Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (organ yang berfungsi dalam produksi sel telur). Kanker ini merupakan 3 – 4 % dari seluruh jenis kanker pada wanita. Secara umum, kanker ovarium adalah penyakit pada wanita post-menopause, dengan angka kejadian tertinggi pada usia 65 – 74 tahun.
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita. Sebagian besar tumor hanya menimbulkan sedikit gejala sampai tumor menyebar. Pada tahap awal, gejala hanya minimal, tidak spesifik, atau tidak bergejala. Oleh karena itu, sebagian besar penderita didiagnosis pada tahap yang sudah lanjut. Gejala dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Tumor yang semakin membesar akan mendesak organ – organ lain di sekitarnya. Hal ini dirasakan penderita sebagai keluhan saluran cerna seperti mual, kembung, perubahan pola buang air besar (konstipasi atau diare), atau rasa tidak nyaman pada perut. Tumor yang sangat besar dapat menimbulkan rasa berat atau tertekan pada perut.
Pada sebagian kecil penderita, kanker ovarium dapat terpelintir (inkarserasi) sehingga menimbulkan nyeri hebat, rasa tidak nyaman pada dubur, dan ketidakmampuan buang air besar atau kecil. Pada perabaan perut, dapat teraba benjolan jika tumor sangat besar; benjolan ini tidak dapat digerakkan, keras, dan berbenjol - benjol. Jika tumor besar ini menekan pembuluh darah balik dari tungkai, maka dapat ditemui pembengkakan tungkai. Secara umum, wanita post-menopause dan perempuan pre-pubertas berisiko paling besar menderita kanker ovarium ganas. Sedangkan benjolan pada perut wanita usia reproduktif umumnya merupakan kista ovarium atau pembelahan sel rahim berlebihan (endometrioma) yang lebih jinak.
Penyebaran sel tumor pada lapisan rongga perut (peritoneum) menyebabkan terkumpulnya cairan pada rongga perut (ascites). Hal ini ditandai dengan bertambahnya lingkar perut, rasa kembung dan cepat kenyang. Umumnya gejala penyebaran dirasakan jika kanker mencapai tahap lanjut.
Ovarium merupakan organ yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron; adanya sel yang berlebihan pada kanker menyebabkan peningkatann hormon – hormon ini. Gejala peningkatan hormon antara lain gangguan menstruasi dan perdarahan dari vagina.
Gejala umum lain seperti penurunan berat badan, kelemahan, dan sesak napas dapat ditemui. Komplikasi yang dapat terjadi adalah penyebaran ke organ lain (metastasis), cairan pada perut, dan penyumbatan usus. Kanker ovarium dapat menyebar ke organ – organ sekitarnya melalui lapisan dinding perut; melalui kelenjar getah bening; dan melalui aliran darah ke berbagai organ jauh. Organ yang menjadi target penyebaran adalah lapisan dinding perut (85%), jaringan lemak di dalam rongga perut (70%), hati (35%), lapisan pembungkus paru (25%), dan tulang (15%).
Kanker ovarium dibagi menjadi 4 stadium. Penentuan stadium kanker ini memerlukan pemeriksaan lanjut seperti USG atau CTscan. Pada waktu diagnosis, 70% penderita kanker ovarium sudah memasuki stadium III.
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui; namun, diduga bahwa kanker ovarium berkaitan dengan peristiwa pelepasan sel telur (ovulasi). Adanya kerusakan berulang pada lapisan permukaan ovarium saat ovulasi menyebabkan perubahan pada gen yang mengatur pembelahan sel ovarium sehingga terjadi pembelahan sel yang berlebihan dan ganas.
Kanker ovarium ditemui 60% pada wanita usia sekitar menopause, 30% pada wanita usia reproduksi, dan 10% pada usia yang lebih muda. Kanker ovarium banyak ditemui pada orang kulit putih dan orang yang tinggal di Amerika Serikat atau Eropa (jarang ditemui di India dan Asia). Kanker endometrium dapat terjadi pada wanita mulai usia 15 tahun, namun rata – rata usia penderita adalah 56 tahun. Sebanyak 25% kanker ovarium ditemui pada kedua ovarium.
Selain berkembang dari sel ovarium sendiri (kanker ovarium primer), kanker ovarium juga dapat merupakan hasil penyebaran kanker organ lain (kanker ovarium sekunder) seperti kanker payudara dan kanker saluran cerna. Sebanyak 7% dari penderita kanker ovarium adalah sekunder dari tempat lain. Terdapat beberapa faktor risiko yang berperan dalam terjadinya kanker ovarium primer, antara lain:
Riwayat melahirkan anak adalah faktor risiko yang penting. Risiko kanker ovarium lebih tinggi pada wanita yang tidak pernah melahirkan, wanita dengan menstruasi pertama pada usia sangat muda, atau wanita dengan menopause terlambat. Riwayat kehamilan berkaitan dengan penurunan risiko kanker ovarium sebanyak 13 – 19% per 1 kehamilan. Riwayat penggunaan kontrasepsi pil dan riwayat menyusui juga menurunkan risiko kanker ovarium. Wanita yang menggunakan kontrasepsi pil selama lebih dari 5 tahun menurunkan risiko kanker ovarium sebanyak 50%.
Riwayat keluarga juga berperan penting dalam kanker ovarium. Risiko lebih tinggi pada orang dengan keluarga inti penderita kanker ovarium (risiko sebesar 4 – 5%). Sebanyak 10 - 20% penderita kanker ovarium memiliki riwayat keluarga positif. Kanker ovarium yang diturunkan dapat menimbulkan gejala lebih dini, namun memiliki perjalanan penyakit dan hasil yang lebih baik dibanding kanker ovarium yang tidak diturunkan. Wanita dengan kanker payudara berisiko menderita kanker ovarium karena kemiripan kerusakan genetik.
Risiko kanker ovarium hampir 2 kali lebih besar pada orang dengan terapi hormon esterogen atau progestin setelah menopause, tanpa memandang durasi, dosis, sediaan obat, dan rute pemberian obat.
Konsumsi makanan dengan lemak hewani yang tinggi meningkatkan risiko kanker ovarium. Penggunaan bedak pada alat kelamin luar dan sekitar dubur juga diduga berperan dalam terjadinya kanker ovarium. Pada hal ini, bedak berperan sebagai benda asing yang memicu terjadinya kanker.
Pengobatan kanker ovarium terdiri dari operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Operasi adalah pengobatan dasar kanker ovarium pada stadium apapun. Dokter bedah dapat mengangkat 1 ovarium, 2 ovarium, saluran rahim, atau rahim tergantung dari stadium kanker. Pada stadium yang lanjut, dilakukan operasi luas dimana diambil sebanyak mungkin tumor dan organ sekitar yang terkena (debulking surgery).
Untuk kanker stadium lanjut, operasi dilanjutkan dengan kemoterapi untuk menuntaskan pengobatan terhadap sel – sel kanker yang tersisa setelah operasi. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi lanjutan pada kanker ovarium stadium I atau II yang diberikan pada daerah panggul saja atau seluruh rongga perut. Untuk stadium lanjut, radioterapi kurang efektif namun dapat digunakan sebagai penambah pengobatan sebelum atau sesudah kemoterapi dan bedah. Namun, radiasi hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif). Jika terdapat cairan dalam rongga perut yang sangat banyak, dapat dilakukan penyedotan cairan untuk mengurangi volume cairan dan memeriksa karakteristik cairan tersebut. Dengan dikeluarkannya cairan, dokter dapat melakukan pemeriksaan perut dengan lebih baik dan penderita merasa lebih nyaman.
Tingkat kematian kanker ovarium tergolong tinggi karena kurangnya deteksi dini. Sebanyak 60% penderita saat dideteksi telah mencapai stadium III atau IV. Tingkat kematian tergantung dari usia dan terutama luas proses kanker. Stadium I dan II memiliki angka harapan hidup dalam 5 tahun sebesar 60 – 70%; stadium III sebesar 30 – 60%; dan stadium IV hampir 0%.
Deteksi dini belum direkomendasikan secara rutin oleh perhimpunan dokter spesialis, karena penelitian menunjukkan peningkatan harapan hidup tidak meningkat pada wanita yang menjalankan deteksi dini. Deteksi dini untuk kanker memerlukan metode yang akurat dan terpercaya; namun, sampai saat ini tidak ada teknik untuk deteksi dini ovarium yang dapat memenuhi kriteria tersebut. Namun, pada berberapa negara seperti Inggris, wanita dengan risiko tinggi kanker ovarium dapat ditawarkan untuk menjalankan deteksi dini secara individual meskipun cara ini mungkin tidak dapat mendeteksi kanker stadium awal. Cara deteksi dini yang tersedia saat ini adalah pengukuran kadar penanda tumor CA-125 di darah dan USG melalui vagina. Namun metode tersebut kurang spesifik dalam mendeteksi kanker ovarium.
SUMBER Prawirohardjo S. Tumor Ganas Ovarium dalam Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. Roett MA. Ovarian Cancer: an Overview. Am Fam Physician. 2009 Sep 15;80(6):609-616. Chapter 52: Premalignant & Malignant Disorders of the Ovaries & Oviducts dalam Current Diagnosis and Treatment Obstetric and Gynecology 10th Edition. USA: McGraw-Hill. 2006.