Daftar isi
Pingsan atau yang dalam bahasa kedokteran disebut sinkop/syncope, adalah suatu keadaan di mana terjadi kehilangan kesadaran dan postur tubuh (menyebabkan penderita jatuh) secara sementara. Pingsan merupakan suatu gejala dan bukan penyakit, sehingga pada kasus pingsan harus diketahui penyebab pingsan tersebut. Pingsan yang terjadi pada seseorang dapat merupakan gejala yang ringan sampai gejala yang mengancam jiwa. Dengan demikian, perlu diketahui tanda-tanda pingsan yang membahayakan jiwa.
Pingsan merupakan gejala yang umum terjadi, diperkirakan sepertiga dari kita pernah mengalami pingsan minimal sekali dalam hidupnya. Gjala pingsan dapat terjadi pada semua rentang usia, namun paling banyak terjadi pada orang tua. Gejala pingsan umumnya tidak berbahaya, namun pingsan dapat mengakibatkan komplikasi yang serius. Komplikasi kejang dapat terjadi pada pingsan akibat otak kekurangan oksigen. Pingsan yang disebabkan oleh penyakit jantung dapat bersifat fatal dan menyebabkan kematian.
Gejala pingsan terjadi dan timbul secara mendadak, dan biasanya menyebabkan trauma (akibat kehilangan postur tubuh dan pasien jatuh). Kehilangan kesadaran terjadi sementara dalam waktu detik hingga menit dan kemudian penderita akan kembali sadar. Pada beberapa kasus pingsan, terdapat gejala awal yang mendahului hilangnya kesadaran. Gejala awal yang dapat terjadi adalah mual, berkeringat, merasa berdebar-debar, pucat atau penglihatan kabur (menjadi gelap dan hitam atau menjadi putih). Gejala pingsan yang disebabkan oleh penyakit jantung akan memberikan gejala berupa nyeri dada, nyeri perut bagian ulu hati (epigastrium), sesak nafas, kelelahan terutama bila beraktivitas.
Banyak hal yang dapat menyebabkan pingsan pada seseorang. Secara umum, penyebab pingsan dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu sistem kardia (jantung), non-kardiovaskular, dan penyebab yang tidak diketahui.
Kelainan jantung menyebabkan pingsan karena tidak cukupnya aliran darah menuju ke otak yang bersifat sementara. Gangguan aliran darah ini biasanya disebabkan saat tekanan darah yang rendah atau hipotensi. Organ jantung yang berfungsi untuk memompa darah, tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen otak. Gangguan kerja jantung dapat disebabkan karena adanya penyempitan atau sumbatan pada aliran darah, gangguan otot jantung, atau gangguan irama jantung (denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat).
Irama jantung yang terlalu lambat (bradikardia) umumnya disebabkan oleh faktor usia dan efek samping obat-obatan. Sementara pingsan akibat irama jantung terlalu cepat (takikardia) biasanya disebabkan karena riwayat penyakit jantung dan dapat mengancam jiwa. Penyempitan katup jantung seperti penyempitan katup aorta (pembuluh darah besar yang keluar dari jantung) dan pembesaran otot jantung (hipertrofi kardiomiopati) dapat menyebabkan pingsan pada seseorang akibat darah terhambat saat akan keluar dari jantung. Penyempitan katup jantung disebabkan oleh kelainan bawaan, proses penuaan, atau penyakit rematik jantung.
Sebagian besar kasus pingsan yang terjadi disebabkan oleh penyebab non-kardia. Pingsan akibat gangguan dari kemampuan pembuluh darah untuk menyempit dan melebar (vasomotor) merupakan penyebab umum yang terjadi. Bila ada suatu rangsangan atau stimulus tertentu pada saraf vagus (salah satu saraf kranial, saraf yang keluar dan masuk ke otak), maka akan mengakibatkan hipotensi pada seseorang.
Beberapa rangsangan dapat merangsang reflex vasomotor, seperti berdiri terlalu lama, atau terpapar panas yang berlebihan, nyeri yang hebat, berada di tempat keramaian, atau melihat darah. Pingsan yang disebabkan oleh reflex vasomotor umumnya dapat kembali sadar karena setelah pingsan dan jatuh, gravitasi tidak lagi menarik darah ke kaki. Sebelum seseorang pingsan, ada beberapa gejala yang dapat dirasakan seperti, pucat, berkeringat, kepala terasa ringan, mual, berkeringat, telinga berdengung, atau penglihatan menjadi gelap.
Perubahan posisi yang mendadak, seperti berdiri tiba-tiba dari posisi duduk, dapat menyebabkan pingsan (hipotensi ortostatik) karena kegagalan pembuluh darah untuk menyempit sehingga darah banyak terkumpul di kaki dan otak mengalami kekurangan darah. Keadaan ini umumnya disebabkan oleh dehidrasi, diabetes mellitus (kencing manis), dan obat-obatan seperti obat pelebar pembuluh darah, dan obat diuretik (obat yang menyebabkan produksi urin meningkat).
Gangguan organ yang dapat menyebabkan pingsan antara lain sistem saraf, gangguan mental, gangguan paru-paru, dan metabolisme tubuh. Pingsan akibat gangguan saraf paling sering terjadi pada kasus kejang. Biasanya akan disertai denga gerakan tubuh yang menghentak, atau gejala aura (gejala yang timbul mendahului gejala kejang, seperti melihat kilatan cahaya, atau mencium bebauan tertentu). Penyakit stroke jarang menyebabkan hilang kesadaran kecuali mengenai pusat kesadaran di otak. Gangguan metabolisme juga jarang menyebab pingsan. Beberapa gangguan yang menyebabkan pingsan adalah rendah kadar gula darah (hipoglikemia), dan gangguan persediaan oksigen ke otak (hipoksia).
Pingsan dapat juga terjadi pada wanita hamil. Gejala pingsan yang terjadi pada wanita hamil umumnya disebabkan karena penekanan pembuluh-pembuluh darah besar saat kehamilan di arena hipotensi ortostatik. Serangan pingsan atau hilang kesadaran yang berulang tanpa sebab jelas dapat juga disebabkan oleh gangguan psikologi atau tindakan untuk mencari perhatian. Umumnya pada keadaan ini, serangan pingsan terjadi pada saat situasi yang tidak mengenakan penderita (seperti saat berdebat, atau akan menjalani sesuatu yang berat). Pada penderita yang benar-benar menglamai pingsan, penderita tidak akan ingat dengan pasti kejadian saat jatuh ke tanah. Karena pingsan dapat mengancam jiwa, maka harus diketahui beberapa bentuk pingsan yang berbahaya, seperti:
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami pingsan, yaitu jarang berolahraga, kegemukan atau obesitas, merokok, minum alkohol berlebihan, dan penggunaan obat-obatan secara sembarang.
Pengobatan pada penderita gejala pingsan berdasarkan penyebab dari pingsan itu sendiri. Untuk mengetahui penyebab dan penyakit yang mendasari pingsan, beberapa pemeriksaan umumnya dilakukan oleh dokter. Mulai dari menggali riwayat pasien (anamnesis), pemeriksaan fisik (pemeriksaan tekanan darah dan lainnya), dan pemeriksaan penunjang (seperti rekam jantung, USG jantung, CT scan otak, pemeriksaan darah dan lainnya).
Bila ragu apakah gejala pingsan yang terjadi berbahaya atau tidak, tindakan yang tepat adalah memanggil bantuan medis dan segera berkonsultasi ke dokter. Pingsan yang disebabkan oleh jantung dapat menggunakan obat-obatan ataupun tindakan lain, seperti pemasangan alat pacu jantung pada pasien dengan gangguan irama denyut jantung.
Bila mengetahui penyebab dari gejala pingsan, tindakan yang dapat dilakukan adalah menghindari keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan gejala pingsan. Bila gejala pingsan timbul saat ada perubahan posisi tubuh yang mendadak, maka penderita dapat mengantisipasi dengan melakukan perubahan posisi secara perlahan dan diberikan beberapa detik sebelum berubah posisi lagi.
Pada kasus pingsan yang terjadi akibat terpapar panas yang berlebihan, pasien secepatnya dipindahkan ke tempat yang sejuk dan diberikan cairan pengganti bila penderita sudah sadar. Beberapa cara menurunkan suhu tubuh pasien adalah melepas pakaian dan penderita dibaringkan miring. Selain itu dapat diberikan kompres dingin pada daerah perut, ketiak, dan leher. Penggunaan kipas angin atau udara dingin efektif menurunkan suhu tubuh penderita. Hal penting yang diperhatikan adalah menjaga agar penderita tidak menggigil.
Pencegahan yang dapat dilakukan pada orang yang mengalami pingsan adalah mencegah dehidrasi dengan minum air yang cukup, dan menghindari penyebab pingsan, misal kelelahan atau kepanasan. Pada beberapa kasus pingsan yang didahului gejala-gejala lain, bila gejala tersebut muncul, penderita dapat segera berbaring telentang dan menaikkan kaki sehingga lebih tinggi daripada posisi kepala.
Kasus pingsan yang disebabkan oleh panas, dapat dicegah dengan mengurangi paparan panas dan meningkatkan asupan cairan sebelum, selama dan setelah terpapar panas. Cairan yang dikonsumsi sebaiknya mengandung elektrolit yang seimbang. Cairan yang hanya mengandung air (H2O) dapat mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit. Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah menghindari faktor-faktor risiko berupa jarang berolahraga, kegemukan atau obesitas, merokok, minum alkohol berlebihan, dan penggunaan obat-obatan secara sembarang.
Daftar pustaka Nemer JA. Disorders related to environmental factors. In : McPhee SJ, Papadakis MA, Rabow MW, editors. Current medical diagnosis and treatment 2012. 51st ed. New York: McGraw-Hill; 2012. p.1505-6 Bashore TM, Granger CB, Hranitzky P, Patel MR. Bradycardias & conduction disturbance. In: McPhee SJ, Papadakis MA, Rabow MW, editors. Current medical diagnosis and treatment 2012. 51st ed. New York: McGraw-Hill; 2012. P. 386-8. Lindsay KW, Bone I, Fuller G. Neurology and neurosurgery illustrated. 5th ed. Edinburgh: Churchill Livingstone Elsevier; 2010. Shukla GJ, Zimetbaum PJ. Syncope. Circulation. 2006; 113: 715-717. http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Arrhythmia/SymptomsDiagnosisMonitoringofArrhythmia/Syncope-Fainting_UCM_430006_Article.jsp