Daftar isi
Hipoksia merupakan kondisi di mana berkurangnya suplai oksigen ke jaringan di bawah level normal yang tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
Terdapat 4 macam klasifikasi hipoksia berdasarkan Best dan Taylor:
Gejala dan tanda utama dari hipoksia adalah adanya peningkatan frekuensi napas lebih dari normal, sianosis, dan gejala-gejala (yang karena terjadi gangguan pada) otak.
Peningkatan frekuensi napas terjadi ketika reseptor (saraf penerima) di pembuluh darah tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di (pembuluh darah) arteri. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik. Akan tetapi, peningkatan frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik karena tekanan oksigen di arteri normal dan juga pada hipoksia stagnant karena tekanan pada reseptor di pembuluh darah tepi tinggi (bahkan lebih tinggi dari normal).
Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat oksigen lebih dari 5 g/dL. Terdapat 2 tipe sianosis: perifer dan sentral. Sianosis perifer terlihat pada kuku dan mengarah pada hipoksia stagnant. Bagian terluar dari tubuh (seperti ujung-ujung jari) sangat kurang mendapat aliran darah ketika tekanan darah rendah dan melepaskan oksigen dalam jumlah besar dari hemoglobin, sehingga kadar deoksihemoglobin meningkat.
Sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir dan cuping telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang biasanya menerima darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika kadar oksigen dalam darah rendah seperti pada hipoksia hipoksik.
Gejala-gejala otak karena hipoksia mirip dengan mereka yang sedang dalam keadaan keracunan alkohol seperti pertimbangan yang terganggu, mengantuk atau terlalu gembira, sensitivitas terhadap nyeri yang berkurang, disorientasi, dan sakit kepala. Gejala lain seperti mual, muntah, denyut nadi yang meningkat, dan tekanan darah yang tinggi.
Jari tangan atau kaki yang berbentuk seperti tabuh juga merupakan tanda yang dapat ditemui. Akan tetapi, jari tabuh ini juga dapat disebabkan oleh kondisi lain baik idiopatik (tidak diketahui), bawaan, atau didapat meliputi: penyakit jantung bawaan, infeksi dinding jantung dan katupnya, kondisi paru-paru (penyebaran dari kanker paru, abses paru, fibrosis kistik, mesothelioma, bronkiektasis), dan juga penyakit-penyakit saluran cerna (sirosis hati, penyakit radang saluran cerna).
Akan tetapi, gejala-gejala di atas muncul sesuai dengan tingkatan dari hipoksia. Waktu yang dihabiskan seseorang dalam satu tingkat dalam keempat tingkat ini berbeda-beda antara masing-masing orang. Biasanya tingkat hipoksia ini dipakai oleh bagian penerbangan. Empat tingkat hipoksia adalah:
Orang biasanya tidak awas akan efek dari hipoksia pada tingkat ini. Gejala biasanya adalah berkurangnya pandangan saat malam hari dan berkurangnya penglihatan warna. Biasanya perubahan ini dapat terjadi pada ketinggian sedang (serendah 4000 kaki) dan terutama sangat signifikan untuk pilot saat malam hari. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 90-95%.
Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki. Tubuh masih dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan kedalaman napas dan curah jantung (volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap menit). Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 80-90%.
Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan oksigen. Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang berhubungan pada tingkat ini. Jika tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat melakukan untuk mengoreksi masalah ini. Berikut beberapa gejala yang dapat terjadi pada tingkat ini: sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir), mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang terganggu, inkoordinasi (kekikukan gerakan), kesulitan melakukan tugas sederhana, berkurangnya penglihatan, kesemutan, napas pendek, dsb. Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 70-80%.
Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian. Orang tidak berdaya secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti kehilangan kesadaran, kejang, henti napas, hingga kematian dapat terjadi. Kadar oksigen dalam darah biasanya di bawah 70%.
Penyebab hipoksia dapat dilihat dari penyebab terjadinya sianosis sentral dan perifer. Sianosis sentral dapat disebabkan oleh:
Sedangkan sianosis perifer dapat disebabkan oleh:
Pencegahan merupakan pengobatan terbaik. Evaluasi pasien secara lengkap merupakan hal yang penting. Hipoksia merupakan hal yang perlu dihindari pada pasien dalam keadaan sakit berat, keracunan, dan anemia / kurang darah.
Penting untuk mengetahui sejak kapan pasien mengalami sianosis. Sianosis yang terjadi sejak lahir mengarah ke suatu penyakit jantung bawaan. Sianosis sentral dan perifer harus dibedakan karena penyebab yang berbeda-beda. Pemijatan atau penghangatan pada ujung-ujung jari yang kebiruan (sianosis perifer) dapat meningkatkan aliran darah dan menghilangkan sianosis tersebut, tetapi hal ini tidak terjadi pada kasus sianosis sentral. Kadar oksigen di pembuluh darah arteri juga harus ditentukan dengan analisis gas darah.
Pencegahan dan pengobatan hipoksia dapat dilakukan dengan pemberian oksigen. Pemberian oksigen disesuaikan dengan kadar oksigen dalam darah dan diberikan dengan aliran sedemikian sehingga kadar oksigen dalam darah di atas 90%.
Pengobatan umum untuk hipoksia histotoksik adalah oksigen hiperbarik. Pengobatan khusus untuk keracunan sianida adalah nitrit atau biru metilen dengan cara membentuk methemoglobin dari hemoglobin yang selanjutnya akan menetralkan sianida. Akan tetapi, penggunaan nitrit harus berhati-hati karena dapat menimbulkan hipoksia anemik jika diberikan dalam jumlah besar.
Pemberian terapi oksigen juga perlu berhati-hati pada pasien dengan kegagalan pernapasan yang berat seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Normalnya, laju napas kita dipengaruhi oleh kadar karbondioksida dalam darah. Jika kadar karbondioksida tinggi, otak akan mempercepat laju napas kita agar kadar oksigen naik dan kadar karbondioksida turun.
Akan tetapi, pada pasien dengan PPOK, otak tidak sensitif lagi dengan kadar karbondioksida yang tinggi dan laju napas justru dipengaruhi oleh kadar oksigen yang rendah. Pemberian oksigen yang berlebihan tentunya dapat membuat otak mengurangi laju napas sampai dapat terjadi henti napas.
Selain itu, oksigen 100% juga memiliki efek racun karena dapat memicu terbentuknya radikal bebeas. Ketika diberikan lebih dari 8 jam, dapat mengiritasi saluran napas. Jika diberikan lebih lama lagi dapat memicu kelainan pada paru dan mata. Selain itu, oksigen hiperbarik 100% juga dapat memicu gejala seperti iritasi saluran napas, kedutan pada otot, telinga berdenging, kejang, dan koma. Semakin besar tekanan oksigen yang diberikan, semakin cepat gejala-gejala tersebut muncul.
SUMBER Dorland’s Illustrated Medical Dictionary 32nd Edition. Elsevier. 2012. Sircar S. Chapter 53: Neural Control of Respiratory Rhythm dalam Principles of Medical Physiology. India: Thieme. 2008. Chapter 35: Hypoxia and Cyanosis dalam Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition. USA: McGraw-Hill. 2008. Chapter 4: Hypoxia and Oxygenation dalam Alaska Air Medical Escort Training Manual 4th Edition diunduh dari: http://dhss.alaska.gov/dph/Emergency/Documents/ems/assets/AirMedCourse/EMS-F_Chapter4.pdf. Ross P, Cafaro, D.D.S. Hypoxia: Its Causes and Symptoms diunduh dari: http://europepmc.org/articles/PMC2067517/pdf/jadsa00124-0004.pdf. Exam 3 Review: Chapter 22: Hypoxia diunduh dari: http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2020/2020%20Exam%20Reviews/Exam%203/CH22%20Hypoxia.htm