Daftar isi
Vaginitis berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari vagina atau lubang kemaluan wanita dan -itis yang berarti peradangan. Jadi, vaginitis berarti peradangan pada vagina. Peradangan dari vagina dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu infeksi bakteri, virus, jamur, gangguan keseimbangan hormon, bahkan alergi. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit tersering yang menyebabkan wanita pencari pengobatan ke dokter. Pada wanita, terdapat 3 lubang pada kemaluan dengan fungsinya masing-masing, yaitu:
Sedangkan pada pria, hanya terdapat dua saluran, yaitu :
1. Uretra atau saluran kencing dan saluran untuk keluarnya sperma menjadi satu pada penis;
2. Anus atau saluran untuk BAB.
Penyebab dari vaginitis dapat bermacam-macam, yaitu infeksi bakteri, virus, jamur, gangguan keseimbangan hormon, bahkan alergi. Penyebab vaginitis yang berbeda-beda menyebabkan gejala da npengobatan yang diperlukan berbeda-beda pula. Berikut ini adalah vaginitis yang sering ditemukan, yaitu:
Gejala yang ditemukan dapat bermacam-macam, yaitu:
1. Tidak ada gejala : pada 50% dari penderita yang diagnosis dengan penyakit ini tidak merasakan gejala apapun. Pada pemeriksaan dari sekret atau cairan vagina secara mikroskopis dapat ditemukan bakteri anaerob walaupun penderita tidak menunjukkan gejala apapun.
2. Bau amis yang tidak sedap : ini merupakan gejala tersering yang dikeluhkan penderita. Bau amis makin terasa pada saat setelah berhubungan seksual dan saat menstruasi.
3. Cairan atau sekret vagina berwarna keabu-abuan : sekret vagina yang normal berwarna bening hingga putih. Perubahan warna pada sekret dari vagina dapat menjadi salah satu penanda terjadinya peradangan pada vagina
4. Kadang dapat ditemukan gatal pada kemaluan : keluhan ini jarang ditemukan
5. Tidak ada nyeri dan kemerahan pada kemaluan
Gejala yang dapat ditemukan pada trikomoniasis adalah
1. Tidak ada gejala
2. Bau busuk yang tidak sedap
3. Sekret atau cairan vagina yang berbusa dan berwarna kuning hingga kehijauan
4. Dapat disertai dengan iritasi atau kemerahan pada kemaluan
5. Nyeri saat berhubungan seksual
6. Nyeri saat berkemih
Gejala yang dapat ditemukan pada Kandidiasis vulvavagina adalah
1. Gatal pada kemaluan sehingga dapat ditemukan bekas-bekas garukan. Kadang bekas garukan tersebut hingga menyebabkan luka pada kulit.
2. Kemerahan pada kemaluan
3. Sekret atau cairan vagina berwarna putih dan kental
4. Sensasi rasa terbakar pada kemaluan
5. Nyeri pada saat berkemih
6. Nyeri pada saat berhubungan seksual
Gejala yang dapat ditemukan paca vaginitis atrofi adalah
1. Keluhan dirasakan pada saat menopause
2. Iritasi dan kemerahan pada kemaluan
3. Nyeri pada saat berhubungan seksual dan vagina kering
4. Sekret atau cairan vagina dapat berwarna kuning kehijauan dan tidak berbau
Vaginosis bakterialis dapat ditemukan 10-30% pada wanita usia subur dan merupakan penyebab tersering dari peradangan pada vagina. Pada kondisi vagina yang sehat, terdapat bakteri lactobacillus yang merupakan flora normal dari vagina. Bakteri tersebut bersifat asam dan melindungi vagina dari bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk berkembang biak). Apabila terjadi penurunan jumlah dari bakteri lactobacillus dan terjadi peningkatan jumlah dari bakteri-bakteri anaerob, maka dapat terjadi vaginosis bakterialis. Contoh bakteri yang dapat menyebabkan vaginosis bakterialis adalah Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan bakteri anaerob lainnya. Faktor resiko untuk penyakit ini adalah
1. Sosial ekonomi rendah
2. Sering mencuci vagina terutama yang mengandung antiseptik
3. Merokok
4. Penggunaan KB spiral/IUD
5. Penggunaan spermisida dosis tinggi
6. Hubungan seksual tanpa pengaman
Penyakit trikominiasis disebabkan oleh infeksi dari parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penular seksual (PMS) yang sangat mudah untuk menyebar ke orang lain. Seringkali penyakit ini ditemukan secara tidak sengaja pada saat penderita melakukan pemeriksaan Pap smear. Faktor resiko untuk penyakit ini adalah:
1. Sosial ekonomi rendah
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Hubungan seksual tanpa pengaman
4. Merokok
Penyakit kandidiasis vulvavagina disebabkan oleh infeksi jamur Candida, sp. Menurut penelitian, sekitar 75% wanita pernah mengalami penyakit ini dan 40-45% mengalami keluhan berulang. Candida sp. merupakan salah satu flora normal yang terdapat di kulit manusia. Jamur dapat berkembang menjadi penyakit pada penderita apabila terdapat kondisi yang mendukung. Contoh kondisi tersebut adalah penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama, kencing manis yang tidak terkontrol, hamil, dan imunitas yang rendah.
Vaginitis atrofi terjadi akibat penurunan kadar estrogen pada saat menopause. Penurunan kadar estrogen tersebut menyebabkan sel-sel lapisan vagina menjadi lebih tipis sehingga pH dan flora bakteri normal vagina terganggu. Normalnya, vagina sehat memiliki pH asam (<4,5) untuk mencegah infeksi.
Untuk mendiagnosis vaginosis bakterialis digunakan kriteria Amsel, yaitu:
1. Sekret atau cairan vagina yang homogen dan encer
2. pH vagina > 4,5
3. Tes Whiff yang positif dimana ditemukan bau amis pada penambahan KOH 10% pada sekret vagina
4. Ditemukan 20% sel clue pada pemeriksaan mikroskopis
Apabila ditemukan 3 dari 4 kriteria tersebut sudah dapat mendiagnosis vaginosis bakterialis. Untuk pengobatan dapat diberikan antibiotik untuk bakteri anaerob. Probiotik lactobacillus juga dapat diberikan. Pengobatan kepada pasangan tidak diperlukan pada penyakit ini. Vaginosis bakterialis ditelah dikaitkan dengan meningkatnya resiko untuk HIV/AIDS, keguguran dan pecah ketuban dini.
Untuk diagnosis dari trikomoniasis, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari sekret atau cairan vagina. Apabila ditemukan bakteri Trichomonas vaginalis dan sel darah putih yang banyak, maka dapat didiagnosis dengan trikomoniasis.
Untuk pengobatan dapat diberikan antibiotik untuk membunuh parasit. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit PMS. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap pasangan. Selama pengobatan tidak boleh berhubungan seksual sampai sembuh agar mencegah penularan kembali terhadap diri sendiri maupun orang lain. Trikomoniasis telah dikaitkan dengan peningkatan resiko terhadap HIV/AIDS.
Untuk mendiagnosis kandidiasis vulvavagina dengan cara pemeriksaan mikroskopis pada sekret vagina. Nilai pH pada penyakit ini normal, yaitu < 4,5. Untuk pengobatan dari penyakit ini dapat diberikan obat anti jamur. Selain itu, perlu dicari kondisi yang mendukung jamur ini untuk dapat berkembang biak. Kondisi tersebut perlu diatasi agar tidak terjadi infeksi berulang.
Untuk mendiagnosis penyakit ini dapat dilakukan pemeriksaan pH dan pemeriksaan mikroskopis. Nilai pH meningkat, yaitu 5- 7. Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan sel lapisan vagina bagian dasar yang normalnya tidak ditemukan apabila sel lapisan vagina masih tebal.
Umumnya penyakit ini tidak memerlukan pengobatan kecuali keluhan berat dan mengganggu. Penderita tidak perlu khawatir karena penyakit ini disebabkan oleh perubahan hormon pada tubuh dan tidak berbahaya. Pada kondisi yang berat dapat diberikan terapi estrogen untuk mengurangi gejala. Umumnya gejala berkurang dalam beberapa minggu setelah terapi. Penggunaan lubrikan dapat membantu keluhan kering pada vagina.
Sumber : 1. Haine,r BL. Gibson, MV. Vaginitis : Diagnosis and Treatment. American Academy of Family Physician. 2011. 2. Owen, MK. Clenney TL. Management of Vaginitis. American Academy of Family Physician. 2004.