :
Gejala berikutnya adalah :
Pada penderita yang bertahan hidup dari infeksi virus ebola dapat mengalami gejala:
Pada infeksi akut ditemukan banyak virus dan antigen virus pada peredaran darah. Gejala klinis akan membaik bila kadar antibodi terhadap virus telah menurun. Virus dapat dideteksi dengan pemeriksaan Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay (ELISA) dan fluorescent antibody testing.
Komplikasi yang dapat timbul pada infeksi virus ebola adalah komplikasi pada mata, yaitu rasa nyeri pada mata, takut bila melihat cahaya karena rasa tidak nyaman, mata berair dan penurunan ketajaman penglihatan. Komplikasi lain adalah radang buah zakar dan hepatitis.
Virus ebola termasuk famili Filoviridae. Famili Filoviridae ini terdiri atas virus Ebola dan virus Marburg. Keduanya sama sama menyebabkan penyakit demam akut dengan angka kematian yang tinggi. Virus ebola terdiri dari Bundibugyo ebolavirus Reston Ebolavirus , Sudan ebolavirus , Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus. Virus Reston adalah satu-satunya virus ebola yang tidak berasal dari Afrika. Virus ebola Reston menyebabkan infeksi yang fatal pada kera tetapi pada manusia hanya infeksi dengan sedikit atau tanpa gejala klinis.
Virus dari famili Filoviridae (filovirus) adalah virus dengan partikel virus terdiri dari satu helai rantai RNA. Virus berukuran 790-970 nanometer panjangnya. Virus nampak dalam keadaan melengkung atau melilit. Selubung lemak bagian luarnya sensitif terhadap pelarut lemak atau deterjen. Virus akan rusak pada temperatur 600C dalam 30 menit dan dalam keadaan asam tapi dapat hidup dalam darah pada temperatur ruangan. Bagian permukaan virus mengandung glikoprotein yang berbentuk runcing yang berperan pada penempelan virus ke sel inang. Glikoprotein ini kaya akan kandungan gula sehingga dapat menghindari antibodi yang menetralkan virus. Bentuk yang lebih kecil dari glikoprotein virus yang mengandung antigen virus diproduksi oleh sel yang terinfeksi dan ditemukan pada sirkulasi darah penderita. Adanya antigen virus yang bersikulasi ini diduga menjadi mekanisme yang menghambat respon daya tahan tubuh penderita terhadap protein permukaan virus atau dengan kata lain memblok aktivitas antivirus tubuh penderita. Hal inilah yang menyebabkan virus ebola mengakibatkan angka kematian tinggi.
Virus ebola ini sering menimbulkan wabah. Awalnya infeksi virus terdapat pada reservoir (makhluk hidup tempat virus hidup dan berkembang biak) yang tidak diketahui. Manusia tertular akibat kontak erat dengan makhluk/manusia lain yang terinfeksi virus atau melalui cairan tubuh penderita.
Virus ebola memperbanyak diri dengan baik di semua sel manusia. Proses perbanyakan diri virus membuat kematian sel inangnya. Antigen virus dan virus banyak terdapat pada jaringan ikat bahkan pada kasus berat ditemukan pada jaringan di bawah kulit. Dari sinilah virus dapat keluar melalui celah antar kulit atau lewat kelenjar keringat dan dapat menular. Penularan virus melalui udara terjadi pada virus Reston yang menular melalui udara pada primata.
Sampai saat ini belum ada antivirus spesifik untuk pengobatan infeksi virus ebola. Terapi suportif dilakukan dengan memperhatikan volume darah dalam pembuluh darah, elektrolit, nutrisi, dan membuat pasien dalam keadaan nyaman. Volume cairan dalam pembuluh darah harus diganti.
Terapi dengan obat-obatan dapat dengan menggunakan dengan menggunakan nucleoside analogue inhibitors of the cell encoded enzyme S-adenosylhomocysteine hydrolase (SAH). Respon pengobatan tergantung dosis. Dosis 0,7 mg/kg yang diberikan setiap 8 jam pada hari 0 sampai 1 terjadinya infeksi dapat mencegah kematian. Bila obat baru diberikan pada hari kedua maka 90% kematian dapat dicegah.
Kekebalan pasif telah dicoba dengan memberikan protein kekebalan yang didapat dari antibodi manusia dan kuda tetapi hasilnya tidak dapat mencegah kematian. Ternyata antibodi tersebut dapat mencegah kematian pada binatang guinea pigs dan babon tetapi tidak dapat mencegah kematian pada kera.
Obat lain yang dapat mengurangi angka kematian lain walaupun tidak secara langsung terlibat dalam perkembangbiakan virus adalah inactivated protein C dan suatu rekombinan nematode anticoagulant protein (NAP).
Penderita yang bertahan hidup mengeluarkan virus untuk jangka waktu yang cukup lama karena itu pasien harus diisolasi di ruang tertentu. Air kencing, darah, dahak, dan tinja pasien harus ditangani secara hati-hati karena sangat infeksius. Objek yang bersentuhan dengan cairan tubuh pasien harus didesinfeksi dengan sodium hipoklorit 0,5%.
Vaksin dan obat-obatan untuk mencegah infeksi virus ebola sampai saat ini belum ada. Pemakaian alat pelindung diri di rumah sakit di Afrika sangat penting. Suatu gen yang mengandung glikoprotein virus ebola yang dibawa oleh Adenovirus telah berhasil memberikan perlindungan pada primata dan sedang diteliti lebih lanjut untuk digunakan pada manusia.